Ket foto : Ketua BTB IB Agung Partha Adnyana (kacamata) dan Ketua Panitia Hearing, Putu Winastra

 

Badung (Metrobali.com) 

 

Bali Tourism Board (BTB) atau Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali menggelar pertemuan penting di Grand Ballroom Jimbaran pada Jumat (25/10). Pertemuan ini menghadirkan kedua pasangan calon (paslon) Gubernur dan Wakil Gubernur Bali dalam upaya mempertemukan seluruh pelaku industri pariwisata Bali dengan pemimpin masa depan mereka.

Para pemangku kepentingan industri pariwisata ingin mendengar visi dan komitmen kedua paslon untuk memastikan keberlanjutan pariwisata Bali, yang telah lama menjadi penopang ekonomi dan kebudayaan Bali.

Ketua BTB, IB Agung Partha Adnyana, menekankan bahwa forum ini sangat penting, karena pariwisata Bali melibatkan sekitar 1,2 juta suara potensial.

Menurutnya, para pelaku industri menginginkan pemimpin yang akan membawa visi yang nyata dan berkomitmen untuk mengembangkan sektor strategis ini.

“Kami ingin memastikan bahwa dukungan kami akan diberikan kepada paslon yang benar-benar mengedepankan stabilitas dan kemajuan pariwisata Bali,” ujar Adnyana.

Usai pemaparan visi, kedua paslon menandatangani sejumlah komitmen, yang diharapkan menjadi acuan untuk pengembangan pariwisata Bali ke depan.

Dalam kesempatan tersebut, Adnyana menegaskan bahwa komitmen para pemimpin terhadap keberlanjutan pariwisata adalah kunci bagi kesejahteraan ekonomi dan sosial Bali.

“Setengah dari ekonomi Bali bertumpu pada pariwisata. Jika tidak ada komitmen kuat dari pemimpin, kami khawatir dampaknya akan dirasakan seluruh masyarakat Bali,” jelasnya.

Paslon 1 dan Jargon “Satu Jalur”

Paslon nomor urut 1, Made Muliawan Arya (De Gadjah) dan Putu Agus Suradnyana (PAS), yang membawa jargon “satu jalur” dengan pusat, menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak.

De Gadjah menyoroti pendekatan kolaboratif untuk memajukan pariwisata, mulai dari pelaku usaha hingga masyarakat, dengan rencana untuk menghidupkan kembali penghargaan Tri Hita Karana.

“Ini wujud apresiasi untuk menjaga keseimbangan alam, manusia, dan budaya dalam pariwisata Bali,” paparnya.

Meski menawarkan dukungan pendanaan pusat, beberapa stakeholder khawatir model satu jalur bisa membuat Bali lebih mudah diatur dari pusat.

Paslon 2 dan Gagasan Pembangunan MRT Bali

Paslon nomor urut 2, Wayan Koster dan I Nyoman Giri Prasta, mengedepankan pembangunan MRT Bali sebagai solusi transportasi yang mendukung akses wisatawan dan mengurangi kemacetan.

Menurut Koster, infrastruktur yang memadai adalah elemen penting dalam menjaga daya saing Bali di pasar global.

“Pembangunan MRT akan meningkatkan daya tarik Bali sebagai destinasi wisata unggulan dunia,” katanya, menekankan pentingnya dukungan sarana yang memadai untuk sektor ini.

Ketua Panitia Hearing, Putu Winastra, menyampaikan bahwa acara ini didukung oleh 29 asosiasi pariwisata Bali, termasuk ASITA Bali yang ia pimpin.

Winastra menyampaikan bahwa meski industri pariwisata memberikan kontribusi besar bagi Bali, fasilitas pendukungnya masih memerlukan peningkatan untuk menunjang kegiatan pariwisata yang optimal.

“Kami sebagai duta pariwisata Bali membutuhkan fasilitas yang layak demi mendukung kegiatan sehari-hari,” ujarnya.

Dengan adanya hearing ini, para pelaku pariwisata di Bali berharap memiliki kepastian atas pemimpin yang proaktif, berkomitmen, dan memiliki visi untuk mengembangkan sektor ini ke arah yang lebih berkelanjutan.

Kedua paslon diharapkan dapat memahami bahwa pariwisata yang berkelanjutan adalah kunci kesejahteraan Bali di masa depan.

Agung Partha Adnyana menutup pertemuan dengan harapan besar bahwa pariwisata Bali akan tetap menjadi sektor yang kuat dan berkelanjutan, siap menghadapi tantangan masa depan.

(Jurnalis : Tri Widiyanti)