Foto: Suasana Workshop Eksklusif Pembuatan Teba Modern yang diselenggarakan STIE Satya Dharma Singaraja menggandeng Coca Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia.

Singaraja (Metrobali.com)-

Langit Singaraja, Kabupaten Buleleng pada Jumat, 22 November 2024, dipenuhi semangat baru dari sebuah kampus yang bertekad menjadi pelopor perubahan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Satya Dharma Singaraja, menggandeng Coca Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia, menyelenggarakan Workshop Eksklusif Pembuatan Teba Modern, sebuah langkah nyata menuju harmoni lingkungan.

Workshop yang mengusung spirit “Sinergi Pang Pade Payu” ini bukan sekadar acara biasa. Ia lahir dari sebuah mimpi besar, menciptakan kampus ramah lingkungan yang tak hanya berbicara, tetapi bertindak nyata mendukung keberlanjutan lingkungan dan menciptakan ekosistem kampus yang ramah lingkungan serta menguatkan implementasi program Eco Campus di STIE Satya Dharma Singaraja. Workshop Eksklusif Pembuatan Teba Modern ini bertujuan untuk memperkenalkan inovasi baru dalam pengelolaan sampah rumah tangga sekaligus mendukung konsep Eco Campus.

Workshop yang berlangsung di Pojok Tanam Eco Campus kampus STIE Satya Dharma Singaraja ini menghadirkan narasumber-narasumber yang berkompeten di bidangnya seperti, Ir. I Ketut Nuraga, M.T., IPU dan Dr. Nyoman Sedana, S.E., M.I.Kom, dari Pusat Studi Undiknas (PSU) dengan moderator Eka Prastiwi, S.E., M.M. Para narasumber tidak hanya membahas aspek teknis pembuatan Teba Modern, tetapi juga menyoroti pentingnya peran mahasiswa dalam menjaga keberlanjutan lingkungan melalui perubahan pola pikir dan perilaku.

Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak program ini menjadi langkah awal STIE Satya Dharma untuk menjadi garda terdepan dalam implementasi Teba Modern sebagai solusi pengelolaan sampah berkelanjutan. Teba Modern diyakini dapat menjadi model pengelolaan sampah yang efisien dan ramah lingkungan, sekaligus mengedukasi masyarakat akan pentingnya memilah sampah dari sumbernya.

Program ini tak hanya sekadar inovasi teknis, tetapi juga mencerminkan sinergi Pang Pade Payu dalam mendukung visi keberlanjutan.Workshop membahas konsep Teba Modern sebagai inovasi dalam sistem pengelolaan sampah di tingkat rumah tangga. Berbeda dengan metode konvensional yang hanya menggunakan lubang sederhana untuk pembuangan sampah organik, Teba Modern dirancang dengan struktur yang lebih teknis dan estetis.

Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan STIE Satya Dharma Singaraja, Dr. Ketut Sudarnaya, menyatakan bahwa program Eco Campus merupakan inisiatif luar biasa yang saat ini menjadi salah satu keunggulan STIE Satya Dharma Singaraja, khususnya di wilayah Singaraja. Program ini menekankan pentingnya penerapan teknologi modern untuk mengatasi permasalahan sampah, terutama di tengah keterbatasan lahan yang semakin sempit.

“Sebagai bagian dari program Eco Campus, kampus kami telah memanfaatkan lahan yang tersedia untuk mengimplementasikan Teba Modern di beberapa titik,” kata Sudarnaya lantas menambahkan fasilitas Teba Modern ini dirancang untuk mengelola sampah organik secara efektif, sementara sampah anorganik akan dikelola melalui kerja sama dengan rumah plastik, sebuah inisiatif yang berfokus pada pengelolaan limbah anorganik.

Diharapkan pengelolaan sampah ini dapat meningkatkan kebersihan lingkungan kampus sekaligus menjadi model pengelolaan sampah yang berkelanjutan dan terintegrasi antara sampah organik dan anorganik.

Para narasumber kemudian membedah lebih lanjut tentang pembuatan Teba Modern. Narasumber pertama, Ir. I Ketut Nuraga, M.T., IPU mengatakan, lubang pembuangan Teba Modern ini memiliki kedalaman total 2,5 meter, menggunakan material seperti buis beton dengan diameter 80 cm, dan dirancang agar sebagian strukturnya berada di atas permukaan tanah. Desain ini memungkinkan pengelolaan sampah yang lebih rapi, higienis, dan dapat digunakan untuk keperluan lain seperti tempat diskusi.

