Foto: Business Development Director Indonesian Packaging Federation (IPF) Ariana Susanti dan Executive  Director  Indonesian Packaging Federation (IPF) Henky Wibawa berfoto bersama di sela-sela acara tahunan Asian Packaging Federation (APF) di Keraton Room, Hotel Nusa Dua Beach pada Kamis 7 November 2024.

Badung (Metrobali.com)-

Tahun ini, Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah pertemuan bergengsi bagi komunitas pengemasan Asia, saat Indonesian Packaging Federation (IPF) menyelenggarakan acara tahunan Asian Packaging Federation (APF) di Bali. Tak sekadar pertemuan biasa, IPF juga menggelar konferensi internasional bertajuk Packaging Sustainability in Asia – The Road Map and Journey Toward Circular Economy, yang akan berlangsung pada 7-8 November 2024 di Keraton Room, Hotel Nusa Dua Beach, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

Menggandeng tiga pilar penting, pemerintah, akademisi, dan industri,  konferensi ini mengajak semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan ekonomi sirkular di Indonesia dan Asia. Dukungan pemerintah sangat dinantikan, sebagai peluang untuk berdiskusi langsung tentang tantangan dan peluang pengelolaan sampah kemasan di negeri ini.

Para pembicara dari berbagai institusi riset dan asosiasi pengemasan, seperti Indonesia Packaging Federation, Asosiasi Pulp & Kertas Indonesia, IPRO, dan ADUPI, akan berbagi pandangan luas tentang praktik keberlanjutan di industri kemasan Indonesia.

Ariana Susanti selaku Business Development Director Indonesian Packaging Federation  (IPF) menjelaskan, IPF tahun ini menjadi tuan rumah acara APF karena IPF sendiri adalah anggota dari Asian Packaging Federation (APF). Dalam acara tersebut, 10 negara turut hadir, di antaranya India, melalui Indian Packaging Institute, serta peserta dari Turki, Jepang, Korea Selatan, Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, Singapura, Filipina, dan tentunya Indonesia.

“Kali ini ada 10 negara datang di acara kita, termasuk di antaranya dari India, Indian Packaging Institute, selain dari Turki juga ada, dari Jepang, dari South Korea, Sri Lanka, Bangladesh, Thailand, Singapore, Philippines dan Indonesia,” katanya.

Ariana Susanti menjelaskan bahwa konferensi ini diselenggarakan karena isu keberlanjutan (sustainability) kemasan di Asia menjadi hal yang sangat krusial saat ini. Acara ini bertujuan untuk berbagi informasi dan berdiskusi tentang berbagai topik, termasuk mengenai APF, manajemen risiko, dan lainnya.

“Jadi memang kenapa kita menyelenggarakan konferensi ini karena ini menjadi isu yang sangat krusial saat ini ya mengenai sustainability packaging di Asia ini. Jadi kita sharing, diskusi semuanya baik tentang APF, tentang risk management dan sebagainya,” ujarnya.

Henky Wibawa selaku Executive  Director  Indonesian Packaging Federation (IPF) menambahkan, tujuan dari acara ini adalah untuk memperkuat posisi IPF sebagai tuan rumah karena juga merupakan anggota dari Asian Packaging Federation (APF). Ia menjelaskan bahwa sebelumnya telah diadakan pertemuan Asian Packaging Federation yang dilaksanakan dua kali dalam setahun. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan konferensi yang berlangsung selama dua hari, dengan fokus pada isu penting saat ini, yaitu kemasan berkelanjutan dan penerapan ekonomi sirkular.

“Dan kemudian yang kita lanjutkan mulai hari ini dan besok itu adalah conference dengan tujuan yang tadi dikatakan adalah menjadi isu yang salah satu penting hari ini adalah kemasan yang berkelanjutan kita sebut atau dalam yang lebih lengkap lagi adalah kita harus melakukan sirkular ekonomi,” ujar Henky Wibawa.

