PSN Kura-Kura Bali Perlu Dikaji Ulang, Nasib Warga Serangan Agar Diperhatikan
Denpasar, (Metrobali.com)
Proyek Strategi Nasional (PSN) Kura-Kura Bali di Kelurahan Serangan, Perlu Dikaji Ulang. Pengkajian ulang ini dilakukan dengan sejumlah alasan. Penyelamatan Alam Bali, Menjaga Kesucian Pura Sakenan dan Situs yang Ada, Perlindungan Hak Nelayan dalam Mencari Nafkah.
Hal itu dikatakan I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi dan kecenderungan masa depan, Jumat 31 Januari 2025 di Denpasar.
Menurutnya, PP no.23/tahun 2023, dan Surat Persetujuan Wali Kota Denpasar No.180/196/HK, semestinya ditinjau kembali, karena reklamasi konon seluas 400 ha dari total kawasan 600 ha, diperkirakan ke depan akan berdampak serius terhadap kawasan Selatan Bali, akibat perubahan bentang alam.
Dikatakan, perlu transparansi terhadap hasil reklamasi ini, cara perolehan HGB, HSM, besarnya pendapatan non pajak yang diterima negara.
“Dalam sejarahnya kawasan suci di Pulau Serangan, lengkap dengan peninggalan arkeologinya, berelasi dengan “palebahan” ring Dalem Pengembak Sanur, dengan Prasasti Blanjong, tentang kepemimpinan Cri Kesari Warmadewa, sejarah tua Bali, di era awal Bali Mula. Sebagai kawasan tua, sudah semestinya dilestarikan,” kata I Gde Sudibya.
Menurutnya, KEK ini, sudah semestinya di design untuk bisa memberikan kemanfaatan optimal bagi masyarakat Bali, dalam bentuk “backward linkeage”menggunakan sumber daya lokal yang memadai, “forward linkeage”, out outnya berkontribusi buat kesejahteraan masyarakat lokal.
‘Jika investasinya berupa lembaga pendidikan high tech, dan pembangunan kawasan industri high tech, cukup tersedia kebijakan perusahaan, untuk memberikan insentif bagi sumber daya lokal termasuk SDM untuk berpartisipasi. Sehingga proyek ini, by design memberikan dampak “menetes ke bawah” bagi masyarakat lokal,” kata I Gde Sudibya.
Dikatakan, jangan sampai industri yang dibangun di Pulau Serangan, menjadi kantong ekonomi khusus yang eksklusif -economic enclace- yang tidak terhubung dengan lingkungan sosial, yang mudah memicu ketegangan dan bahkan konflik sosial dengan masyarakat lokal di masa depan.
“Di proyek Pulau Serangan TRI HANA KARANA mengalami ujian di lapangan, apakah serius dilaksanakan, atau sekadar jargon pemanis bibir, yang “jauh panggang dari api” ,” kata I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi dan kecenderungan masa depan.
Jurnalis : Nyoman Sutiawan