Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer yang akan kembali dilantik untuk periode kelima sebagai Anggota DPR RI Dapil Bali.

Denpasar (Metrobali.com)-

Gde Sumarjaya Linggih, atau yang akrab disapa Demer, bersiap kembali menduduki kursi DPR RI untuk periode kelima, mewakili Bali. Pelantikan yang akan berlangsung pada 1 Oktober 2024 ini bukan sekadar seremoni, melainkan panggilan jiwa bagi politisi Golkar dari Desa Tajun, Buleleng ini. Ia tahu betul, ada tanggung jawab besar di pundaknya untuk memperjuangkan kepentingan Pulau Dewata di tingkat pusat.

Anggota Komisi VI DPR RI itu menyuarakan keprihatinan atas sejumlah isu yang mengguncang Bali. Pariwisata yang dulu menjadi andalan, kini dihadapkan pada dilema turis tak berkualitas dan infrastruktur yang belum memadai. Ia melihat masalah ini bukan sekadar permukaan, tetapi mengakar pada ketidakmerataan pembangunan. Di mata Demer, kesenjangan inilah yang menjadi sumber utama problematika Bali.

“Ya tentu kita tahu bahwa hari ini Bali diisukan atau Bali menjadi perbincangan serius di Medsos tentang tourism, banyak turis yang tidak berkualitas, kemudian tentang infrastruktur yang tidak memadai di Bali ini. Namun perlu disadari bahwa sebenarnya itu semua bersumber kepada tidak adanya pemerataan di Bali. Saya garis bawahi, tidak adanya pemerataan di Bali, itu sumbernya,” terang Demer belum lama ini.

Macet, masalah klasik yang sering dikeluhkan di Bali, ternyata hanya terjadi di beberapa titik tertentu, khususnya di selatan. Sementara itu, daerah seperti Buleleng dan Karangasem malah sepi. Inilah cermin ketidakseimbangan pembangunan yang membuat Bali seperti hidup dalam dua dunia yang berbeda.

“Karena kalau kita ngomong kemacetan, ya coba kita lihat di Buleleng, kita lihat di daerah timur, di daerah Karangasem, itu kemacetan tidak terjadi, bahkan lengang. Yang kedua yang perlu kita perjuangkan, ya tentu infrastruktur yang lain, apa itu? Bagaimana tentang air bersih di Bali, bagaimana tentang sistem sampah di Bali, kemudian yang ketiga, bagaimana tentang UMKM kita di Bali,” ujar Anggota Fraksi Golkar DPR RI itu.

Demer tidak hanya bicara soal jalan dan kemacetan. Dia membawa perhatian pada hal yang lebih mendasar, penyediaan air bersih, sistem pengelolaan sampah yang layak, dan pengembangan UMKM. Bagi Demer, UMKM adalah nadi perekonomian Bali. Dengan memperkuat sektor ini dan melahirkan lebih banyak pengusaha baru, ia yakin daya beli masyarakat bisa meningkat, dari yang kecil menjadi menengah, dan dari menengah menjadi besar. Sebuah transformasi ekonomi yang akan membuka lebih banyak lapangan kerja bagi rakyat Bali.

“Jadi tidak bisa kita ngomong sampah, sampah tok, nggak, kemacetan tok nggak, bagaimana kita juga meningkatkan daya beli. Timbulnya pengusaha yang baru, kemudian yang kecil menjadi menengah, yang menengah menjadi besar,” tuturnya.

Sebagai seorang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali, Demer melihat Bali bukan hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai pasar global dengan kreativitas yang tiada habisnya. Ia teringat masa-masa kejayaan sektor garmen dan handicraft Bali, ketika pulau ini menjadi showroom bagi produk-produk unggulan dari berbagai daerah. Demer percaya, potensi ini harus terus dikembangkan dan didukung oleh semua pihak.

“Bahkan kita banyak menjadi showroom di sini oleh daerah-daerah lain. Ada ulatan dari Sumedang, ada gentong dari Lombok dan sebagainya. Nah ini perlu peningkatan, bantuan juga untuk mereka. Perlu disusui. Karena dia masih bayi, perlu disusui. Tugasnya yang menyusui siapa? Pemerintah. Tugasnya yang memperjuangkan siapa? DPR dan DPD,” kritiknya.

Ia menegaskan, tugas anggota DPR dan DPD dari Bali adalah memperjuangkan kebutuhan ini di tingkat pusat. Agar Bali tak hanya dikenal karena keindahan alam dan budayanya, tetapi juga karena pertumbuhan ekonominya yang berkelanjutan.

Demer punya harapan besar untuk Bali. Ia ingin melihat pulau ini terus menjaga adat dan budayanya, yang menjadi magnet utama pariwisata. Namun, lebih dari itu, ia ingin membangun Bali secara menyeluruh, dari infrastruktur, budaya, hingga agama. Pemerataan pembangunan di seluruh Bali menjadi misi utamanya, untuk mengurangi ketimpangan ekonomi dan menurunkan angka gini rasio.

“Yang ini dibungkus dengan yang namanya pemerataan di seluruh Bali. Sehingga tidak terjadinya gini rasio yang terlalu tinggi. Kesenjangan antara si miskin dan si kaya terlalu tinggi. Dan kesempatan kerja jadi banyak ketika adanya pemerataan,” katanya mengingatkan.

Dengan adanya pemerataan, Politisi senior Golkar asal Desa Tajun Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu yakin, kesenjangan antara si kaya dan si miskin bisa ditekan, dan kesempatan kerja akan semakin luas bagi masyarakat Bali. Itulah mimpi Demer untuk Bali, sebuah pulau yang berkembang adil dan merata, di mana setiap sudutnya merasakan kesejahteraan.

” Nah harapan saya Buleleng, Karangasem menjadi tumpuan kita untuk kita kembangkan bersama, sehingga mereka bisa Ngayah di adatnya. Mereka bisa masih menjaga kelestarian adat dan budaya itu sendiri,” pungkasnya.

Di balik setiap langkahnya, Demer selalu membawa semangat membangun Bali. Bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk masa depan yang lebih baik. Bali yang merata, adil, dan sejahtera. Sebuah impian yang akan terus ia perjuangkan sebagai wakil rakyat Bali di Senayan. (wid)