Denpasar (Metrobali.com)-

Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali mengeluhkan kebersihan kawasan Danau Batur yang berdampak pada penurunan jumlah paket wisata ke daerah berhawa dingin itu.

“Dari keseluruhan anggota kami yang berjumlah 370, dulunya hampir tidak ada yang tak menjual Kintamani dengan Danau dan Gunung Baturnya, itu karena wisatawan pasti suka dengan pemandangan di sana,” kata Ketua Asita Bali Ketut Ardana di Denpasar, Selasa (30/7).

Namun dengan semakin maraknya usaha galian C dan pedagang acung di kawasan itu, ujar dia, wisatawan mengeluhkan ketidaknyamanan dan kebersihan.

“Padahal di sana banyak akomodasi wisata, namun karena ada truk galian C yang hilir-mudik menyebabkan situasi menjadi bising dan mengganggu kenyamanan wisatawan. Begitu juga dengan kebersihan lingkungan yang kurang karena di sana-sini banyak sampah,” ucapnya.

Ia menambahkan ketidaknyamanan wisatawan semakin diperparah dengan pramuwisata lokal yang membantu pendakian. Mereka ini seringkali tidak ramah dan justru memaksa wisatawan agar menggunakan jasa mereka.

“Batur yang telah mendapat pengakuan Unesco sebagai salah satu taman bumi atau “geopark” dunia seharusnya ditata lebih apik, bukannya malah semakin tak menarik sehingga anggota kami sudah mulai mengalihkan paket wisata keluar Batur,” ujarnya.

Ardana mengharapkan kawasan wisata Batur mendapat sentuhan Sapta Pesona yaitu menyangkut unsur keamanan, ketertiban, kebersihan, kesejukan, keindahan, keramahan dan kenangan.

Hal senada dikemukakan pengamat pariwisata Al Purwa. Ia mengatakan penataan kawasan wisata Batur harus segera dilakukan dan yang terpenting dapat menjaga keindahan alamnya.

“Pemandangan Batur yang begitu indah juga dirusak dengan banyaknya tiang listrik yang berdiri tak ditata. Tolong itu supaya diarahkan dan dikomunikasikan dengan pihak PLN. Demikian juga penduduk lokal agar lebih bersikap ramah pada wisatawan,” kata mantan Ketua Asita Bali itu.

Sementara itu, Bupati Bangli I Made Gianyar mengatakan sebenarnya untuk truk galian C sudah diatur operasionalnya hanya boleh delapan jam dalam sehari dan pedagang acung sudah mulai ditata.

“Hanya saja truk galian C masih ada yang melanggar. Sedangkan terkait dengan tiang listrik, kami sudah menghadap ke Dirjen Kelistrikan dan akan dilakukan upaya penataan,” katanya.

Pihaknya juga sudah mengumpulkan para penggali untuk dilatih membuat barang kerajinan khas geopark bersama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). AN-MB