Keterangan foto: Advokat muda dan tokoh muda Klungkung I Putu Agus Putra Sumardana yang juga caleg DPRD Bali dari Partai Hanura dapil Klungkung nomor urut 2/MB

Denpasar (Metrobali.com) –

Tokoh muda Klungkung I Putu Agus Putra Sumardana yang juga caleg DPRD Bali dari Partai Hanura dapil Klungkung nomor urut 2 menilai Bali sangat potensial mengembangkan industri film animasi yang tidak hanya untuk penonton lokal tapi juga nasional bahkan internasional alias kelas dunia.

“Jadi kami dorong Pemerintah Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten/Kota bersinergi mendukung pengembangan industri animasi Bali. Jangan sampai potensi yang ada tidak tergarap apalagi hilang,” kata Agus Putra Sumardana ditemui di sela-sela simakrama bersama warga di Klungkung, Selasa (2/4/2019).

Menurut tokoh muda yang juga penggemar film animasi lokal ini, potensi bisnis di dunia industri  animasi, baik secara global maupun lokal, kian menjanjikan seiring dengan mahalnya harga jual film animasi. Industri animasi ini pun makin banyak dilirik para pelaku industri kreatif dan para animator.

Perkembangan animasi di Indonesia pun dalam beberapa tahun belakangan kian meningkat. Bali pun sebenarnya telah dicanangkan menjadi salah tempat yang ditetapkan pemerintah pusat melalui Kementrian Perindustrian bersama tiga daerah lain yakni Jakarta, Semarang, dan Pacitan sebagai pusat-pusat industri animasi di Indonesia.

“Bali kan sudah jadi destinasi pariwisata internasional kelas dunia. Lalu kenapa tidak film animasi dari Bali ini juga kita kembangkan agar jadi kelas dunia, setara dengan animasi Jepang dan Walt Disney,” kata Agus yang bercita-cita film animasi karya animator-animator terbaik Bali bisa diputar di bioskop-bioskop di seluruh dunia.

Ditambahkannya, peluang ini seharusnya ditangkap para pelaku industri kreatif, animator serta mahasiwa multimedia di Bali untuk mengembangkan dan menggali terus potensi animasi di Bali. Pihaknya pun optimisi jika potensi yang ada digarap dengan serius, maka Bali bisa menjadi pusat pengembangan animasi di Indonesia bahkan dunia.

“Kita ingin animasi dari Bali juga bisa jadi ikon dan digandrungi anak-anak hingga dewasa. Seperti yang kita lihat animasi Upin Ipin dari Malaysia yang tiap hari bahkan sehari bisa tiga kali tayang menghias layar macam televisi swasta nasional,” ujarnya Agus Putra Sumardana.

“Lalu tokoh animasi Walt Disney yang jadi idola anak-anak seantero dunia. Kenapa kita tidak bisa buat seperti itu dari kreativitas generasi muda Bali,” tantang Agus Putra Sumardana.

Animasi Sarana Angkat Budaya & Promosikan Pariwisata Bali

Ia menilai animasi karya putra putri terbaik Bali bisa punya keunikan dan kekhasan tersendiri. Misalnya dengan memasukkan unsur-unsur nilai seni budaya masyarakat Bali untuk bisa menjadi layar belakang atau bumbu cerita.

“Untuk film animasi sangat potensial dikembangkan di Bali sangat besar apalagi dengan keunikan dan keragaman budaya yang bisa diangkat menjadi bumbu cerita,” tegas pria yang juga Penasehat DPC Hanura Kabupaten Klungkung ini.

Film animasi ini pun selain sebagai hiburan dan budaya populer (pop culture), juga bisa sebagai sarana mempromosikan pariwisata Bali dengan cara yang berbeda dan juga lebih menarik terselip dalam alur cerita.

“Anima bisa jadi sarana soft selling, branding dan promosi yang sangat efektif untuk mengangkat dan lebih memperkenalkan keunikan dan kekhasan budaya dan pariwisata Bali,” kata kata tokoh muda asal Banjar Kaleran, Desa Bumbungan, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung ini.

Ia pun berharap harus ada lebih banyak dukung riil dari pemerintah daerah hingga pusat untuk mengembangkan industri animasi di Bali. Sebab sebagai salah satu bagian dari sub sektor ekonomi kreatif, animasi ini sangat potensial juga untuk mendukung pariwisata Bali dan nasional.

“Jadi konsepnya adalah Creative Tourism. Dan animasi ini bisa mengambil peran penting, peran ganda dalam mengeliatkan ekonomi kreatif sekaligus industri pariwisata,” imbuhnya.

Ikuti Jejak Kesuksesan “Battle of Surabaya”

Industri animasi memiliki potensi ekonomi yang cukup besar dan menjanjikan. Harga jual film animasi cukup tinggi. Contohnya saja film animasi Fozen produksi Walt Disney terjual sampai sekitar Rp 15 triliun.

Jadi jika anak-anak bangsa Indonesia mampu memproduksi film animasi kelas dunia dan bisa masuk ke Hollywood, tentu hal itu tidak hanya akan mendulang penghasilan tinggi, tapi juga akan membanggakan Indonesia.

Contohnya, film animasi karya anak bangsa dari STMIK AMIKOM Yogyakarta yang berjudul “Battle of Surabaya” dimana mampu meraih belasan berbagai penghargaan internasional.

Seperti Winner Remi Award The 49th Annual WorldFest-Houston 2016, Winner Best Animated Film Feature 3rd Noida International Film Festival 2016 di India, Official Selection Holland Animation Film Festival Netherland (HAFF) 2016 Tributes Special Acreenings 11th Athens Animfest. Lalu Official Selection Dingle International Film Festival 2016 di Irlandia untuk kategori Feature Animated Films hingga  Best Animation di Milan IFF 2017.

Penghargaan ini membuktikan film dengan total biaya produksi Rp15 miliar yang dikerjakan selama tiga tahun, mampu menembus pasar internasional walau sepenuhnya atau 100 persen dikerjakan animator lokal, karya anak bangsa Indonesia.

“Kita ingin lahir lagi film animasi Indonesia yang bisa diapresiasi internasional. Tapi kali ini harus dari Bali yang bisa setidaknya menyamai prestasi film animasi Battle of Surabaya. Bisa mendunia membanggakan Indonesia dan Bali khususnya,” tutup Agus Putra Sumardana.

Pewarta: Widana Daud
Editor: Hana Sutiawati