Dia menjelaskan bahwa pada konferensi kali ini menampilkan beberapa pembicara yang akan membahas teknologi yang perlu dikembangkan dalam industri kemasan, serta berbagi pengalaman dari perusahaan-perusahaan kemasan. Ia menambahkan bahwa tantangan terbesar, khususnya di Indonesia, adalah penerapan keberlanjutan, yang juga mencakup pengolahan sampah. Henky juga menyebutkan bahwa Bali merupakan salah satu daerah yang sudah mulai bergerak untuk menghadapi tantangan ini.

“Karena tuntutan ini sudah mulai terutama tentunya kita di Indonesia masih banyak tantangannya karena berkelanjutan ini tentunya juga yang dilengkapi harus adalah dari sisi pengolahan sampahnya. Saya kira Bali juga salah satu yang sudah mulai bergerak untuk itu,” terangnya.

Henky Wibawa menjelaskan bahwa dalam industri kemasan, fokus utama mereka adalah mengembangkan teknologi yang memungkinkan semua jenis kemasan yang diproduksi dapat didaur ulang. Hal ini sejalan dengan konsep ekonomi sirkular, yang bertujuan mengurangi dampak sampah dari kemasan yang digunakan.

Selain itu, ia juga menyoroti pentingnya mengatasi emisi karbon, yang menjadi tantangan besar akibat perubahan iklim. Sebagai contoh, meskipun sekarang ini seharusnya sudah memasuki musim hujan, cuaca masih tetap panas, yang menunjukkan urgensi dari isu emisi karbon, yang juga menjadi salah satu topik penting dalam konferensi ini.

“Emisi karbon itu juga menjadi tantangan hari ini karena perubahan cuaca yang terjadi. Misalnya sekarang ini kita harusnya sudah masuk di musim hujan, tapi sudah masih tetap panas gitu ya. Nah itu salah satu yang kami lakukan konferensi ini,” ujarnya.

Pada malam pertama konferensi, suasana  berubah menjadi gemilang dengan digelarnya malam penghargaan PackindoStar dan AsiaStar Awards 2024. Sebanyak 14 karya dari Indonesia menerima penghargaan PackindoStar dalam tiga kategori: Consumer Package, Transport Package, dan Sustainability Package. Khusus tahun ini, kategori Sustainability Package juga hadir dalam dua sub-kategori, yaitu Komersial dan Konsep, yang mencerminkan komitmen kuat menuju keberlanjutan.

Kisah inovasi dan inspirasi pun akan tercipta di sini, saat para anggota APF dari berbagai negara, termasuk Jepang, Korea, Turki, dan Filipina, berbagi pengalaman dan pengetahuan. Dari rigid plastic packaging hingga corrugated box heavy-duty untuk block engine, dan inovasi-inovasi dalam kategori keberlanjutan, semua ini dihadirkan untuk mendukung terciptanya desain kemasan sirkular yang mempercepat langkah menuju ekonomi berkelanjutan.

Melalui ajang penghargaan PackindoStar, pemenang-pemenang lokal ini memperoleh kesempatan untuk bersaing di level internasional, membawa nama Indonesia menuju panggung AsiaStar dan WorldStar Awards. Dengan semangat kolaborasi dan harapan besar, acara ini menjadi lebih dari sekadar pertemuan,  ia adalah perjalanan kolektif untuk menciptakan masa depan kemasan yang lestari dan bermakna, bagi Indonesia dan dunia.

Sementara itu Joseph Ross selaku President Asian Packaging Federation (APF) menjelaskan, Asian Packaging Federation, yang terdiri dari 14 negara anggota di kawasan Asia dan didirikan di Jepang sejak 1967, mengadakan konferensi keberlanjutan di Bali, Indonesia. Dalam konferensi ini, isu keberlanjutan yang kini menjadi fokus utama tidak hanya di Asia, tetapi juga di seluruh dunia, akan dibahas lebih lanjut.

