Foto: Tampilan hitung mundur menuju pelaksanaan 10th World Water Forum pada Mei 2024 pada acara penutupan The2nd Stakeholders Consultation Meeting (SCM) pada Jumat (13/10/2023) petang di Bali.

Badung (Metrobali.com)-

The 2nd Stakeholders Consultation Meeting (SCM) atau Pertemuan Konsultasi Pemangku Kepentingan ke-2 atau yang diadakan pada 12–13 Oktober 2023 resmi ditutup pada Jumat (13/10/2023) petang. Hasil pertemuan berupa sejumlah komitmen dan rencana aksi konkret terkait permasalahan air global, yang akan dibahas lebih lanjut di pertemuan 10th World Water Forum pada Mei 2024.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono yang juga Ketua Harian Panitia Nasional Penyelenggaraan World Water Forum ke-10 2024 mengatakan bahwa SCM ke-2 memainkan peran penting dalam meletakkan dasar bagi World Water Forum mendatang.

Para pemangku kepentingan diajak untuk membahas lebih lanjut soal permasalahan air lewat proses tematik, regional, dan politik. Serta, terus menggiatkan kolaborasi antara negara maju dan berkembang.

“Pada kesempatan ini, kami membahas ‘water justice’ secara global, termasuk pengelolaan air di pulau-pulau kecil dan akses air bersih untuk semua. Kemudian, kami akan memetakan keterkaitan antar subtema, wilayah, dan ketiga proses, merencanakan tindakan lebih lanjut dan merancang hasil akhir untuk forum, serta merancang tindak lanjut setelahnya,” kata Menteri Basuki pada opening ceremony SCM ke-2 pada Kamis (12/10/2023).

Wakil Presiden World Water Council (WWC) Eric Tardieu menyampaikan bahwa dalam dua hari penyelenggaraan SCM ke-2, semakin terlihat jelas ide dan inisiasi yang akan dibahas pada World Water Forum mendatang, khususnya pada proses politik, tematik, dan regional.

“Objektif kita bersama adalah kita menginginkan sebuah forum dengan aksi nyata. Dalam dua hari ini, saya mendengar bahwa sesi breakout dari proses tematik menghasilkan pembahasan yang begitu konkret, kaya, dan nilai tambah yang kuat untuk dibahas dan dikerjakan lebih lanjut,” ujar Eric Tardieu pada acara penutupan SCM ke-2 pada Jumat (13/10/2023).

Menurut Eric, banyaknya input yang berkualitas tersebut menegaskan bahwa agenda SCM begitu penting sebagai langkah dan kerja kolektif menuju penyelenggaraan World Water Forum 2024.

Usai penutupan, pada hari yang sama berlangsung sesi wawancara yang dimoderatori oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Kominfo Usman Kansong, yang dihadiri narasumber Wakil Presiden WWC Eric Tardieu dan Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR Mohammad Zainal Fatah.

“Kita sudah banyak berdiskusi menerima input dan mendapatkan kontribusi baru, dan saat ini sekitar 150 potensi tematik yang kita terima dan dari sini kita dapat lebih jelas melihat visi yang akan dibawa. Proses regional juga berjalan baik dan kita akan terus melanjutkan hal tersebut guna mendapatkan agenda program yang akan dijalankan pada 10th WWF di 2024,” tambah Eric Tardieu pada sesi wawancara setelah closing ceremony.

Di sisi lain, Zainal Fatah menyampaikan bahwa di luar SCM ke-2 ini telah berlangsung juga beberapa pertemuan penting pada satu hari sebelumnya (11/10/2023).

“Satu hari sebelum SCM, berlangsung juga bilateral talk dengan beberapa negara dan lembaga. Yang menggembirakan adalah pada SCM ke-2 ini, jumlah peserta internasional meningkat 1,5 kali lipat dibanding di Jakarta yakni lebih dari 1000 peserta,” terang Zainal Fatah.

Proses Tematik, Regional, dan Politik di SCM ke-2

Melanjutkan agenda SCM ke-1 yang berlangsung pada Februari 2023 lalu, agenda SCM ke-2 kali ini turut membahas lebih lanjut tentang enam subtema dalam proses tematik. Keenam subtema tersebut dibahas pada breakout session yang diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, lembaga, praktisi, asosiasi, hingga individu yang memiliki perhatian kepada sumber daya air.

Subtema pertama yakni Water Security and Prosperity, menghasilkan lima topik yaitu manajemen pasokan dan permintaan air yang baik (sound water supply and demand management), ekonomi sirkular di sektor air dan sumber daya air non konvensional (circular economy in the water sector and non conventional water resources), air untuk pangan dan pertanian (water for food and agricultural), air untuk energi (water for energy), dan kerawanan air dan pembangunan (water insecurity and development).

Sedangkan subtema kedua yakni Water for Humans and Nature, perbaikan kualitas air (water quality improvement), konservasi dan pemulihan air tawar dan keanekaragaman hayati (conservation and restoration of freshwater and biodiversity), air minum yang aman untuk semua (safe drinking water for all), akses terhadap sanitasi dan kebersihan air untuk semua (access to water sanitation and hygiene for all), dan pengelolaan sumber daya air terpadu dan pendekatan lintas sektoral (integrated water resources management and cross-cutting, cross sectoral approaches).

Disaster Risk Reduction and Management yang menjadi subtema ketiga juga tak kalah penting dalam membuat mitigasi terhadap permasalahan air. Partisipasi berbasis masyarakat yang memadukan teknologi dan pendekatan inovatif dengan kearifan lokal menjadi poin penting dalam pendekatan pengelolaan risiko banjir. Terlebih, pendekatan yang berketahanan iklim di tengah perubahan iklim global. Pengelolaan risiko banjir juga membutuhkan keterlibatan berbagai pihak di tingkat daerah dan nasional. Kesimpulan lainnya yakni, memanfaatkan ekosistem (Ecosystem-based disaster risk reduction/Eco-DRR) dalam mencegah dan mengurangi bencana.

Sedangkan pada subtema Cooperation and Hydro-Diplomacy dibahas beberapa topik seperti peningkatan kolaborasi internasional lintas batas dan lintas negara, mendorong kerja sama yang terdesentralisasi, memperkuat dialog dan kerja sama lintas sektoral, memastikan keterlibatan pemangku kepentingan dan partisipasi aktif publik, menegakkan lembaga dan kerangka hukum yang transparan dan akuntabel, serta mempromosikan integritas dan memperkuat kesetaraan.

Pada subtema Water and Innovative Finance, dihasilkan topik-topik yang berkutat terkait infrastruktur finansial air global, pemulihan dan ketahanan pascakrisis, strategi finansial untuk pelayanan air minum, hingga strategi finansial untuk pelayanan sanitasi yang lebih baik.

Subtema keenam Knowledge and Innovation, menghasilkan topik-topik terkait akses dan pengelolaan data, baik lewat peningkatan kapasitas ataupun transfer pengetahuan untuk menghilangkan ketimpangan, sistem informasi air, sehingga pengetahuan soal air dapat lebih inklusif bagi siapapun.

“SCM ini adalah bagian dari proses panjang kita menuju ke World Water Forum tahun depan. Kita berdiskusi dan menghasilkan topik-topik yang potensial. Sekarang bukanlah final, tetapi kita sedang mencari inisiasi-inisiasi dengan memastikan seluruh pengalaman baik dari berbagai pihak akan dikonsolidasikan, dieksplorasi, dan diekspansi,” tegas Zainal Fatah. (rls)