Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo.

Jakarta (Metrobali.com)-

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Doni Monardo mengapresiasi The Media Hotel & Towers yang telah memberikan fasilitas penginapan dan pelayanan bagi para relawan penanganan COVID-19.

Menurut Doni, kiprah yang telah dan masih dilakukan oleh The Media Hotel & Towers tersebut merupakan wujud nyata dari dedikasi dunia usaha, sebagai bagian dari unsur ‘Pentahelix’, untuk membantu negara dalam penanganan pandemi COVID-19 yang melanda sejak satu tahun lalu hingga hari ini.

“Kami menyampaikan terima kasih kepada manajemen The Media Hotel & Towers yang telah memberikan fasilitas penginapan termasuk juga konsumsi kepada para relawan, baik relawan medis maupun non medis,” ujar Doni dalam sambutan pada acara “Peringatan Satu Tahun The Media Hotel & Towers Didedikasikan untuk Misi Kemanusiaan COVID-19” di Jakarta, Kamis (25/3).

Sekilas mengenang masa-masa awal melawan pandemi di Tanah Air, Doni Monardo sebagai panglima perang dan pemimpin Satgas Penanganan COVID-19, -yang saat itu masih bernama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19-, meminta agar seluruh relawan khususnya tenaga medis mendapatkan fasilitas relaksasi yang memadai dan terjamin.

Adapun yang menjadi perhatian Doni adalah tenaga medis harus mendapatkan tempat dan waktu istirahat yang baik di sela-sela tugas membantu masyarakat bangkit dan pulih dari COVID-19.

Dalam hal ini, Doni meminta agar para tenaga medis dan kesehatan menjadi benteng terakhir melawan COVID-19, sedangkan garda terdepan adalah masyarakat dengan penerapan protokol kesehatan yang disiplin.

Merespon dari adanya komando tersebut, pihak The Media Hotel segera bergerak cepat untuk berkontribusi dengan memberikan apa yang dibutuhkan negara melalui pelayanan dan fasilitas umum perhotelan kelas bintang lima, sebagai tempat naungan bagi para relawan yang berperang melawan pandemi.

“The Media Hotel adalah salah satu hotel yang pertama sekali memberikan fasilitas kepada relawan, lantas setelah itu diikuti oleh lebih banyak hotel-hotel termasuk komunitas masyarakat, yang bergotong royong memberikan bantuan, baik langsung maupun melalui gugus tugas pada saat itu dalam rangka penanganan COVID-19,” jelas Doni.

Pada kesempatan tersebut, Doni juga menjelaskan bahwa negara telah menghadapi dinamika yang sangat tinggi dalam penanganan COVID-19 selama kurun waktu setahun ini.

Menurutnya, segala dinamika yang dihadapi itu menjadi hal yang tidak bisa dihindari. Tidak hanya di Tanah Air saja, beberapa negara di belahan dunia juga mengalami hal serupa.

“Setelah setahun bangsa kita menghadapi pandemi COVID-19 ini, kita melihat ada tren di mana kasus aktifnya meningkat, angka kematiannya juga meningkat, rumah sakitnya juga meningkat penuh, tetapi juga ada masa-masa di mana kita melihat tren kasus aktifnya menurun, rumah sakit agak lowong dan juga kasus kematian menjadi lebih sedikit, ini semua adalah sebuah dinamika yang memang tidak bisa kita hindari,” katanya.

Dalam menghadapi ragam dinamika tersebut, Doni tetap mendorong agar seluruh komponen dapat berkomitmen bersama-sama memutus mata rantai penularan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 secara kompak.

Selain kekompakan, konsistensi juga menjadi kunci penting penanganan pandemi. Hal itu sebagaimana yang menjadi arahan Presiden Joko Widodo.

“Tetapi kita harus yakin bahwa, kalau kita mengikuti arahan dari pemerintah yang selalu disampaikan oleh Presiden Joko Widodo tentang patuh kepada protokol kesehatan 3 M, mengikuti program 3T dan juga ikut mendukung program vaksinasi serta ditambah dengan disiplin yang tinggi, kompak, selalu bisa berkolaborasi, gotong royong dan juga konsisten, tidak boleh lengah, jangan kendor,” ungkap Doni.

