Foto: Direktur Alfa Prima I Made Artana (paling kanan) bersama Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri dalam sosialisasi program KDBB di Gedung UMK Center Karangasem, Jumat (20/7/2018).

Denpasar (Metrobali.com)-

Alfa Prima sebagai satu-satunya kampus di Bali bahkan di Indonesia yang mempunyai program “Kuliah Dulu Bayar Belakangan (KDBB)”  kini hadir di Karangasem. Beralamat di Jalan Untung Surapati No.12, Amlapura, kehadiran Alfa Prima dengan program KDBB menjadi solusi tepat bagi generasi muda yang berasal dari keluarga kurang  mampu untuk bisa kuliah tanpa membayar uang kuliah terlebih dahulu. Pembayaran baru dilakukan dengan mencicil sesudah mahasiswa lulus dan bekerja.

“Alfa Prima ingin mendekatkan diri dan program KDBB kepada warga Karangasem. Semoga ini bisa membantu generasi muda kita yang ingin kuliah tapi terhalang biaya. Ini juga untuk berkontribusi menekan kemiskinan dan pengangguran,” kata Direktur Alfa Prima I Made Artana, saat ditemui di sela-sela pembukaan acara “Primakara Startup Expo’ 18 : Create Living Innovation” di Plaza Renon, Denpasar, Sabtu (21/7/2018).

Ada tiga program studi diploma satu (D-1) yang dibuka Alfa Prima Karangasem dan juga melayani KDBB. Pertama, Manajemen Administrasi Perkantoran, Customer Service dan Bisnis. Kedua, Komputer Akuntansi dan Perpajakan. Ketiga, Manajemen Informatika dan Komputer.

“Tiga prodi ini serapan lulusannya sangat tinggi di dunia industri. Khusus lulusan Manajemen Informatika dan Komputer, Pemda Karangasem juga sangat membutuhkan,” kata Artana.

Program KDBB ini pun mendapat dukungan penuh Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri. Sosialisasi program KDBB ini pun saat digelar di Gedung UKM Center, Amlapura, Jumat (20/7/2018) lalu yang dihadiri langsung Bupati Karangasem juga disambut antusias warga “Bumi Lahar”. Mereka merasakan program ini sangat membantu meringankan beban masyarakat dalam membiayai pendidikan putra-putrinya.

Program KDBB ini lahir dari sebuah cita-cita mulia bagi anak-anak muda khususnya di Bali. Alfa Prima menyadari betul ada sangat banyak generasi muda yang ingin merasakan bangku kuliah, belajar sungguh-sungguh dan pada akhirnya bisa membantu ekonomi orang tuanya. Tapi sayang, lagi-lagi faktor biaya yang sering kali menjadi penghalang mimpi-mimpi mereka. Untuk itu program ini hadir sebagai solusi bagi anak-anak yang memiliki keinginan kuat untuk maju agar bisa melanjutkan kuliah.

Sebelumnya program KDBB ini telah hadir di Kampus Alfa Prima Denpasar dan Singaraja. Namun kehadiran Alfa Prima Karangasem dengan program KDBB ini juga punya misi khusus dan dengan pertimbangan tersendiri pula.

Menurut Artana Karangasem sebagai salah satu daerah dengan jumlah warga miskin terbanyak di Bali, juga masih tinggi tingkat lulusan SMA/SMK yang tidak mampu melanjutkan ke pendidikan tinggi baik diploma apalagi sarjana. Diperkirakan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi di bawah rata-rata nasional yang di angka sekitar 33 persen.

Kondisi itu juga diperparah dengan fakta bahwa jumlah kampus atau pendidikan tinggi di Karangasem sangat minim. Hanya ada satu perguruan tinggi untuk menempuh pendidikan sarjana yakni STKIP Agama Hindu Amlapura dan sejumlah kampus diploma (D-1 dan D-2) pariwisata seperti Monarch dan Mediterranean Karangasem.

