Jakarta, (Metrobali.com)

Sedang ramai di medsos isu tentang fenomena Matahari Kembar, analogi relasi kuasa terhadap fenomena: Prabowo sebagai de jure Presiden, dengan mantan Presiden Jokowi oleh sementara publik dinilai de facto nyaris mirip sebagai presiden.

“Fenomena buruk kepemimpinan yang tumpang tindih, sarat dengan agenda terselubung, “politicking”, dan diperkirakan tidak efektif dan kemudian gagal,” kata Jro Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi politik, Kamis 24 April 2025 menanggapi fenomena Matahari Kembar kepemimpinan di Indonesia.

Dikatakan, fenomena Matahari Kembar ini, menimbulkan beragam teori konspirasi yang cendrung menjadi “liar” tak terkendali tentang: balas jasa politik yang berlebihan, politik saling sandra, sampai adanya dugaan agenda gelap di antara mereka.

Menurutnya, fenomena ini, dari perspektif kepemimpinan, akan membuat suasana kabinet menjadi: tidak jelas dan tidak kondusif, agenda kabinet yang tidak efektif, bisa “saling potong”, kesetiaan tim yang bisa mendua, yang kemudian bisa berujung ke pengkhianatan kepada pemimpin formal.

“Fenomena ini, akan menyumbat kepemimpinan otentik pemimpin formal dalam menyelenggarakan pemerintahan: penyusunan politik fiskal yang sehat, menyusun skala prioritas dalam penanganan krisis ekonomi yang berlangsung: perang tarif, tingginya PHK dan terus merosotnya iklim investasi,” kata Jro Gde Sudibya.

Dikatakan, risiko ekonominya tinggi, kehilangan fokus dalam: mengelola defisit fiskal yang jumbo, bisa mencapai Rp 800 T – Rp.1,000 T tahun ini, nilai rupiah yang merosot tajam, melewati angka Rp.17 ribu per 1 dolar AS, IHSG di Bursa Efek Jakarta yang terus tertekan, investor luar negeri yang “kabur”, terakhir LG membatalkan rencana investasinya dalam proyek pasok baterai listrik dengan rencana investasi sekitar Rp.190 T, “hantu” PHK yang menghadang dengan jumlah puluhan ribu tenaga kerja.

” Ini merupakan titik singgung antara krisis ekonomi dan politik, mengingat sejarah peristiwa politik tahun 1966 dan 1998,” kata Jro Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi politik.

Jurnalis : Nyoman Sutiawan