Hari ini, Rabu, 8 Januari 2025, nemu raina Buda Kliwon Ugu, pujawali ring Pura Gunung Raung/Pura Bale Agung Desa Taro, Pura yang diwariskan oleh pakulun Ida Bhatara Rsi Markandya bagi krama Bali yang setia merawat tradisi. Kepemimpinan Rsi Markandya melampaui zamannya, mengingatkan krama Bali akan nilai dan kemudian spirit kepemimpinan: menyatu dan berguru dengan alam, pemimpin dalam bahasa sekarang pembangun solidaritas, kepemimpinan adalah kesempatan “emas” untuk mengabdi dan kemudian menjadi instrumen pembebasan diri, menuju pendakian rokhani paripurna. Kontras dengan fenomena umum kepemimpinan dewasa ini, dengan sejumlah cirinya. Menyebut beberapa, pemimpin yang bukannya “memberi”, tetapi dengan gairah besar “mengambil”, bila perlu dengan melanggar etika, kepatutan dan juga norma hukum. Kedua, kebijakannya semena-mena, “menganiaya” alam, untuk kepentingan cepat dan jangka pendek, yang melanggar etika lingkungan dan etika kehidupan iti sendiri. Ketiga, tidak lagi menjadi suri teladan, bahkan bisa menjadi pemicu, penyumbang dari anomali sosial. Keempat, kepemimpinan, kekuasaan yang diemban, tidak “nayuhin gumi”, segaimana banyak diajarkan dalam Itihasa Ramayana dan Mahabaratha. Kelima, kekuasaan sekadar manuver politik dalam industri kekuasaan, yang terus menerus harus dipertahankan, dengan menghalalkan semua cara, termasuk dengan “memanipulasi” sistem keyakinan masyarakat.
Kekuasaan yang punya potensi “membakar” kehidupan, dan bahkan “membumi-hanguskan” peradaban.

Jro Gde Sudibya, intelektual Bali, menulis tentang Agama Hindu dan Kebudayaan Bali.