Foto:Pengusaha lokal Bali, Komang Gede Subudi, yang merupakan CEO Pasifik Group Internasional Bali, NTT, NTB juga Komisaris PT. Gunung Baja Api, dan Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali ikut hadir langsung menyaksikan peluncuran “Ekonomi Kerthi Bali, Membangun Bali Era Baru” di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali (Art Centre) Denpasar, Rabu (20/10/2021).

Denpasar (Metrobali.com)-

Gubernur Bali Wayan Koster membangun Bali Era Baru dengan kekuatan transformasi ekonomi yang tidak lagi hanya bertumpu pada sektor pariwisata tapi mengangkat dan menggali potensi sektor unggulan lainnya untuk menyeimbangkan struktur ekonomi Bali dengan basis ekonomi hijau, ekonomi ramah lingkungan dan ekonomi sirkular.

Konsep itu disebut Gubernur sebagai Ekonomi Kerthi Bali yang memiliki 6 sektor unggulan  sebagai Pilar Perekonomian Bali, yaitu Sektor Pertanian dalam arti luas termasuk Peternakan dan Perkebunan, Sektor Kelautan/Perikanan, Sektor Industri, Sektor Industri Kecil Menengah (IKM), Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan Koperasi, Sektor Ekonomi Kreatif dan Digital dan Sektor Pariwisata.

Ekonomi Kerthi Bali dengan 6 sektor unggulan ini akan mewujudkan perekonomian Bali yang harmonis terhadap  alam,  berbasis sumber daya lokal, menjaga kearifan lokal,  hijau/ramah  lingkungan, berkualitas, bernilai tambah, tangguh, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Berbagai apresiasi pun datang terhadap Ekonomi Kerthi Bali yang dilahirkan Gubernur Koster dan telah dituangkan dalam buku berjudul “Ekonomi Kerthi Bali, Membangun Bali Era Baru” dan telah diluncurkan Gubernur Koster di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali (Art Centre) Denpasar, Rabu (20/10/2021).

“Ekonomi Kerthi Bali ini konsep brilian dan visioner dari Pak Gubernur. Kami sangat apresiasi Pak Gubernur ada revolusi hijau, ekonomi hijau, ekonomi sirkular yang dicanangkan Pak Gubenur,” kata pengusaha lokal Bali, Komang Gede Subudi, yang merupakan CEO Pasifik Group Internasional Bali, NTT, NTB (perusahaan yang sangat konsern pada investasi berbasis pelestarian lingkungan) dan juga Komisaris PT. Gunung Baja Api, Jumat (22/11/2021).

Subudi yang juga Ketua Umum Badan Independen Pemantau Pembangunan dan Lingkungan Hidup (BIPPLH) Bali ini hadir langsung menyaksikan peluncuran “Ekonomi Kerthi Bali, Membangun Bali Era Baru” dan mengapresiasi langkah Gubernur Koster yang serius menguatkan sektor pertanian sebagai sektor unggulan Bali dimana dalam konsep Ekonomi Kerthi Bali  ini Gubernur menempatkan sektor pertanian paling atas.

“Ini menandakan bahwa Pak  Gubernur sudah mulai dengan konsep yang sangat modern berbasis kearifan lokal. Yang dikedepankan bagaimana mengolah alam menjadi sebesar-sebarnya untuk kepentingan masyarakat,” ujar Subudi yang juga Wakil Ketua Umum (Waketum) Kadin Bali Bidang Lingkungan Hidup ini.

BIPPLH menganggap konsep Ekonomi Kerthi Bali untuk Bali Era Baru ini merupakan konsep yang modern sekali. Konsep pembangunan modern justru mengembalikan alam di tempat yang semestinya. Karena selama ini alam dianggap sebagai objek, apakah alam itu boleh dirusak dan diapakan saja.

“Karena konsep modern adalah konsep yang kembali kea lam. Saya setuju dengan pemikiran Pak Gubernur dengan bukunya Ekonomi Bali Kerthi. Sekarang di era Pak Gubernur Koster, alam menjadi bagian yang sangat penting, alam sebagai lokomotif mensejahterakan rakyat dengan berbagai kriteria bagaimana mengolah alam,” kata Subudi.

“Sektor kelautan juga sangat konsern ditempatkan di tempat kedua. Jadi ini sangat penting. Alam ini betul-betul harus dijaga sesuai dengan konsep Nangun Sat Kerthi Loka Bali,” kata Subudi.

BIPPLH juga mengapresiasi Gubernur Koster mengajak masyarakat Bali keluar dari zona nyaman, out of the box dengan menempatkan sektor pariwisata hanya sebagai bonus ketika lima pilar ekonomi lainnnya benar-benar kuat.

“Pak Gubernur menurut saja sudah tepat menyatakan pariwisata hanya sebagai bonus. Pak Gubernur kembali ke konsep yang semestinya, konsep kembali kepada alam. Kalau kita mengeksploitasi alam habis-habisan, dalam waktu singkat alam akan berhadapan dengan kita, dengan yang mengeksploitasi,” urai Subudi.

“Sekarang buktinya ini bagian dari seorang Gubernur eling bahwa dengan konsep era baru ini tidak lagi berbicara menggantungkan sesuatu yang datang kepada kita tapi kita menggantungkan diri kita kepada sesuatu yang ada di dalam diri kita, dalam lingkungan kita yaitu konsep hijau,” sambung Subudi.

“Kalau kita mengelola pertanian secara terintegrasi ini akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Kalau semua sektor kehutanan, industri, UMKM dan ekonomi kreatif sudah jadi bagian kehidupan kita sehari-hari maka sektor pariwisata akan terus mengalir tanpa bisa dihentikan oleh siapapun,” papar Subudi yang juga penekun penyelamat heritage dan Pembina Yayasan Bakti Pertiwi Jati (YBPJ), yayasan yang bergerak pada pelestarian situs ritus Bali.

BIPPLH berharap semoga ke depan kita semakin eling bahwa sektor pariwisata adalah bonus yang diakibatkan oleh akulturasi peradaban kita dengan peradaban luar. “Peradaban Bali adalah peradaban hijau, peradaban lingkungan, peradaban kelautan perikanan, peradaban ekonomi kreatif, tenun, endek, patung. Itu peradaban modern yang sudah digali leluhur kita zaman dulu,” jelas Subudi.

“Jangan kita terbalik memaknai ini, bahwa peradaban modern yang ada di Bali sudah digali oleh leluhur kita sejak zaman dulu. Itu sebabnya Bali tidak pernah kekeringan dalam persaingan usaha dari sisi kreativitas sektor pariwisata. Peradaban modern yang sudah ditunjukkan leluhur kita sekarang terangkum dalam Nangun Sat Kerthi Loka Bali Pak Gubernur yang harus kita dukung bersama,” harap Subudi.

Menurutnya, sekarang dengan adanya Ekonomi Kerthi Bali dalam bingkai visi Nangun Sat Kerthi Bali ini pejabat dan masyarakat akan bersinggungan terus, akan terjadi interaksi yang produktif sehingga kesejahteraan dan kemajuan masyarakat lebih cepat tercapai.

“Pejabat dan masyarakat tidak ada gap tapi bersinergi. Inilah Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang sebenarnya,” Subudi yang sebelumnya merupakan pengusaha tambang sukses di Kalimantan dan kini mengabdikan diri di tanah kelahirannya di Bali untuk mengawal pelestarian alam lingkungan Pulau Dewata. (wid)