Denpasar,  (Metrobali.com)

 

Komunitas Malu Dong merayakan hari jadinya yang ke-16 dengan menggelar pameran seni rupa bertajuk “Seni untuk Perubahan: Merayakan Keindahan Alam Bali”, yang resmi dibuka pada Kamis, 10 April 2025 di Sudakara Artspace, Sanur.

Acara pembukaan dihadiri oleh istri Gubernur Bali, Ni Putu Putri Suastini Koster, yang secara simbolis membuka pameran.

Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya perubahan pola pikir masyarakat dalam menangani masalah sampah, khususnya sampah plastik yang masih menjadi persoalan krusial di Bali.

“Siapa yang membuat sampah, harus bertanggung jawab terhadap sampahnya. Dari ide itulah lahir Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber. Literasi dan kesadaran lingkungan harus terus diperkuat,” tegas Suastini.

Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Komunitas Malu Dong dan 13 seniman lokal Bali, antara lain: Uuk Paramahita, I Made Gunawan, Eni Astiarini, I Made Somadita, I Nyoman Loka Suara, Made Bayak, Ida Bagus Gde Surya Dharma, Jango Pramartha, Agus Kama Loedin, Made Kaek, Ni Way, Ni Luh Vonidewi, dan A.A. Putu Oka Astika.

Mengusung subtema “Nyampaht”, pameran ini mengangkat filosofi sapu lidi sebagai simbol persatuan dalam menghadapi persoalan sampah.

“Sapu lidi melambangkan kekuatan kolektif. Kita harus bersatu—pemerintah, seniman, pelajar, masyarakat—untuk bergerak bersama menyapu bersih persoalan sampah ini,” ujar Komang “Bemo” Sudiarta, Pendiri Komunitas Malu Dong.

Ia juga menyuarakan keprihatinannya terhadap pencemaran air di Bali dan menekankan pentingnya edukasi sejak dini.

“Target kami, dalam 12 tahun ke depan anak-anak sudah paham pentingnya menjaga lingkungan,” tambahnya.

Owner Sudamala Resort, Ben Subrata, turut menyampaikan dukungannya terhadap gelaran ini. Ia menilai bahwa persoalan sampah bukan hanya soal pengelolaan plastik, tetapi menyangkut kesadaran manusianya.

“Tong sampah sudah tersedia, tapi kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya belum merata. Pemerintah juga perlu menyiapkan tempat pemrosesan sampah yang memadai,” ujarnya.

Setiap karya seni yang dipamerkan tidak hanya menyuguhkan keindahan visual, tetapi juga mengandung pesan reflektif dan ajakan untuk menjaga alam Bali. Pengunjung diajak merenungkan peran mereka dalam pelestarian lingkungan hidup, khususnya dalam mengurangi limbah plastik yang mencemari tanah dan laut.

“Seni memiliki kekuatan luar biasa untuk menggugah kesadaran. Melalui kolaborasi ini, kami ingin mengajak masyarakat merenungkan dampak tindakan mereka terhadap lingkungan,” kata Ricky Putra, CEO Sudamala Resorts.

Sejak awal tahun, Komunitas Malu Dong telah melaksanakan berbagai kegiatan bertajuk #Menuju16TahunMaluDong seperti bersih-bersih pantai, sawah, dan gunung, serta edukasi lingkungan di sekolah-sekolah.
Melalui program unggulan seperti Malu Dong Buang Sampah Sembarangan, komunitas ini terus mengembangkan karakter masyarakat yang peduli dan bertanggung jawab terhadap kebersihan lingkungan.

“Pameran ini lebih dari sekadar ajang apresiasi seni. Ini adalah gerakan kolektif untuk menyuarakan kepedulian terhadap alam Bali,” tutup Komang Sudiarta.

(Jurnalis : Tri Widiyanti)