Foto: Calon Walikota Denpasar dari Paslon ABDI Gede Ngurah Ambara Putra saat bersama kader NasDem Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Semangat membara menyelimuti Partai NasDem Kota Denpasar pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Denpasar nomor urut 1, Gede Ngurah Ambara Putra dan I Nengah Yasa Adi Susanto, yang akrab disebut paket ABDI. Mereka siap bersatu memenangkan Pilwali Denpasar 2024.

Di tengah suasana hangat, kader-kader NasDem tak hanya memberi dukungan, tapi juga menyampaikan harapan besar. Seperti yang disampaikan Ida Bagus Bima Putra yang akrab disapa Gus Bima, yang menegaskan masalah kemacetan, sampah, dan kependudukan sebagai tantangan krusial yang harus segera ditangani, terutama di wilayah Denpasar Timur.

“Bagi kami isu itu yang akan membawa semangat masyarakat untuk memilih,” kata Gus Bima saat acara Temu Wirasa Paslon ABDI dengan pengurus dan kader NasDem Kota Denpasar di Gedung DPW Partai NasDem Bali pada Minggu sore 12 Oktober 2024.

Gus Bima menyampaikan bahwa masalah Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) di Kertalangu merupakan isu krusial untuk Denpasar Timur. Ia menegaskan bahwa isu ini sudah beberapa kali menjadi sorotan, bahkan menimbulkan demonstrasi dari warga setempat. Gus Bima secara tegas menolak keberadaan TPST tersebut, karena lokasi yang dipilih kurang representatif.

Menurutnya, lokasi tersebut berada di pinggir jalan dan berdekatan dengan area pariwisata, seperti Pantai Biaung yang indah. Ia merasa pembangunan TPST di Kertalangu terkesan dipaksakan. “Tempat itu seolah dipaksakan,” ujarnya, menggambarkan betapa masalah ini sudah lama menjadi sorotan, hingga menimbulkan protes warga.

Saat ini Pemerintah Kota Denpasar bahkan sudah menutup total operasional TPST Kesiman Kertalangu. Penutupan dilakukan karena hingga akhir waktu surat peringatan berakhir pada Kamis kemarin, PT Bali Citra Metro Plasma Power (Bali CMPP) belum mampu melakukan pengolahan sampah sesuai dengan perjanjian.

Lebih lanjut Gus Bima mengenang masa kala dirinya menjabat sebagai Kepala Desa Kesiman dan kala itu Denpasar masih dipimpin Walikota Denpasar saat itu, Rai Mantra, menyiratkan betapa pengelolaan sampah di Denpasar masih jauh dari kata tuntas. “Hampir di seluruh Indonesia, sistem pengelolaan sampah sama—bukan menyelesaikan masalah, tapi memindahkannya,” ujarnya penuh harap agar calon pemimpin baru bisa memecahkan teka-teki ini.

Gus Bima menceritakan pengalamannya saat menjabat sebagai Kepala Desa Kesiman, di mana ia bersama Walikota Denpasar pada waktu itu, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, sering melakukan studi banding ke berbagai daerah untuk memahami mengapa Denpasar tidak mendapatkan penghargaan Adipura. Salah satu fokus utama dalam studi banding tersebut adalah pengelolaan sampah.

Ia mengamati bahwa sistem pengelolaan sampah di hampir seluruh Indonesia, termasuk di Batam, Yogyakarta, dan Malang, memiliki kesamaan dengan yang diterapkan di Denpasar. Namun, ia menegaskan bahwa solusi yang ada tidak benar-benar mengatasi masalah, melainkan hanya memindahkan masalah. Sampah diambil dari rumah dan pinggir jalan, kemudian dibawa ke depo, di mana proses selanjutnya adalah pembakaran atau penumpukan, seperti yang terjadi di TPA Suwung.

“Sistem pengelolaan sampah hampir semua di seluruh Indonesia, ya kami pernah ke Batam, ke Jogja, ke Malang, sistemnya sama seperti kayak kita. Bukan menghilangkan masalah, tetapi memindahkan masalah. Sampah diambil dari rumah, sampah diambil dari pinggir jalan, terus dibawa ke depo, sampai di depo, ya dibakar, atau bagaimana, dan nantinya seperti di TPA Suwung menumpuk begitu,” tuturnya.

Hal serupa juga terjadi di TPST Kertalangu, di mana sampah dibakar. Oleh karena itu, warga yang tinggal di Kertalangu mengeluhkan masalah ini setiap malam karena bau yang menyengat dan asap yang menyebar ke sekitar. Diungkapkannya bahwa masyarakat setempat telah memberikan aspirasinya kepada siapapun calon walikota yang terpilih nantinya agar bisa menyelesaikan dengan tuntas masalah di TPST Kertalangu. Mereka berharap calon tersebut memiliki solusi yang efektif untuk mengatasi permasalahan ini.

“Bagi warga Kertalangu, bau menyengat dan asap tebal dari TPST tiap malam seolah menjadi duri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka berharap besar pada siapa pun yang terpilih nanti untuk membawa perubahan nyata. Warga butuh menghirup udara segar bukan bau sampah,” ujar Gus Bima.

 

“Nah  karena itu masyarakat kami juga sudah sampaikan, siapa nanti calon Walikota ini harus tuntas, bagaimana mempunyai trik untuk menyelesaikan masalah itu. Malahan ada masyarakat bilang, ini bagaimana cara agar ini supaya dipindahkan,” tegasnya.

Gus Bima menekankan pentingnya mencontoh keberhasilan Singapura dalam mengatasi masalah sampah. Ia mempertanyakan mengapa, meskipun Denpasar merupakan wilayah pariwisata, masalah sampah hingga saat ini masih belum teratasi. Ia mencatat bahwa isu ini juga menjadi topik perdebatan di kalangan anggota DPRD Denpasar.

Dalam konteks ini, ia mengusulkan agar masalah pengelolaan sampah dijadikan isu utama bagi Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota, Ambara-Adi. Gus Bima percaya bahwa jika solusi yang jelas untuk menangani masalah ini disampaikan kepada masyarakat, mereka akan menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap calon tersebut.

Gus Bima meyakini, jika pasangan ABDI mampu mengusung solusi konkret terhadap masalah sampah ini, semangat masyarakat akan bangkit. “Jika calon kita, Ambara-Adi, punya trik untuk menyelesaikan masalah ini, saya yakin, masyarakat akan antusias,” tutupnya penuh harap bahwa kemenangan ABDI bukan sekadar tentang politik, tapi tentang mimpi besar Denpasar yang lebih bersih dan layak huni. (wid)