Mulia-PAS dan Sugawa-Suardana Harapan Warga Desa Gobleg Selamatkan Warisan Leluhur dari Raja Ugrasena, Diminta Tolak Tegas Investor Yang Merusak Hutan dan Danau Tamblingan
Foto: Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 1 Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) dan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Buleleng nomor urut 1 Dr. Nyoman Sugawa Korry dan Dr. Made Suardana (Sugawa-Suardana) saat berkampanye di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng pada 31 Oktober 2024.
Buleleng (Metrobali.com)-
Di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, suasana damai yang menyelimuti kehidupan warga perlahan terusik. Alam yang mereka jaga dengan penuh cinta kini terancam oleh kehadiran investor yang berniat membangun di sekitar Danau Tamblingan, jantung ekosistem yang memancarkan kehidupan bagi desa-desa sekitar.
Harapan besar warga pun kini dititipkan kepada kepada Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali nomor urut 1 Made Muliawan Arya-Putu Agus Suradnyana (Mulia-PAS) dan Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Buleleng nomor urut 1 Dr. Nyoman Sugawa Korry dan Dr. Made Suardana (Sugawa-Suardana).
Saat kedua paslon ini berkampanye di Desa Gobleg pada 31 Oktober 2024, mereka disambut dengan doa dan permohonan agar kawasan Danau Tamblingan tetap lestari, terjaga dari segala bentuk investasi yang bisa merusak kesucian dan keutuhan alamnya.
Tokoh masyarakat Banjar, Gusti Agung Ngurah Pradnyan, menjadi suara hati warga Gobleg. Dalam orasinya, ia mengenang perjalanan sejarah desa mereka, yang sejak abad ke-9 sudah menjadi bagian dari komunitas Tamblingan.
Prasasti Ugrasena warisan peninggalan dari pemerintahan Raja Ugrasena menjadi saksi bisu dari amanat leluhur, yang sejak dulu meminta masyarakat menjaga hutan dan danau. “Alas Merta Jati” menjadi nama hutan ini, hutan suci yang menyimpan air sebagai sumber kehidupan, mengalir ke 37 subak di Buleleng, bahkan hingga ke Tabanan.
“Danau Tamblingan ini adalah nafas kami, sumber air bagi ladang-ladang kami,” tegas Ngurah Pradnyan, penuh haru. Jika kawasan ini rusak, bukan hanya alam yang menderita, tetapi warga juga akan kehilangan segalanya.
Lebih dari sekadar sumber air, Danau Tamblingan juga sarat makna spiritual bagi umat Hindu. Sebanyak 17 pura berdiri mengelilingi danau, dipercaya suci oleh masyarakat. Ngurah menegaskan, menjaga lingkungan danau adalah kewajiban pemerintah, bukan hanya demi kelangsungan subak, tetapi juga untuk melindungi kesakralan pura-pura yang telah diwariskan sejak lama.
“Danau Tamblingan adalah sumber kehidupan bagi desa ini. Hutan di sekitarnya menjadi sumber air yang mengaliri 37 subak di wilayah sekitar danau. Kalau kawasan ini rusak, warga juga yang akan menderita,” tegas Ngurah di hadapan para paslon.
Ancaman kian nyata saat investor mulai melirik kawasan ini untuk pembangunan rumah pohon dan resort. Ngurah pun berharap, jika terpilih, Mulia-PAS dan Sugawa-Suardana berani menolak segala bentuk investasi yang mengancam ekosistem dan budaya di Danau Tamblingan. Ia menuntut komitmen dari paslon nomor urut 1 untuk melarang pembangunan di sekitar Alas Merta Jati demi menjaga kelestarian bagi anak cucu.
Ia pun meminta komitmen tegas dari paslon nomor urut 1 agar menolak segala bentuk investasi yang dapat mengancam ekosistem danau. Ngurah Pradnyan mencontohkan beberapa investor yang tertarik membangun rumah pohon atau resort di kawasan hutan, yang dikhawatirkan akan merusak keutuhan alam Danau Tamblingan dan berdampak buruk pada ketersediaan air.
“Banyak investor ingin membangun di sini, tapi kalau terus dibiarkan, hutan dan sumber air di Danau Tamblingan bisa habis. Saya minta agar paslon 1 tidak mengizinkan pembangunan di area ini demi menjaga kelestarian lingkungan untuk anak cucu kita,” ujar Ngurah Pradnyan penuh harap.
Tak hanya soal lingkungan, Ngurah Pradnyan juga meminta perbaikan jalan di Desa Gobleg. Infrastruktur yang layak, katanya, akan membantu masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. “Mohon dibantu untuk perbaikan jalan di Desa Gobleg, mohon juga agar bisa diperluas. Untuk menjadi harapan besar kami,” ujarnya.
Di akhir orasinya, Ngurah Pradnyan mengajak warga memilih Mulia-PAS dan Sugawa-Suardana, berharap mereka bisa menjadi pelindung warisan alam dan budaya yang telah terjaga berabad-abad. Di pundak mereka, warga Gobleg menitipkan asa, untuk kehidupan yang lebih baik, alam yang terjaga, dan warisan leluhur yang tetap lestari di tanah Buleleng. (wid)