Foto: Peresmian Kelas Ecopreneur serta Kuliah Umum “Ecopreneur Mendukung Percepatan SDGs” di Kampus STIE Satya Dharma Singaraja pada Jumat, 13 September 2024.

Singaraja (Metrobali.com)-

STIE Satya Dharma Singaraja di bawah naungan Yayasan Ratyni Gorda bersinergi dengan DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali, Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia menyelenggarakan acara Peresmian Kelas Ecopreneur serta Kuliah Umum dengan tema “Ecopreneur Mendukung Percepatan SDGs.” Acara ini diadakan pada Jumat, 13 September 2024, di Kampus STIE Satya Dharma Singaraja.

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Bendahara Yayasan Ratyni Gorda Dr. Gung Tini Gorda yang juga Ketua DPD HIPPI Bali. Selain itu, hadir pula Ketua STIE Satya Dharma Singaraja, Dr. Ni Nyoman Juli Nuryani. Kuliah umum menghadirkan tiga dosen tamu yakni Pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Doktor Dewi Motik Pramono M.Si., Ketua Umum DPP HIPPI, Erik Hidayat dan Armytanti Hanum Kasmito selaku Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia.

Sebelumnya Kelas Ecopreneur dibuka ini telah diawali dengan Program Eco Kampus STIE Satya Dharma Singaraja dengan empat pilar yaitu, pilah sampah, energi hijau, kurangi kertas dan lingkungan hijau. Maka sebelum Peresmian Kelas Ecopreneur serta Kuliah Umum ini terlebih dahulu juga dilakukan aksi penanaman pohon bersama di Pojok Tanam Eco Campus STIE Satya Dharma Singaraja.

 

Ketua STIE Satya Dharma Singaraja, Dr. Ni Nyoman Juli Nuryani, mengatakan, Program Khusus Ecopreneur ini adalah sebuah program yang dibuka di Kampus STIE Satya Dharma. Program ini bermaksud menjadikan mahasiswa mahasiswi, setelah lulusan dari kampus ini bisa menjadi pengusaha muda yang peduli dengan lingkungan. Karena lingkungan memiliki dampak yang besar untuk kelangsungan hidup, kesejahteraan, maupun kesehatan.

Adapun tujuan Kelas Ecopreneur, yaitu yang pertama, untuk meningkatkan Partisipasi dalam Wirausaha. Kelas khusus ini diadakan, untuk mendorong lebih banyak generasi muda terlibat dalam berbisnis. Kedua, pemberdayaan dan pengembangan diri. Kelas ini dirancang untuk memberikan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan diri secara profesional. Tujuan ketiga yakni ikut serta memperbanyak lapangan pekerjaan, melalui kelas ini diharapkan generasi muda dapat membuka lapangan pekerjaan melalui usaha mereka.

Kelas Ecopreneur diluncurkan melalui implementasi MOU dengan DPP Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) di saat kepemimpinan Ketua Umum Erik Hidayat yang juga narasumber dalam kegiatan Kuliah Umum kali ini. “Kelas Ecopreneur inikami harapkan bisa melahirkan sarjana sekaligus ecopreneur atau wirausaha berwawasan lingkungan untuk mempercepat pencapaian Suistainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang menjadi komitmen Bangsa Indonesia menuju Indonesia Emas 2045,” ujar Juli.

Dalam kesempatan Peresmian Kelas Ecopreneur serta Kuliah Umum ini juga dilaksanakan penandatanganan prasasti Kelas Ecopreneur dari pihak CCEP dan HIPPI, yang menjadi tonggak keberlanjutan pelaksanaan Ecopreneur di STIE Satya Dharma.

Dr. Gung Tini Gorda selaku Bendahara Yayasan Ratyni Gorda yang menaungi STIE Satya Dharma Singaraja, menyampaikan bahwa program terbaru yang diluncurkan terkait Kelas Ecopreneur merupakan dedikasi generasi kedua dari alharhum Prof. Gorda untuk mengimplementasikan Tri Hita Karana dan tagline STIE Satya Dharma Singaraja yang berfokus pada spiritual insight.

“Program Kelas Ecopreneur ini bertujuan melahirkan pengusaha berwawasan lingkungan melalui pendidikan formal di STIE Satya Dharma Singaraja, dengan harapan bahwa luaran dari pendidikan ini bukan berupa skripsi, melainkan proyek yang berfokus pada dampak lingkungan,” ujar Gung Tini Gorda yang juga Ketua DPD HIPPI Provinsi Bali ini.

