Washington (Metrobali.com) –

Amerika Serikat Rabu mengecam “terang-terangan” pelanggaran kesepakatan gencatan senjata Sudan Selatan yang dirundingkan pada Januari setelah berpekan-pekan pertumpahan darah yang menyebabkan ribuan orang tewas.

Pertempuran antara tentara dan pemberontak Selasa di kota timur laut Malakal tampaknya terberat sejak pemerintahan Presiden Salva Kiir dan pemberontak yang setia kepada mantan wakil presiden Riek Machar menandatangani gencatan senjata .

“Kami sangat prihatin dengan laporan pertempuran yang meluas di dalam dan sekitar Malakal,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Marie Harf kepada wartawan dalam konferensi pers harian.

Menyebutnya sebagai “pelanggaran terang-terangan penghentian perjanjian permusuhan” yang ditandatangani 23 Januari di Ethiopia, Harf mengutuk ” kegagalan kedua pihak” untuk menghormati gencatan senjata.

AS menyerukan “kepada kedua pihak akan mengakhiri tindakan militer yang ditujukan untuk kegiatan lainnya,” tambahnya.

Dia mencatat bahwa utusan khusus AS untuk Sudan dan Sudan Selatan, Donal Booth, berada di Ethiopia untuk berpartisipasi dalam pembicaraan damai yang sedang berlangsung di sana.

Militer Sudan Selatan Rabu mengatakan pihaknya telah kehilangan kontak dengan pasukannya di Malakal, pusat minyak strategis, di mana serangan pemberontak malam sebelumnya telah menyulut kembali konflik setelah istirahat selama sebulan.

Sudan Selatan adalah negara termuda di dunia, setelah memenangkan kemerdekaan dari Khartoum kurang dari tiga tahun yang lalu.

Pertempuran terbaru meletus di ibu kota Juba pada 15 Februari tetapi dengan cepat menyebar di seluruh negeri.

Kerusuhan telah menewaskan ribuan orang dan pengungsi sekitar 900.000-an.

Amerika Serikat, yang merupakan pendukung utama kemerdekaan Sudan Selatan 2011 dari Sudan, telah meningkatkan tekanan selama dua bulan terakhir pada para petempur untuk menghindari pukulan di negara muda itu. (Ant/AFP)