“Proses pengelolaan sampah dengan Teba Modern memungkinkan pemanenan kompos dalam waktu 1 hingga 2 bulan. Kompos yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga atau sebagai pupuk di perkebunan keluarga. Sistem ini lebih efisien, estetis, dan ramah lingkungan dibanding metode konvensional,” terang Nuraga.

Diharapkan Teba Modern dapat diterapkan secara luas di Bali, dengan setiap keluarga memiliki fasilitas ini di rumah masing-masing. Penerapan sistem ini juga memerlukan sosialisasi dan penegakan kebiasaan memilah sampah secara tertib di tingkat rumah tangga. Dengan demikian, masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan sekaligus memanfaatkan hasil pengelolaan sampah untuk kebutuhan sehari-hari.

Narasumber kedua, Dr. I Nyoman Sedana, S.E., M.I.Kom, menyoroti pentingnya konsep Eco Campus dalam mendukung keberlanjutan lingkungan. Ia berharap STIE Satya Dharma Singaraja dapat menjadi role model bagi kampus-kampus lain dalam menerapkan prinsip-prinsip ramah lingkungan.

“Tantangan utama dalam menciptakan Eco Campus terletak pada kesadaran, komitmen, dan perubahan perilaku. Kesadaran harus dimulai dari diri sendiri, dengan memahami bahwa sampah adalah tanggung jawab pribadi yang memerlukan langkah antisipasi dan pencegahan sejak awal,” ujar Sedana.

Meskipun regulasi terkait pengelolaan lingkungan sudah cukup baik, tantangan terbesar tetap pada perilaku individu yang sulit diubah hanya dengan aturan. Dr. Nyoman Sedana juga menekankan bahwa kampus, sebagai pusat pengetahuan, memiliki peran penting dalam mengedukasi generasi milenial untuk menjaga lingkungan, dimulai dari lingkungan kampus itu sendiri.

Koordinator Eco Campus STIE Satya Dharma Singaraja, Ketut Suardika, menyampaikan bahwa workshop pembuatan Teba Modern memiliki manfaat besar dalam mengurangi sampah organik yang keluar dari lingkungan kampus. Kompos yang dihasilkan nantinya akan dimanfaatkan untuk tanaman bernilai ekonomi, seperti sirsak, mangga, alpukat, dan kelengkeng.

Ia juga berharap program ini dapat menginspirasi mahasiswa untuk menerapkan Teba Modern di rumah masing-masing, sehingga secara bertahap mampu mengurangi volume sampah rumah tangga yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Untuk meningkatkan kesadaran, kampus terus melakukan sosialisasi di kelas-kelas dan acara tertentu, dengan tujuan mengubah pola pikir mahasiswa tentang pengelolaan sampah. Langkah ini mencakup pemisahan sampah organik dan anorganik secara teratur, serta pengelolaan sampah botol dengan benar.

Ketut Suardika juga menekankan pentingnya edukasi secara bertahap untuk mendorong perubahan perilaku masyarakat. Misalnya, untuk sampah rokok, area khusus telah disediakan di titik tertentu agar sampah puntung rokok tidak dibuang sembarangan. “Harapannya, melalui kegiatan ini, kesadaran masyarakat kampus akan pengelolaan sampah meningkat, dan mereka terbiasa memilah sampah serta menjaga kebersihan lingkungan kampus,” katanya.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STIE Satya Dharma Singaraja, Kadek Tirta Yasa, menyatakan bahwa program Teba Modern merupakan hasil kolaborasi yang luar biasa antara STIE Satya Dharma Singaraja dan Coca Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia, dengan spirit sinergi Pang Pade Payu.

Program ini diawali dengan pembuatan lubang Teba Modern pertama di kampus, sekaligus pemberian materi mengenai konsep, manfaat, dan kegunaannya. Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak, termasuk Dinas Lingkungan Hidup, komunitas pemuda Green Youth Bali, serta civitas akademika kampus.