Harapan besar ini diupayakan untuk meneruskan cita-cita orang tua dalam memperpanjang usia nama Ratyni dan Gorda di dunia pendidikan. Program ini dianggap sebagai cara untuk berbakti kepada orang tua dan mewujudkan harapan mereka yang sempat tertunda.

STIE Satya Dharma juga memiliki Program khusus Kelas Perempuan dan Program Brand Ambassador Eco Campus dengan tagline “Green Woman SosioEntrepreneur” yang bertujuan untuk mengembangkan dan mencerdaskan perempuan dari sisi intelektual, emosional, spiritual dan sosial dengan mendorong lebih banyak perempuan terlibat dam bisnis ekonomi hijau.

Selain itu juga memberikan ruang yang luas kepada perempuan penyintas untuk bisa mengenyam Pendidikan formal S1 Manajemen & D3 Akuntansi dengan diawali dengan pembinaan dari  Lapas Perempuan Kerobokan Kelas II A Denpasar yang meloloskan sebelas Perempuan Lapas Kerobokan dalam Kelas Perempuan Lapas Perempuan Kerobokan. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Satya Dharma telah melakukan terobosan yang sangat strategis melalui Proses Pendidikan Tiada Batas Ruang dan Waktu.

Karena itu program Kelas Ecopreneur ini merupakan inisiatif pertama yang juga terkait dengan kelas perempuan, dan didukung oleh kolaborasi dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) serta LLDikti Wilayah VIII. Tujuannya adalah agar seluruh perguruan tinggi dapat berkontribusi dalam membentuk generasi emas Indonesia pada tahun 2045, dengan target lima persen pengusaha berwawasan lingkungan yang tidak mengeksploitasi sumber daya alam, sehingga menjaga kelestarian kekayaan bangsa.

Sementara itu, dalam kuliah umum kali ini para narasumber berbagi pengetahuan terkait Ecopreneur dalam mendukung percepatan Suistainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, serta tantangan-tantangan yang dihadapi dalam menyambut Indonesia Emas 2045.

Narasumber pertama, Pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Doktor Dewi Motik Pramono M.Si. Dalam paparannya tokoh pengusaha perempuan sukses ini menekankan pentingnya bagi setiap individu untuk memiliki kemandirian dan tidak mudah mengeluh. “Sebab, tidak ada usaha yang bebas dari tantangan. Semua usaha pasti memiliki cobaannya masing-masing,” katanya.

Ia juga menyoroti kecenderungan anak muda masa kini yang mudah merasa malas. “Seharusnya, rasa malas tidak boleh ada dalam diri anak muda jika mereka ingin berkembang menjadi pengusaha sukses,” pesannya.

Untuk memulai berusaha dan menjadi enterprenur apalai Ecopreneur, Doktor Dewi Motik Pramono M.Si., juga menekankan penting bagi setiap individu untuk memulai tindakan daripada hanya berfokus pada teori. Ia menekankan bahwa belajar melalui pengalaman langsung jauh lebih bermanfaat daripada sekadar mengandalkan teori.

Karena itu diharapkan mahasiswa STIE Satya Dharma Singaraja, setelah mengikuti kuliah umum ini, dapat berkembang lebih maju dan memiliki wawasan yang luas, terutama dengan adanya sosok Gung Tini Gorda yang memberikan teladan langsung kepada civitas akademika di kampus tersebut.

Selanjutnya Ketua Umum DPP HIPPI, Erik Hidayat, menyampaikan dalam kuliah umum di STIE Satya Dharma Singaraja mengenai pentingnya menyikapi tantangan pada tahun 2045. Dalam paparannya alam konteks Indonesia Emas, Erik Hidayat mengatakan bahwa emas berarti unggul, baik sebagai negara maupun dalam hal sumber daya alam dan sumber daya manusia.

“Namun, pertanyaannya adalah apakah pada tahun 2045 ini akan menjadi peluang atau ancaman. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, diharapkan negara kita akan menjadi salah satu negara dengan pendapatan tinggi dan memiliki Produk Domestik Bruto (PDB) keempat terbesar di dunia,” ujarnya.

Erik Hidayat juga mengatakan saat ini terjadi krisis pengusaha muda, di mana banyak anak muda lebih memilih bekerja di luar negeri atau menjadi pegawai negeri sipil (PNS) daripada berwirausaha, yang disebabkan oleh lemahnya minat menjadi pengusaha dalam situasi saat ini.

