Foto: Penglingsir Puri Peguyangan Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Widiada yang juga Ketua Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Banyak yang meyakini korupsi menjadi permasalahan besar dan ibarat “penyakit kronis” bagi bangsa Indonesia. Bahkan tak jarang disebut korupsi sudah mendarah daging menjadi budaya di kalangan pemegang kekuasaan dan di lingkaran kekuasaan.

Namun kini bangsa Indonesia menghadapi ancaman yang tidak kalah berbahaya dibandingkan korupsi yakni ketidakdisiplinan menjalankan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Menurut Penglingsir Puri Peguyangan Denpasar Anak Agung Ngurah Gede Widiada di saat masyarakatnya tidak disiplin, lengah, abai dengan protokol kesehatan, disitulah kita sebagai sebuah bangsa seperti terjajah oleh pandemi Covid-19.

“Kita tidak akan bisa ‘merdeka’ dari Covid-19 kalau masyarakat tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan,” katanya.

Hal ini disampaikan tokoh Puri yang akrab disapa Gung Widiada ini saat ditemui usai memberikan bingkisan beras kepada perwakilan warga Banjar Pulugambang, Desa Adat Peguyangan, Kecamatan Denpasar Utara, Kota Denpasar, Sabtu (8/8/2020).

Menurut Gung Widiada yang juga Anggota DPRD Kota Denpasar dari Partai NasDem ini, fakta di lapangan masih sering ditemukan masyarakat biasa, public figur hingga para pejabat yang abai dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

Contohnya yang viral beberapa hari lalu adalah apa yang terjadi dengan Agus Mulyana, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kabupaten Karawang yang mengamuk saat diberhentikan petugas gabungan karena tak memakai masker. Ia bahkan sempat mengancam petugas yang merazianya.

“Public figur, para politisi, para pejabat harus menjadi contoh, suri teladan dalam kedisplinan menjalankan protokol kesehatan, bukan sebaliknya menunjukkan sikap abai bahan meremehkan di ruang-ruang publik,” kata Gung Widiada.

Sekretaris Fraksi NasDem-PSI DPRD Kota Denpasar ini berharap jangan ada ego dari tiap-tiap individu merasa dirinya kebal dari Covid-19 sehingga mengabaikan protokol kesehatan.

Sebab hal itu tidak hanya sangat berbahaya bagi individu bersangkutan, tapi juga membahayakan orang-orang di sekitarnya yang bisa saja terpapar Covid-19 dari OTG (Orang Tanpa Gejala) yang abai dengan protokol kesehatan ini.

“Jangan ego, jumawa melawan Covid-19 bilang ini tidak ada tidak benar. Jangan merasa jadi ‘manusia setengah dewa’ yang kebal Covid-19 sehingga bisa seenaknya melanggar protokol kesehatan,” tegasnya.

Anggota DPRD Kota Denpasar Dapil Denpasar Utara dari Partai NasDem ini mengatakan terlebih memang tidak ada yang garansi dengan penerapan protokol kesehatan seseorang bisa bebas 100 persen dari potensi terjangkit Covid-19.

Namun setidaknya penerapan protokol kesehatan ini menjadi langkah preventif yang diyakini dapat menekan dan memperkecil peluang tertular Covid-19. Diantaranya rajin mencuci tangan dengan sabun, tetap pakai masker, selalu  jaga jarak dan jangan berkerumun

“Paling tidak WHO sudah terapkan itu sebagai standar kesehatan internasional pencegahan Covid-19. Dan itu kita yakini sebagai salah satu cara terbaik saat ini sepanjang belum ditemukan vaksin Covid-19,” ujar Gung Widiada yang juga Wakil Ketua DPW Partai NasDem Bali ini.

Menurutnya agar “merdeka” dari pandemi Covid-19 dibutuhkan spirit kebersamaan gotong royong dan tekad kuat dari dalam diri masing-masing dari individu masyarakat mendukung segala upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penyebaran virus ini.

Diperlukan adanya kesadaran diri yang tumbuh dari dalam, wajib ada motivasi internal. Bukannya sekadar motivasi atau dorongan eksternal misalnya berupa sanksi tegas dari pemerintah.

Kesadaran dari dalam diri dan instrospeksi diri inilah yang dalam kearifan lokal masyarakat Bali disebut sebagai “mulat sarira”.

“Mulat sarira, penyadaran diri taat pada protokol kesehatan pencegahan Covid-19 adalah kunci kita agar merdeka dari Covid-19,” tegas Gung Widiada.

Dikatakan, walau ada “New Normal atau Kebebasan Hidup Baru” tidak pernah ada situasi Normal Kembali, namun kehidupan mesti dijalani dengan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

“Jangan coba-coba bangun persepsi seakan-akan kita sudah merdeka dari Covid-19. New Normal jangan diartikan bebas seakan-akan semuanya bisa,” kata Gung Widiada.

Diakuinya, memang paling sulit menekan ego masyarakat dan masih ada yang tidak percaya Covid-19 ini nyata.

“Sudah tahu kondisi begini malah leha-leha. Karenanya penting kita terus ingatkan dan edukasi masyarakat agar taat dan disiplin jalankan protokol kesehatan,” pungkas Gung Widiada. (wid)