Foto: Mantan Anggota DPR RI Dapil Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, S.H.,M.H., M.Kn., yang akrab disapa Gus Adhi menjalani pengabdian dan perjuangan baru sebagai advokat.

Denpasar (Metrobali.com)-

Setelah menuntaskan tugas sebagai wakil rakyat dan memperjuangkan aspirasi rakyat Bali di pusat, mantan Anggota DPR RI Dapil Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra, S.H.,M.H., M.Kn., yang akrab disapa Gus Adhi kini melanjani perjuangan baru untuk menghadirkan keadilan bagi masyarakat.

Gus Adhi mengatakan, profesi advokat adalah pilihan yang diambilnya setelah menyelesaikan tugas sebagai anggota dewan. Ia menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil untuk melanjutkan pengabdiannya kepada masyarakat.

Menurutnya politisi Golkara itu, untuk mencapai tujuan pengabdian, seseorang memerlukan sarana atau “perahu” yang tepat. Sebelumnya, sebagai anggota legislatif dan wakil rakyat, ia menggunakan peran tersebut sebagai alat untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat yang diwakilinya.

“Kenapa saya ambil ini? Ya, sudah tentunya di dalam kita mencapai tujuan kita, pengabdian kepada masyarakat, kalau kita tidak punya perahu, serana, itu kan susah. Kalau kemarin saya menjadi anggota legislatif, wakil rakyat, jadi perahu saya adalah pengabdian kepada masyarakat. Memperjuangkan aspirasi masyarakat yang saya wakili,” ujar Gus Adhi belum lama ini.

Gus Adhi telah diambil sumpah menjadi advokat dan telah dikukuhkan juga sebagai advokat yang tergabung di organisasi adovkat yakni Kongres Advokat Indonesia (KAI) Provinsi Bali. Bekal pengalaman selama 10 tahun menjadi Anggota DPR RI, dengan pernah duduk di Komisi IV dan Komisi II DPR RI, juga semakin mematangkan kedewasaan diri Gus Adhi untuk terus mengabdi di tengah masyarakat walaupun kini dengan jalur yang berbeda.

Gus Adhi mengungkapkan bahwa selama menjadi anggota DPR, ia banyak mengetahui berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat. Untuk terus memperjuangkan dan membela hak-hak masyarakat, terutama masyarakat miskin yang sering terabaikan dalam proses hukum, ia memutuskan untuk menjadi advokat.

Menurutnya, tanpa wadah yang tepat, akan sulit baginya untuk melanjutkan perjuangannya dalam membantu masyarakat yang membutuhkan pembelaan. Pilihan menjadi advokat ini diambil sebagai upayanya untuk tetap bisa berkontribusi dalam membantu mereka yang terpinggirkan.

“Kalau saya tidak mempunyai wadah atau membuat wadah, yaitu menjadikan diri saya sebagai advokat, ini akan kesulitan bagi saya untuk memperjuangkan, membela, khususnya membela masyarakat miskin yang kadangkala terzolimi dalam pelaksanaan hukum tersebut. Inilah salah satu pilihan saya,” ujarnya.

Gus Adhi mengaku sempat mempertimbangkan untuk menjadi notaris, namun setelah berdiskusi dengan korwil, kordes, dan rekan-rekan lainnya, ia memutuskan bahwa profesi notaris akan membuatnya lebih pasif. Berdasarkan berbagai pertimbangan, teman-temannya menyarankan agar ia memilih menjadi advokat.

Profesi ini dianggap lebih sesuai dengan tujuannya untuk terus melakukan advokasi, baik kepada kader-kader yang selama ini ia ajak bekerja sama, maupun kepada masyarakat miskin. Inilah alasan utama di balik keputusannya untuk memilih profesi advokat.

“Oleh sebab itu teman-teman menyarankan saya dengan segala pertimbangan, lebih baik saya memilih advokat sehingga saya tetap bisa melakukan advokasi kepada kader-kader yang selama ini saya ajak, begitu juga terutama kepada masyarakat miskin. Itu kira-kira tujuan saya, kenapa saya memilih menjadi advokat,” kata Gus Adhi yang sedang menempuh pendidikan Doktor Ilmu Hukum di Universitas Udayana itu.

Gus Adhi mengumumkan bahwa per tanggal 10 Oktober 2024 ia telah membuka kantor pertamanya di Jakarta, tepatnya di Yodia Tower, lantai 5 nomor 1, kawasan Cawang. Selain itu, ia juga merencanakan pembukaan kantor di Bali pada bulan November, yang saat ini sedang dalam tahap persiapan pembangunan. Namun, Gus Adhi menyadari bahwa dua lokasi ini masih belum cukup mengingat adanya permintaan dari rekan-rekannya di NTB dan Kalimantan Timur.

