Ada Yang Panik dengan Kekuatan Paslon ABDI! Adi Susanto Diserang Isu Bukan Asli Denpasar, Bro Adi: Saya Dari Karangasem Tapi Sudah Ber-KTP Denpasar 25 Tahun
Foto: I Nengah Yasa Adi Susanto yang, Calon Wakil Walikota Denpasar dari Paslon ABDI.
Denpasar (Metrobali.com)-
Isu negatif kembali muncul dalam Pilkada Kota Denpasar 2024. Hal ini menimpa Calon Wakil Walikota Denpasar dari Koalisi Indonesia Maju, I Nengah Yasa Adi Susanto yang mendampingi Calon Walikota Denpasar Gede Ngurah Ambara Putra atau kerap disebut Paslon ABDI. I Nengah Yasa Adi Susanto, diisukan bukan asli warga Denpasar. Melalui konfirmasi langsung dengan Jro Ong (Panggilan akrab Adi Susanto) dirinya sudah lama menetap di Kota Denpasar.
“Saya memang dilahirkan di Desa Bugbug, Karangasem, tapi saya sudah 25 tahun ber-KTP Denpasar. Namanya kita merantau dari Kampung ke Kota, sama seperti saudara-saudara kita yang dari Buleleng, Tabanan, dan beberapa kabupaten di Bali yang datang ke Denpasar untuk mengadu nasib mereka agar mendapatkan penghasilan dan kehidupan yang lebih baik tentunya “, ujar Adi Susanto.
Politisi yang akrab disapa Bro Adi itu juga menyayangkan masihnya ada sikap ataupun pandangan-pandangan diskriminasi seperti itu di tengah-tengah heterogenitas di Denpasar. Sebagai warga Denpasar, Adi Susanto merasa ingin memberikan yang terbaik bagi daerah yang telah membesarkannya yaitu Denpasar.
“Sebagai warga Denpasar, yang dibesarkan di Denpasar, saya ingin berkontribusi lebih banyak, tentunya dalam segala hal. Dalam kondisi sekarang, dikarenakan saya diberikan mandat menjadi calon wakil walikota, maka saya tentu ingin menyampaikan pandangan serta pemikiran-pemikiran saya bagaimana mewujudkan Denpasar yang Aman, Berbudaya, Dialogis dan Inovatif. ” tambah Adi Susanto.
Adi Susanto juga menyampaikan bahwa perantau yang datang ke Denpasar berasal dari berbagai daerah dan dengan berbagai latar belakang. “Seperti yang diketahui, perantau yang datang ke Denpasar berasal dari berbagai daerah dan latar belakang. Seperti saudara-saudara kami di Karangasem, dulu ke Denpasar dikarenakan adanya letusan Gunung Agung tahun 1963. Ada yang ke Dempasar bertujuan mencari pekerjaan, membuka usaha, serta ingin mengubah kehidupan mereka lebih baik. Dari segi demografi, perantau di Denpasar tidak hanya dari seluruh kabupaten di Bali, tapi ada yang dari luar Bali dan bahkan dari luar negeri,” tambah Adi Susanto.
Di akhir penjelasannya, Adi Susanto juga berharap agar pemikiran-pemikiran diskriminasi kedaerahan jangan menjadi faktor pemecah kita di Denpasar. “Janganlah praktek-praktek diskriminasi kedaerahan diterapkan lagi. Lebih baik kita berfokus untuk meningkatkan kualitas SDM kita dan tentunya bagaimana kita bisa berkontribusi lebih banyak bagi sesama” tutup Adi Susanto yang juga Ketua DPW Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Bali itu. (dan)