Ilustrasi

Rabu, 2 Oktober 2024, Sasih Ketiga, Icaka 1946, raina Tilem Ketiga, lima belas hari menjelang Purnama di bulan ke empat, Bulan Kartika. Purnama yang diyakini sebagai “dauh” paling tepat memuja Tuhan Wisnu. Di banyak Pura kahyangan jagat, diselenggarakan puja wali, menyebut beberapa pura: Pucak Sinunggal, Pucak Penulisan, Ulun Danu Songan, Penataran Agung Besakih, Pulaki.

Di Tilem Ketiga 2 Oktober 2024, piodalan ring Pura Dalem Dasar Desa Pakraman Tajun “Pura pengempak lawang “tangkil” ke Pura Pucak Sinunggal”, ngawit “nyumun sari”, yang bermakna: puja Ida Bhatara-Bhatari ring sawewengkon Kahyangan Tiga Cakti Tajun, menuju Tuhan Wisnu, Cri Narayana, diyakini memberikan vibrasi: ketenangan, kesejahteraan, kedamaian, sepanjang rentang waktu bulan Kartika sasih Kapat.
Desa pakraman Tajun, nyaris satu bulan penuh melakukan “astiti bhakti”, mulai dari, Pura: Dalem Dasar, Dalem Penyuratan, Puseh, mencapai puncaknya ring Purnama Kapat, Pura Pucak Sinunggal.

Pura Pucal Sinungga yang terakhir dibangun oleh raja besar Bali Mula Cri Aji Jayapangus, setelah pembangunan pura: Balingkang, Pucak Tegeh Penulisan, Bale Agung Cenigaan. Pembangunan Pura Pucak Sinunggal, merupakan puncak peradaban yang ditinggalkan oleh Sang Raja: :jejer kemiri Pura ring sawewengkon palebahan Kahyangan Tiga Cakti Tajun”, kepemimpinan, keseluruhan cara hidup (totally way of life) bagi masyarakatnya, yang sampai hari terwariskan dan menjadi prilaku terberi (behaviour’gifted) bagi masyarakatnya. Dari kepemimpinan Cri Jayangus, yang telah menjadi “sastra” mentradisi bagi masyarakatnya, terlebih-lebih pada lapisan pemimpin yang menjaga tradisi, keteladanan Sang Raja, kepemimpinan yang lahir batin membela kepentingan rakyat, terutama kepada mereka yang tidak berpunya. Kepemimpinan yang tegas, jika ada seorang penduduk desa pindah ke desa lain karena alasan kepemimpinan, Perbekel bertanggung jawab atas peristiwa yang memalukan itu. Secara moral spiritual Sang Raja memikul tanggung jawab itu. Tidak sedikit pengawi yang berada di lingkungan 11 desa pengempon Pura Pucak Sinunggal, merelasikan spirit kepemimpinan Sang Raja dengan sosok TUALEN, Raja bijak yang merakyat. Suatu contoh, dalam Prasasti Cintamani, secara implisit dinyatakan kawasan Cintamati dan sekitarnya: Cintamani, Kuta Dalem, Sukawana, Paketan, Balingkang, Pinggan, Blandingan, Bubung Songan, Kedisan, Buahan, Toya Mampeh merupakan kawasan pertapaan, sekaligus pusat kerajaan Panarajon. Dalam bahasa sekarang, kepemimpinan berbasis spiritualitas -leadership based spirituality-

.
Dalam Prasasti Cintamani, diatur perdagangan Kapas, untuk menjamin harga Kapas stabil, guna melindungi kepentingan ekonomi petani Kapas.
Spirit kepemimpinan yang membumi, tidak mengawang-awang, tidak mengukir langit rokhani yang berakhir dengan kesia-siaan.
Kepemimpinan yang melampaui zamannya (beyond the age), berkahnya -blezzing-nya dirasakan sampai hari ini.

Jro Gde Sudibya, intelektual Hindu, pemerhati kebudayaan.