Ilustrasi

Jakarta, (Metrobali.com)

Indonesia saat ini diguncang dengan berbagai masalah lingkungan, sosial dan keuangan mulai dari masalah realita pagar laut 30 km, skandal mega korupsi di Pertamina, dan amburadulnya pengelolaan Tambang, serta negara auto pilot.

Hal itu dikatakan Jro Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi dan kecenderungan masa depan, Jumat 28 Februari 2025 menanggapi isu politik akhir akhir ini di Indonesia.

Dikatakan pagar laut 30 km, negara nyaris tidak tahu, aktor intelektualnya “terang benderang”, indikasi melakukan kejahatan korporasi (corparate crime), tidak tersentuh hukum.

“Pejabat “teri” di akar rumput, sebut saja melakukan kejahatan jalanan -street crimes- seperti pemalsuan dokumen sudah dijadikan tersangka. Namun sampai sekarang tidak pernah tuntas penangananya. Membenarkan pemeo: “hukum tajam ke bawah, tumpul ke atas”,” katanya.

Menurutnya, dugaan skandal korupsi di Pertamina, dengan dugaan kerugian negara selama 5 tahun 2018 – 2023 sebesar Rp.945 T, ini nyaris tanpa pengawasan: Direksi dan Komisaris Pertamina, Menteri Negara BUMN, BPK, DPR, Sidang Kabinet baca Presiden. Kelihatan sepertinya aman aman saja. Tetapi kemarahan rakyat akan rezim ini akan terus berlangsung.

Dikatakan, amburadulnya pengelolaan SDA terutama dalam 10 tahun terakhir, pemberian IUP yang sarat masalah, meminggirkan jutaan masyarakat adat, pemberian IUP kepada organisasi keagamaan, yang punya potensi konflik sosial dengan masyarakat adat.

“Begitu juga rencana pemberian IUP kepada universitas, sebagai bentuk “penyuapan” terhadap lembaga pendidikan tinggi, sehingga akan mengurangi peran kontrol universitas terhadap kekuasaan, yang punya kecenderungan salah guna,” kata I Gde Sudibya.

Dikatakan, fenomena dan fakta sosial di atas, memberikan penggambaran senyatanya, dari sebuah negara bangsa yang nyaris tanpa kepemimpinan efektif -leaderless society-, atau dalam bahasa terangnya, bangsa tanpa kepemimpinan efektif. Auto Pilot?

Menurutnya, sebuah bangsa, yang diletakkan dasarnya dan visi ke depannya, dalam Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945, oleh para pemimpin cerdas cum filosof, sekarang jatuh ke tingkat yang mencemaskan, dengan risiko menjadi negara gagal. Bangsa yang a historis, terhadap perjalanan bangsanya. Ironi dan bisa menjadi tragedi.

Jurnalis : Nyoman Sutiawan