Dalam pelaksanaannya, Teba Modern dirancang untuk menampung sampah organik, seperti daun dan limbah organik lainnya, yang nantinya akan diolah menjadi kompos bernilai ekonomi. Kompos ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan atau bahkan dijual, memberikan dampak positif secara ekonomi dan lingkungan.

Kadek Tirta Yasa menekankan pentingnya memberikan contoh nyata dalam menggugah kesadaran mahasiswa dan civitas akademika. Menurutnya, motivasi semata tidak cukup untuk mengubah perilaku jika tidak diiringi dengan tindakan konkret. Oleh karena itu, sebagai pihak yang memahami dan menjalankan program ini, pihaknya berkomitmen untuk menunjukkan praktik langsung agar seluruh civitas dapat memahami, meniru, dan mendukung implementasi Teba Modern di lingkungan kampus.

Rintan selaku Public Affairs Manager Coca Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia, menjelaskan bahwa tujuan utama dari kegiatan ini adalah inisiasi untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan melalui kolaborasi dengan STIE Satya Dharma Singaraja. Salah satu langkah konkret dalam inisiatif tersebut adalah implementasi Teba Modern, yang dirancang untuk menjadi solusi pengelolaan sampah organik.

“Harapannya, Teba Modern dapat diimplementasikan terlebih dahulu di lingkungan kampus, kemudian diperluas ke masyarakat sekitar,” katanya.

Kerja sama antara CCEP Indonesia dan STIE Satya Dharma Singaraja telah terjalin cukup lama. Terlebih lagi ada kesamaan visi kedua pihak dalam hal keberlanjutan. Kolaborasi ini mencakup berbagai program, seperti Eco Ambassador, Eco Campus, dan pemberian beasiswa kepada mahasiswa yang peduli terhadap lingkungan.

Sebagai bentuk dukungan konkret, CCEP Indonesia juga menyediakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pelaksanaan Teba Modern, seperti material beton yang telah disiapkan untuk proses instalasi di lokasi kampus. Hal ini menunjukkan komitmen bersama untuk mendorong keberlanjutan lingkungan melalui langkah-langkah nyata.

Para mahasiswa peserta Workshop Eksklusif Pembuatan Teba Modern begitu antusias mendengarkan pemaparan materi dari narasumber. Mereka juga aktif bertanya dan siap mempraktikkan pembuatan teba modern dimulai dari lingkungan keluarga.

Sementara itu Ketua Panitia Pelaksana Eco Campus, Kadek Danuarta, menyatakan bahwa program Teba Modern memberikan manfaat besar, terutama bagi mahasiswa di STIE Satya Dharma Singaraja. Program ini dilaksanakan dengan bimbingan narasumber berpengalaman yang telah memiliki keahlian dan praktik nyata dalam pengelolaan lingkungan. Kadek Danuarta berkomitmen untuk mendukung kesuksesan program Teba Modern sebagai bagian dari agenda berkelanjutan STIE Satya Dharma Singaraja.

Teba Modern, yang awalnya hanya berupa teba biasa untuk pembuangan sampah, kini dikembangkan menjadi fasilitas pengelolaan sampah sekaligus media pembelajaran bagi mahasiswa. Sampah yang dikelola melalui Teba Modern akan diolah menjadi kompos untuk menyuburkan tanaman di lingkungan kampus.

Kadek Danuarta berharap program ini dapat terus berlanjut dan memberikan dampak positif, khususnya bagi mahasiswa dan seluruh Civitas Akademika STIE Satya Dharma Singaraja, dalam upaya mendukung keberlanjutan lingkungan.

Bagi STIE Satya Dharma Singaraja, ini bukan akhir, tetapi permulaan. Mereka ingin menjadi pemantik api kecil yang membakar semangat perubahan di masyarakat. Dengan sinergi yang mereka sebut Sinergi Pang Pade Payu, mereka berharap gerakan ini menjadi inspirasi bagi banyak pihak untuk bersama menjaga bumi

Melalui workshop ini, satu pesan utama terpatri: mencintai lingkungan adalah mencintai masa depan. Dan perubahan, betapapun kecilnya, selalu dimulai dari rumah kita sendiri. Teba Modern adalah salah satu caranya. Karena bumi bukan milik kita hari ini, melainkan warisan untuk generasi mendatang. (wid)