Tambang Bayan Obo yang mengandung mineral logam tanah jarang di Inner Mongolia, China, 16 Juli 2011.

Militer AS ingin bermitra dengan Australia untuk mengacaukan dominasi China atas pasokan logam tanah jarang global, mineral yang penting bagi produk teknologi tinggi dari ponsel hingga senjata canggih.

Asisten Menteri Pertahanan untuk Akuisisi dan Kesinambungan Ellen Lord mengatakan kepada wartawan, Senin (26/8), “jalan yang paling potensial” bagi Pentagon adalah membangun fasilitas pemrosesan logam tanah jarang dengan Australia untuk mengatasi kebutuhan Pentagon dan sekutu internasional lainnya.

“Tantangannya sebenarnya adalah memproses logam tanah jarang dan memiliki fasilitas untuk melakukannya, karena sering kali China menambang logam tanah jarang di tempat lain dan membawanya kembali ke China untuk memprosesnya,” kata Lord.

Sekitar 80 persen logam tanah jarang yang diimpor oleh Amerika berasal dari China, dan pada 2017, China menyumbang 81 persen dari produksi logam tanah jarang di dunia, demikian menurut data dari Survei Geologi AS. Logam tanah jarang diperlukan pada mesin jet militer AS, satelit, sistem pertahanan rudal, dan perangkat penglihatan di malam hari.

“Kita prihatin mengenai setiap kerentanan dalam rantai pasokan, terutama ketika musuh mengontrol pasokan,” kata Lord.

Awal tahun ini, pengambil kebijakan ekonomi China mengeluarkan ancaman terselubung untuk menahan mineral strategis sebagai bagian dari perang perdagangan yang sedang berlangsung antara Washington dan Beijing.

“Jika siapapun menggunakan produk-produk yang dibuat dengan logam tanah jarang yang kita ekspor untuk mengekang perkembangan China, maka rakyat China akan tidak senang,” kata pejabat itu. [my/pp] (VOA)