“Kami sangat senang berada di Bali, Indonesia untuk konferensi keberlanjutan ini. Seperti yang kita semua ketahui, keberlanjutan sekarang menjadi isu utama, tidak hanya di Asia, tetapi di seluruh dunia,” katanya.

Joseph Ross kemudian menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang tepat, terutama dalam industri pengemasan. Menurutnya, pengemasan sering kali menjadi penyebab utama pencemaran dan dianggap sebagai faktor penting dalam bencana lingkungan. Konferensi ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan solusi terkait pengelolaan sampah dan keberlanjutan.

“Sangat penting untuk memiliki pengelolaan sampah yang baik, terutama di industri pengemasan. Sekali lagi, terima kasih banyak telah menerima kami di sini. Kami berharap konferensi dua hari ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat,” tuturnya.

Rajesh Kumar Mishra selaku Vice President Asian Packaging Federation (APF) dan Director of Indian Institute of Packaging (IIP) mengapresiasi konferensi yang diselenggarakan oleh Indonesian Packaging Federation (IPF) di Bali. Dalam pertemuan sebelumnya, sejumlah keputusan penting diambil untuk meningkatkan pengakuan terhadap profesional di bidang pengemasan serta memperkuat kerjasama antar negara anggota.

IIP, yang merupakan anggota pendiri Asian Packaging Federation (APF), memiliki sejarah hampir 60 tahun sejak didirikan satu tahun sebelum APF. Melalui konferensi ini, IIP berharap dapat memperkuat kerjasama antar negara Asia dalam bidang pengemasan, dengan fokus pada keberlanjutan dan penerapan plastik dalam ekonomi sirkular, yang juga merupakan prioritas pemerintah India.

“India telah menerapkan larangan penggunaan plastik sekali pakai dan peraturan pengelolaan sampah plastik. Diskusi juga berfokus pada langkah-langkah yang dapat diambil oleh negara-negara Asia lainnya untuk melindungi lingkungan bagi generasi mendatang,” ungkapnya.

Rajesh Kumar Mishra mengatakan lebih lanjut, Industri pengemasan global terus berkembang dengan pesat, bahkan di tengah tantangan yang dihadapi sektor-sektor lain selama pandemi COVID-19, di mana permintaan untuk pengemasan makanan dan obat-obatan meningkat.

Pengemasan dianggap sebagai bagian penting dari peradaban manusia yang telah ada sejak lama, membantu masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari. Para peserta konferensi berharap kolaborasi ini akan mendorong industri pengemasan untuk lebih berkelanjutan dan bermanfaat bagi umat manusia.

“Pengemasan yang semakin berkembang secara ilmiah dan informasi yang diberikan sangat bermanfaat bagi kita semua. Kami sangat bangga menjadi bagian dari industri yang membantu umat manusia,” pungkasnya.

Sunil Jain Chairman of  Indian Institute of Packaging mengatakan, dalam konferensi kali ini, pembicaraan difokuskan pada keberlanjutan dalam kemasan plastik dari perspektif India untuk kawasan Asia Pasifik.

Beberapa hal yang menarik perhatian adalah hubungan erat antara India dan Indonesia, yang semakin diperkuat dengan undangan Presiden Indonesia untuk menghadiri perayaan Hari Republik di India pada tahun 2026. Selain itu, India juga akan memasok sistem rudal Brahmos untuk industri pertahanan Indonesia. Kedekatan kedua negara ini membuka peluang besar untuk berbagai kolaborasi.

“India juga akan memasok sistem rudal Brahmos untuk industri pertahanan Indonesia. Ini menunjukkan hubungan yang sangat erat antara India dan Indonesia, dengan banyak peluang untuk kolaborasi,” tuturnya.

Sunil Jain mengatakan lebih lanjut, melalui konferensi ini, para peserta berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk memajukan industri pengemasan di kawasan Asia Pasifik. “Kami di sini untuk berbagi pengalaman mengenai industri pengemasan di kawasan Asia-Pasifik,” tandasnya. (wid)