Pada tahun 2045, sekitar 70% dari populasi akan berada pada usia produktif, dan mereka harus dapat terserap dalam dunia kerja atau menjadi pengusaha. Ia mengapresiasi adanya kelas Ecopreneur di STIE Satya Dharma Singaraja sebagai langkah awal dalam mengubah pola pikir generasi muda untuk fokus pada usaha berkelanjutan.

Erik Hidayat kemudian memberikan semangat dan motivasi kepada mahasiswa STIE Satya Dharma Singaraja untuk membuka mindset untuk mau berwirausaha.

Narasumber berikutnya, Armytanti Hanum Kasmito selaku Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia dalam paparannya mengatakan bahwa enam dari 26 negara yang mengalami keterlambatan dalam pencapaian SDGs termasuk Indonesia dan Filipina. Sayangnya, Indonesia termasuk yang terparah. Menurutnya, hal ini terjadi karena adanya ekonomi ekstraktif yang mengambil dari sumber daya alam tanpa memperhatikan bagaimana mengembalikan apa yang telah diekstraksi dan kerusakan lingkungan yang timbul.

Idealnya, usaha yang berkelanjutan seharusnya disertai dengan konsep pengembalian ke alam, atau yang di Bali dikenal dengan konsep Tri Hita Karana khususnya pada aspek Palemahan. Artinya, setiap pembangunan usaha harus berlandaskan pada prinsip Tri Hita Karana.

Armytanti kemudian menjelaskan bahwa Coca-Cola setuju untuk berkolaborasi dengan STIE Satya Dharma Singaraja karena kampus ini berkomitmen untuk menjalankan program Ecopreneurship, yang sejalan dengan tujuan Coca-Cola itu sendiri. “Pola pikir kewirausahaan yang diharapkan adalah bahwa saat kita memberdayakan, mengambil, atau mengelola sesuatu, harus ada timbal baliknya,” ujar Army.

Army juga mengajak mahasiswa untuk menerapkan konsep manifesting, yaitu fokus pada tujuan yang ingin dicapai dan membuat rencana yang sesuai. Mahasiswa diharapkan mulai merencanakan masa depan mereka dengan jelas, seperti menentukan apa yang ingin dicapai dalam beberapa tahun ke depan dan menyusun proyeksi realistis.

Dia juga mengingatkan bahwa tantangan di masa depan akan semakin sulit, sehingga penting bagi anak muda untuk belajar merencanakan masa depan dengan baik dan memahami bahwa setiap kesuksesan membutuhkan proses panjang.

Sementara itu Ketua BEM STIE Satya Dharma Singaraja, Kadek Tirta Yasa, menyampaikan kuliah umum ini juga bertujuan untuk menggali pandangan anak-anak muda terkait visi generasi emas pada tahun 2045. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan dengan melibatkan lebih banyak pemuda di Kabupaten Buleleng untuk menyerap aspirasi mereka terkait perkembangan dan upaya mewujudkan generasi emas di tahun 2045.

Para peserta acara peresmian Kelas Ecopreneur serta Kuliah Umum di STIE Satya Dharma Singaraja ini begitu antusias mendengarkan pemaparan materi dari para narasumber. Mereka juga terlibat aktif dalam sesi tanya jawab dan diskusi.

I Gede Bagas Pratama, seorang mahasiswa STIKES Buleleng yang juga mengikuti Program Double Degree STIE Satya Dharma Singaraja menyampaikan bahwa kegiatan kuliah umum ini sangat bermanfaat, terutama dalam mempersiapkan anak-anak muda untuk menjadi pengusaha, khususnya dalam menyambut Indonesia Emas 2045. Melalui penjelasan dari para pemateri, ia belajar bahwa sebelum menjadi pemimpin, penting untuk memimpin diri sendiri terlebih dahulu, yang dapat membantu mengubah mindset.

Peserta lainnya, Luh Putu Maryani, mahasiswa Program Double Degree STIE Satya Dharma Singaraja, mengatakan, kegiatan kuliah umum ini memberikan banyak informasi yang berguna untuk masa depan, terutama dalam melanjutkan usaha dan pengembangan diri.

Langkah strategis STIE Satya Dharma Singaraja bersama Yayasan Ratyni Gorda bersinergi dengan HIPPI Bali, dan Coca-Cola Euro Pacific Partners (CCEP) Indonesia untuk mencetak sarjana plus calon pengusaha muda yang peduli dengan lingkungan melalui Kelas Ecopreneur ini patut diapresiasi dan tentunya juga membutuhkan dukungan semua pihak. (wid)