Foto: Mantan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat bersama raja-raja se-Bali dan Dirut PT BIBU Panji Sakti di Puri Ageng Blahbatuh, Gianyar mendiskusikan rencana pembangunan Bandara Bali Utara pada Jumat 15 November 2024.

Gianyar (Metrobali.com)-

Mimpi itu telah bersemi sejak lama di hati masyarakat Bali: sebuah bandara di Bali Utara yang bukan hanya menjawab kebutuhan infrastruktur, tetapi juga menjadi simbol pemerataan pembangunan di Pulau Dewata. Di balik mimpi ini, ada nama besar yang tak pernah lelah menyuarakan harapan dan memegang teguh komitmen untuk mewujudkannya yakni Made Mangku Pastika.

Sebagai Gubernur Bali dua periode (2008-2013 dan 2013-2018), Mangku Pastika menjadi inisiator visi besar ini. Pada periode pertamanya sebagai Gubernur Bali periode tahun 2008–2013, salah satu putra terbaik Bali asal Buleleng itu meletakkan dasar hukum yang kokoh dengan melahirkan Perda RTRWP Bali. Dalam perda inilah, tata ruang untuk Bandara Bali Utara di Kabupaten Buleleng diatur dengan jelas, menjadi fondasi pertama dalam perjalanan panjang pembangunan.

“Dari dulu mimpi kita untuk punya bandara di Buleleng. Karena sejak saya menjadi Kapolda di Bali, saya sudah melihat apa yang akan terjadi di Bali ini. Jika seandainya pusat pariwisata, ekonomi dan pembangunan itu hanya ada di Bali Selatan, itu akan membawa masalah yang besar ke depan,” terang Mangku Pastika saat menjadi salah satu pembicara dalam pertemuan raja-raja se-Bali di Puri Ageng Blahbatuh, Gianyar mendiskusikan rencana pembangunan Bandara Bali Utara pada Jumat 15 November 2024.

“Bali ini kan kita pulaunya kecil, harus ada penyeimbangan pembangunan salah satunya dengan Bandara Bali Utara. Di tahun 2009 kita membuat RTRWP Bali yang baru. Di situ sudah kita cantumkan di salah satu pasalnya bahwa ada rencana membangun bandara di Bali Utara. Tahun 2009 sebagai itu wujud awal dari mimpi bersar itu dan terus bergulir sampai sekarang,” ungkap Mangku Pastika lebih lanjut.

Namun, mimpi ini tidak cukup hanya disematkan pada dokumen hukum. Mangku Pastika melangkah lebih jauh. Ia menggandeng para ahli dan akademisi, termasuk pakar dari India, untuk melakukan kajian mendalam. Hasilnya, harapan itu semakin nyata ketika Mangku Pastika saat masih menjabat sebagai Gubernur Bali di periode kedua bertemu dengan investor dari PT BIBU Panji Sakti.

Bersama mereka, muncul gagasan brilian: membangun bandara di atas laut, tepatnya di pesisir Kubutambahan, Buleleng. Konsep ini bukan hanya inovatif, tetapi juga menjunjung tinggi harmoni lingkungan dan budaya Bali, dua hal yang menjadi napas kehidupan di Pulau Dewata.

“Yang paling layak adalah di laut. Tapi ada beberapa airport di dunia yang di laut gagal seperti di Kansai Jepang. Tapi mereka (PT BIBU Panji Sakti) mengatakan kepada saya, secara teknologi mereka sudah punya teknologi mengatasi masalah itu. Karena ini laut, kan jangan sampai landasannya goyang-goyang sesuai gelombang,” ungkap Mangku Pastika yang juga mantan Anggota DPD RI Perwakilan Bali itu.

Dari persoalan teknis sudah terjawab maka PR selanjutnya adalah mencari pendanaan atau mencari investor yang siap mendanai megaproyek ini. Mangku Pastika mengungkapkan kala itu sudah ada keinginan Bank Exim Kanada untuk mendanai pembangunan Bandara Bali Utara ini dengan prinsip KPBU atau Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha, jadi tetap ada peran dan penyertaan modal dari pemerintah, bukan swasta murni.

“Tapi karena kelamaan, prosesnya campur aduk dengan urusan politik berlarut larut. Larilah dia (Bank Exim Kanada-red), tidak sanggup dia berlama lama. Jadi terpaksa kita harus mencari lagi partner baru,” beber Mangku Pastika.

Perjalanan meraih mimpi memang tidak selalu mulus. Hingga masa jabatan Mangku Pastika sebagai gubernur berakhir pada 2018, proyek ini belum terwujud. Berbagai kendala, baik teknis maupun administratif, menjadi penghalang besar. Namun semangat Mangku Pastika tak pernah padam.

Meski tak lagi menjabat sebagai Gubernur Bali, Mangku Pastika terus mengawal mimpi besar ini. Dia tetap memberikan dukungan penuh kepada PT BIBU Panji Sakti untuk mewujudkan Bandara Bali Utara di atas laut pesisir Kubutambahan. Bagi Mangku Pastika, Bandara Bali Utara bukan sekadar infrastruktur. Itu adalah pintu gerbang masa depan yang akan membuka akses bagi masyarakat Bali Utara, menyatukan harapan dari seluruh penjuru pulau.

Kini, mimpi itu semakin dekat menjadi kenyataan. Dukungan tegas datang dari Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, yang berkomitmen penuh mewujudkan pembangunan Bandara Bali Utara. Dalam sinergi yang mengakar pada cita-cita mulia ini, bayangan landasan pacu di atas laut pesisir Kubutambahan kian jelas di pelupuk mata.

“Dan saya dengar kemarin waktu Bapak Presiden ke Beijing dan katanya sudah ada kesepakatan dari BUMN Tiongkok untuk ikut membiayai airport di Bali Utara. Mereka punya yang namanya Asia Infrastructure Investment Bank saingan dari World Bank dan IMF. Duitnya lebih banyak dari World Bank. Saya tahu itu karena waktu declare berdirinya bank itu, kebetulan saya sedang berada di Pulau Hainan,” ungkap Mangku Pastika.

“Jadi saya optimis. Apalagi setelah Bapak Presiden mengatakan punya komitmen akan mendirikan North Bali International Airport, maka Bandara Bali Utara dalam waktu dekat akan ground breaking dan segera terealisasi,” tegasnya.

 

Kegigihan perjuangan Mangku Pastika mewujudkan Bandara Bali Utara yang juga didukung penuh oleh sahabatnya ketika di AKABRI dulu yang kini menjadi Presiden RI Prabowo Subianto adalah cerita tentang cinta dan pengabdian kepada Bali.

Pengabdian Mangku Pastika untuk mewujudkan mimpi jutaan rakyat Bali untuk melihat Bandara Bali Utara berdiri megah dan menghadirkan kesejahteraan untuk masyarakat Bali hingga anak cucu ke depan adalah kisah abadi tentang seorang pemimpin yang memilih untuk tidak berhenti bermimpi, bahkan ketika jabatannya telah usai. Mimpi itu kini tinggal selangkah lagi dan semoga segera menjadi nyata. (wid)