Dibentuk Pepadi di Badung, Ketua DPRD Badung Anom Gumanti “Support” Wayang Masuk Sekolah
Ketua DPRD Badung I Gusti Anom Gumanti menerima audiensi dari Tim Kerja Wayang Masuk Sekolah (WMS) di Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Badung, Kamis, 31 Oktober 2024.
Mangupura (Metrobali.com)-
Ketua DPRD Kabupaten Badung I Gusti Anom Gumanti menerima audensi dari Tim Kerja Wayang Masuk Sekolah (WMS) di Ruang Rapat Pimpinan, Kantor Sekretariat DPRD Kabupaten Badung, Kamis, 31 Oktober 2024. Menurutnya, Tim Kerja Wayang Masuk Sekolah (WMS) 2024 bakal memperingati Hari Wayang Nasional 2024, yang juga dihadiri oleh Pengurus Pepadi atau Persatuan Pedalangan Indonesia Wilayah Bali.
“Jadi, Pepadi di Badung itu belum terbentuk pengurusnya, makanya kita akan berikan support untuk mendorong, agar bisa dibentuk Pepadi, karena kita punya potensi di bidang pedalangan ini. Begitu banyak SDM yang kita miliki. Satunya lagi saya memiliki 2 orang dalang, bahkan lebih, yang selama ini belum terhimpun dalam sebuah organisasi,” kata Anom Gumanti.
Jika nanti sudah terhimpun Pepadi di Badung, lanjutnya, Kabupaten Badung sudah memiliki harapan, untuk memperkuat dari struktur ini dari organisasinya, sehingga peran pemerintah bisa hadir di situ. Terlebih lagi, mereka masuk ke sekolah-sekolah sekarang.
“Jadi, saya sangat mendukung tentang programnya masuk ke sekolah-sekolah, karena ini adalah satu hal yang terpenting buat di sekolah untuk menyampaikan pendidikan budi pekerti. Cerminan wayang itu akan bisa menyampaikan pesan-pesan pendidikan budi pekerti ini,” terangnya.
Dicontohkan, peran seorang Bima, Arjuna, Yudistira, Nakula dan Sahadewa itu bisa memberikan pesan-pesan pendidikan budi pekerti melalui tokoh-tokoh pewayangan ini.
“Misalnya, Yudistira adalah seorang bijaksana, kemudian Arjuna adalah ketajaman di dalam memberikan bantuan dan lain sebagainya bisa diekspresikan seperti itu, sehingga ini menyangkut pendidikan budi pekerti dari anak-anak didik, kita apresiasi Pepadi ini bisa menyelenggarakan seperti itu,” ungkapnya.
“Yang jelas itu di zaman sekarang anak-anak kita TK, SD kayaknya sudah mulai lupa dengan wayang, yang mereka ingat sekarang adalah gadget. Nah, bagaimana membumikan warisan leluhur ini. Apa yang disebut dengan wayang, apa tujuannya ada pertunjukan wayang? Apa yang bisa disampaikan melalui wayang ini? Kalau wayang ini bisa sampai pesannya, maka itu kan berhubungan dengan perilaku dan attitude,” paparnya.
Ketika disampaikan cerita-cerita wayang ini, Anom Gumanti mengamati cerita wayang ini semuanya bagus, yang bagi orang Bali dibilang sebagai sesuluh hidup dan etika moral, dalam pergaulan hidup sehari-hari.
“Bagaimana kita berbicara dengan bapak, bagaimana kita berbicara dengan teman sebaya, bagaimana kita berbicara dengan umur yang lebih besar dari kita. Itu semua ada di pewayangan. Ada etikanya semacam spirit yang disampaikan. Sekarang sudah mulai ditinggalkan nilai-nilai ini. Nah ini yang harus kita bangun lagi, harus kita bumikan lagi. Sebab kalau nanti orang hanya berpedoman pada gadget aja, saya nggak habis pikir bagaimana kedepan generasi kita. Siapa yang akan melestarikan budaya kita nanti, salah satunya wayang ini,” tambahnya.
Mengenai tokoh wayang yang paling dikagumi, Anom Gumanti menyebutkan Prabu Salya, dikarenakan dia bisa hidup di dua dimensi ini. Ketika perkembangan zaman sudah sehebat ini, lanjutnya, maka yang menang itu adalah orang yang bisa mengkombinasikan ilmu kedua-duanya. bukan ilmu yang apatis.
“Itu nggak bisa, pasti akan ada lawan. Tapi ketika dia mampu, naik-naik, turun-turun, itulah Prabu Salya di zaman now. Kalau di zaman dulu beda lagi, yang identik dengan kekerasan, saya lebih memilih tokoh Bima,” pungkasnya. (RED-MB)