Dengan kondisi itu dan  pilihan  kampus serta program  studi  yang terbatas, selama ini generasi muda Karangasem kebanyakan terpaksa harus kuliah di Denpasar. Konsekuensinya, biaya yang dikeluarkan lebih tinggi baik untuk biaya pendidikan di kampus.  Kemudian ditambah biaya hidup yang jauh lebih  mahal baik meliputi tempat tinggal atau kos dan juga kebutuhan makan dan minum sehari-hari serta kebutuhan lainnya. Ironisnya juga kerap biaya hidup malah jauh lebih tinggi dari biaya kuliah.

“Jadi kalau mereka kuliah di Denpasar biaya dan susahnya berlipat-lipat. Begitu juga walaupun di  Alfa Prima Denpasar ada program KDBB, itu hanya setengah solusi karena mereka harus tetap keluar uang banyak untuk biaya hidup,” papar Artana yang juga Ketua Yayasan Primakara yang menaungi STMIK Primakara itu.

Maka solusi terbaik dan paling tepat adalah membuka Alfa Prima di Karangasem dan menawarkan program KDBB. Namun Artana mengakui keputusan ini tidak mudah. Sebab jika dihitung dari aspek analisis bisnis, maka program KDBB ini tidak layak alias kampus rugi jika dijalankan. Belum lagi ada risiko misalnya berupa tidak dibayarkannya biaya kuliah oleh mahasiswa.

Namun dengan tekad kuat dan keyakinan pada idealisme untuk meningkatkan kualitas SDM dan taraf hidup warga Karangasem, maka Artana tetap membuka program ini. “Kalau bisnis,  jelas ini tidak masuk hitungan, rugi besar.  Tapi KDBB ini soal kepedulian sosial dan upaya mengabdi untuk pendidikan Karangasem,” imbuh Artana yang pernah meraih Technopreneur Award dari Majalah M&I.

Awalnya Kampus Alfa Prima dan program KDBB ini direncanakan baru dibuka September 2019. Namun ada desakan dan dorongan serta dukungan Bupati Karangasem agar program ini dipercepat dan dibuka tahun ini. “Kami nyatakan  siap buka September tahun ini sepanjang Pemda Karangasem mendukung dan membantu menjaring calon mahasiswa. Dan memang dukungan Pemda sangat besar,” tambah pria peraih CYEA (Creative Young Entrepreneur Award) dari Junior Chamber International (JCI) itu.

Dengan demikian Kampus Alfa Prima resmi memulai tahun ajaran perdananya sejak Agustus ini dan proses penjaringan calon mahasiswa dan sosialisasi KDBB sudah dilakukan sejak Juli. “Proses penyiapan bangunan kampus sudah berjalan. Kami targetkan dua minggu ke depan bangunan sudah siap,” imbuh Artana yang juga dikenal sebagai praktisi ekonomi digital dan mendorong lahirnya technopreneur serta startup digital di Kampus STMIK Primakara.

Namun tidak semua mahasiswa berhak mengakses KDBB ini. Sebab program ini diprioritaskan bagi calon mahasiswa dari keluarga yang kurang mampu membiayai kuliah. Kemudian mempunyai potensi akademik yang bagus yang dibuktikan dengan capaian prestasi dan nilai rapor ketika SMA/SMK. Dan yang penting pula mereka mempunyai sikap dan karakter yang bagus untuk siap bekerja di berbagai industri.

Nantinya ada tes tertulis maupun wawancara serta visitasi ke rumah calon mahasiswa. Ada juga kontrak dengan mahasiswa tentang hak dan kewajiban mereka baik selama kuliah maupun setelah lulus dan bekerja.

“Di Karangasem berapapun yang memenuhi syarat KDBB kami terima. Jadi tidak ada kuota atau batasan. Namun untuk di Denpasar dan Buleleng kami batasi maksimal 50 mahasiswa per tahun,” tandas Artana yang juga 2016 Local President JCI (Junior Chamber International) Bali itu.

Pewarta : Widana Daud

Editor    : Whraspati Radha