“Apabila ini bisa kita pertahankan untuk jangka waktu yang panjang, maka kita akan bisa mengendalikan COVID-19 lebih baik,” imbuhnya.

Jangan Lengah

Sebagaimana menurut perkembangan penanganan COVID-19 secara global, Doni mengatakan bahwa hingga saat ini belum ada yang dapat menentukan kapan pandemi COVID-19 akan berakhir.

“COVID-19 sampai kapan belum ada satu orangpun pakar yang bisa menentukan sampai kapan COVID-19 ini akan berakhir,” ujar Doni.

Mengacu pada data perkembangan dalam tiga bulan terakhir pada awal 2021, Doni melihat bahwa kasus aktif COVID-19 di Tanah Air telah mengalami penurunan secara bertahap.

Kasus aktif pada bulan Januari ada sebanyak 175.095 dan pada bulan Februari 155.765. Angka tersebut menunjukkan kasus aktif bulan Februari turun hingga 11.03 persen dari bulan Januari.

Kemudian pada bulan Maret kasus aktif berada pada angka 125.279 atau turun hingga 19.5 persen dari bulan Februari.

Melihat perkembangan tren tersebut, dia berpesan agar seluruh pihak tidak kendor dalam berjuang melawan COVID-19. Sebab, COVID-19 merupakan ancaman bagi siapapun yang dapat mudah menyerang apabila lengah dan abai terhadap seluruh arahan dari pemerintah tersebut.

“Di negara kita saat ini kecenderungannya menurun, tapi sekali lagi pesan presiden tidak boleh kendor, tidak boleh lengah. Jangankan satu jam dua jam, satu menit pun tidak boleh lengah,” tegas Doni.

“Jadi sekali lagi, COVID-19 ini adalah ancaman yang berbahaya. Bisa menyerang siapa saja tanpa pandang bulu,” imbuhnya.

Lindungi Kelompok Rentan

Pada kesempatan tersebut, Doni juga menekankan agar kelompok rentan lebih berhati-hati dan harus dilindungi.

Selain itu, bagi masyarakat yang memiliki penyakit penyerta juga harus mendapat perhatian khusus agar tidak sampai tertular, sebab rentetan kasus kematian tertinggi dipicu oleh adanya komorbiditas.

“Kita juga harus melihat angka kematian tertinggi adalah kelompok lansia dan mereka yang punya komorbid. Kami selalu berpesan kepada masyarakat yang punya komorbid dan juga usia yang sudah lanjut untuk selalu berhati-hati,” jelas Doni.

Di sisi lain, para kelompok rentan dan yang memiliki komorbid harus dijauhkan dari mereka yang berusia muda.

Menurut Doni, para anak muda berpotensi terpapar COVID-19 tanpa gejala atau “Orang Tanpa Gejala” dan kemudian dapat menulari mereka yang rentan.

Apabila hal itu terjadi, maka dapat membahayakan bagi mereka yang berusia lanjut hingga penderita komorbid.

“Demikian juga bagi para anak muda, para generasi muda yang di dalam keluarganya terdapat lansia atau yang punya komorbid, atau yang kami sebut juga dengan kelompok rentan, ini juga harus membatasi pertemuan-pertemuan dengan mereka yang memiliki risiko tinggi,” tegas Doni.

Tentunya, Doni berharap agar kemudian apa yang disampaikan tersebut dapat menjadi perhatian dan dijadikan pelajaran bagi seluruh pihak, sehingga penularan COVID-19 di tengah masyarakat dapat dicegah dan penanganannya semakin lebih baik.

“Sekali lagi pengetahuan tentang COVID-19 ini harus selalu kita ikuti, harus selalu kita patuhi, dan juga disiplin yang tiada boleh henti,” jelas Doni.

“Tidak cukup disiplin sendiri, tetapi disiplin secara kolektif pun akan sangat dibutuhkan,” pungkasnya.

Editor : Hana Sutiawati