Ia menekankan bahwa kolaborasi adalah kunci kesuksesan, dan penting untuk terus berkembang serta menciptakan identitas diri ke depan. Sementara Kantor hukum yang didirikan diberi nama AMP Law Firm, dengan AMP sebagai singkatan dari namanya, Adhi Mahendra Putra.

“Inilah yang rencana yang kita akan laksanakan, yang sudah tentunya kata sukses adalah kolaborasi dan esensi hidup kita adalah, di samping kita mencari warna diri kita, juga kita harus menciptakan diri kita menjadi apa kedepannya,” ujarnya.

Selama menjabat sebagai anggota Komisi II DPR RI yang membidangi persoalan agraria dan pertanahan, Gus Adhi sering terjun langsung ke masyarakat untuk membantu korban mafia tanah, terutama di Bali. Pengalaman ini menjadi salah satu pendorong utama baginya untuk memilih profesi advokat.

Gus Adhi menjelaskan bahwa banyak masyarakat yang menjadi korban mafia tanah, seperti kasus di Kuta dan Bogor, serta konflik di Sumatera di mana masyarakat kecil harus berhadapan dengan perusahaan besar. Menurutnya, tugasnya sebagai advokat adalah untuk terus memperjuangkan penegakan keadilan, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan masyarakat kecil dan permasalahan agraria. Gus Adhi juga berkomitmen penuh mendukung upaya pemerintah dan aparat penegak hukum untuk memberantas mafia tanah di Bali.

“Advokat merupakan mitra kerja dari lembaga Yudikatif di dalam penegakan keadilan. Inilah, mohon doa rekan-rekan semuanya, mudah-mudahan di dalam wadah saya sekarang, pengabdian saya sekarang, profesi saya sekarang, bisa lebih banyak membantu masyarakat dan saya bisa lebih menyempurnakan keberadaan diri saya,” beber politisi Golkar yang juga salah satu inisiator lahirnya Undang-undang Nomor 15 Tahun 2023 tentang Provinsi Bali dan berhasil mengawal penuh hadirnya payung hukum untuk Provinsi Bali ini hingga diakuinya subak dan desa adat di Undang-Undang Provinsi Bali ini.

Ketika ditanya alasan bergabung dengan organisasi Kongres Advokat Indonesia (KAI), Gus Adhi menjelaskan bahwa salah satu faktor utamanya adalah karena adanya teman-teman dekat di dalam organisasi tersebut. Selain itu, ia juga tertarik dengan beberapa figur dalam KAI yang ia kagumi, yang turut mempengaruhi keputusannya untuk bergabung.

“Ya, karena saya merasa di sini ada teman saya. Kedekatan saya yang kemudian ada figur-figur yang saya lihat,” tegasnya.

Gus Adhi mengungkapkan bahwa tanggal 11 Oktober 2024 ia telah menandatangani surat kuasa perdana di Jakarta. Surat kuasa ini berkaitan dengan kasus terzoliminya salah satu warga di Jakarta yang terlibat dalam persengketaan dengan sebuah BUMN. Kasus ini berhubungan dengan penggunaan tanah yang dipergunakan untuk proyek jalan tol. Penanganan kasus ini menjadi langkah awal dalam perannya sebagai advokat untuk membela hak masyarakat.

Ketika ditanya mengenai perbandingan antara take home pay anggota DPR dan advokat, Gus Adhi menjelaskan bahwa hal tersebut tergantung pada rezeki yang diberikan Tuhan. Menurutnya, ukuran keberhasilan bukan terletak pada pendapatan, melainkan pada sejauh mana ia dapat menyelesaikan masalah dan mendampingi klien yang mempercayakan urusannya kepadanya.

Gus Adhi menegaskan bahwa kepuasan sejati datang dari kemampuan menyelesaikan masalah, bukan dari fokus pada pendapatan. Ia menambahkan bahwa jika seseorang hanya mengukur keberhasilan berdasarkan pendapatan, itu dapat memicu stres. Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk menjadikan penyelesaian masalah sebagai parameter utama dalam pekerjaannya.

“Karena apa? Bagi saya, semakin kita membranding diri kita dengan pendapatan, sudah itu memberikan pemikiran berdasarkan pendapatan, itulah awal kita akan stres. Jadi, apapun yang kita kerjakan, parameter kita adalah penyelesaian masalah, bukan pendapatan,” pungkas politisi Golkar asal Jero Kawan, Kerobokan, Badung itu. (wid)