Jembrana (Metrobali.com)

 

Jumlah Subak di Kabupaten Jembrana mengalami penurunan. Dan dimungkinan akan terjadi lagi. Salah satunya adanya rencana pembangunan jalan tol yang kemungkinan akan melewati lahan pertanian.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Wayan Sutama melalui Kepala Bidang Pertanian, I Komang Ngurah Arya Kusuma mengatakan di tahun 2020 jumlah Subak di Jembrana berkurang tiga Subak sehingga saat ini ada 81 Subak dari sebelumnya 84 Subak.

Kondisi ini dipicu alih fungsi, baik karena kekeringan (ketiadaan pasokan air) maupun berganti menjadi lahan perumahan. Dari tiga Subak yang mati itu, dua Subak ada di Kecamatan Pekutatan dan satu Subak di Kecamatan Negara.

“Di Pekutatan awalnya memang sawah tadah hujan, sekarang sudah mati dan beralih menjadi perkebunan pisang. Kalau yang di Negara beralih fungsi menjadi perumahan” jelasnya, Jumat (17/9/2021).

Berkurangnya Subak menurutnya berdampak pada produksi padi. Namun tidak berubah produktivitas. Dimana rata-rata produktivitas mencapai 7,1 ton per hektar dengan luas lahan sawah saat ini 6.725 hektar.

Disebutnya dari 81 subak yang masih aktif, 60 persen keatas merupakan sawah tadah hujan. Dan solusi untuk tetap bertahan dengan mengandalkan sumber air dari sumur bor. Namun sifatnya hanya membantu ketika kekurangan air saat proses tanam.

“Bukan dari awal menanam. Kalau dari awal jelas akan merugi. Disarankan juga agar lebih intens di palawija seperti jagung dan kedelai karena memiliki nilai ekonomis” terangnya.

Alih fungsi lahan sambungnya masih menjadi tantangan karena masih memungkinkan. Apalagi adanya rencana pembangunan Jalan Tol Gilimanuk-Mengwi, dimana lokasi Jalan Tol ada di sisi utara jalan Denpasar-Gilimanuk yang juga terdapat lahan sawah.

Tetapi dari beberapa kali sosialisasi menurutnya sudah ada solusi, dimana pihak pengembang akan tetap menyalurkan air irigasi dari hulu ke hilir. (Komang Tole)