Pelecehan Tuhan Ciwa, Momentum Pemda Bali Lebih Berbenah dalam Kebijakan Pariwisata Budaya
Denpasar. (Metrobali.com)-
Bentuk buruk dari “Agama” Pasar, yang menurut sejarahwan ternama Yuval Noah Harari pengarang buku Best Salers SAPIENS dalam bukunya HOMO DEUS, Manusia Dewa, sebagai “Agama” Pertumbuhan Ekonomi.
“Dampak buruk ini, seharusnya dapat dihindari, dalam konteks pelecehan simbol Tuhan Ciwa di tempat hiburan diatas, jika Pemda Bali membuat aturan tegas tentang pelarangan penggunan simbol-simbol agama di luar konteks upakara oleh pemeluknya,” kata Jro Gde Sudibya, Intelektual Hindu, penulis buku Agama Hindu, dan Kebudayaan Bali, Selasa 4 Februari 2024.
Menurutnya, aturan Pemprov Bali harus tegas diterapkan yang disertai sangsi tegas, dengan pengawasan lapangan yang secara rutin dilakukan, sebut saja oleh Satpol PP.
“Pelecehan simbol agama yang begitu serius, bisa jadi “Puncak Gunung Es” dari persoalan sosial kultural yang tidak kalah seriusnya, ” katanya.
Dikatakan, ada beberapa dampak buruk kapitalisme pariwisata kebablasan yang memuja materi, mengabaikan simbol agama yang semestinya disakralkan oleh umat Hindu.
Dampak buruk dari kapitalisme pariwisata، bahwa kehidupan yang
begitu permisif, hidup yang “serba boleh”, “menggampangkan”, “demi uang”, dampak buruk dari sikap mental menerabas yang pernah diwanti-wanti oleh antropolog ternama Prof. Kuntjoroningrat di era tahun 70’an.
Akibat buruk lainnya dari kapitalisme pariwisata di mana masyarakat mengalami anomali, kekacauan sosial, kehilangan panutan, dari tingkat keluarga, sampai ke tingkat pimpinan formal dan informal pada lapisan sosial di atasnya.
“Dalam pribahasa sederhana dan mengena: “guru kencing berdiri, anak kencing berlari”,” kata intelektual Hindu I Gde Sudibya.
Dampak berikutnya dari kapitalisme pariwisata adalah gejala atau simpton dari apa yang disebut: atheis praktis, percaya kepada Tuhan secara teori, tetapi dalam realitas kehidupan, Tuhan dianggap tidak ada, sehingga etika moral diabaikan.
Fenomena sosial ini, kata I Gde Sudibya digambarkan dengan baik oleh Mahatma Gandhi, dengan 7 Dosa Sosial yang merupakan penyakit masyarakat. Dan, dewasa ini ciri ciri itu semakin nyata dilihat di masyarakat.
Menurutnya, tujuh dosa sosial itu, 1.Politik tanpa Prinsip. 2.Bisnis tanpa Moralitas. 3.Pencarian Kekayaan tanpa Upaya Kerja. 4.Pendidikan tanpa karakter. 5.Iptek tanpa Kemanusiaan. 6.Pencarian Kesenangan tanpa Upaya Pembatasan Diri, 7. Pemujaan Tuhan tanpa Kerelaan Berkorban.
Jurnalis: Nyoman Sutiawan