APHB dan Yayasan Puri Kauhan Ubud Sukses Gelar Bhaskara Budaya II: Merajut Warisan Leluhur di Tengah Arus Modernisasi
Foto: Suasana pelaksanaan Bhaskara Budaya II diikuti dengan antusias oleh generasi muda.
Gianyar (Metrobali.com)-
Dalam sebuah upaya yang tak hanya menyentuh hati, tetapi juga membangkitkan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya, Aliansi Pemuda Hindu Bali (APHB) bersama Yayasan Puri Kauhan Ubud kembali menggelar Bhaskara Budaya II. Dengan tema “Nguripin Budaya Bali,” acara ini bukan sekadar perhelatan, melainkan sebuah panggilan untuk menjaga warisan leluhur yang semakin tergerus arus zaman.
Sabtu, 7 September 2024, Alun-Alun Kota Gianyar menjadi saksi awal dari rangkaian kegiatan Bhaskara Budaya II, yang diawali dengan Yoga Masal dan Pengobatan Gratis, hasil kerjasama dengan RS Ari Çanti. Di bawah langit yang penuh harapan, puluhan peserta menyatukan napas dan niat dalam gerakan yoga, sebuah simbol harmonisasi tubuh dan alam. Sementara itu, pengobatan gratis menjadi wujud nyata dari kepedulian akan kesehatan komunitas, menyelipkan rasa solidaritas yang mendalam di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern.
Keesokan harinya, Puri Kauhan Ubud menyambut riuh rendah semangat generasi muda Bali. Di sini, berbagai lomba diselenggarakan dari Nyurat Lontar, Utsawa Dharmagita, hingga Lomba Opini dengan Aksara Bali. Tak hanya sekadar lomba, kegiatan ini seperti sebuah tarian yang memadukan masa lalu dan masa kini, di mana keindahan aksara dan sastra Bali menemukan ruangnya di hati anak muda, mengukir kembali rasa cinta pada budaya.
Anak Agung Gede Ngurah Ari Dwipayana, Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud sekaligus Koordinator Staf Khusus Presiden RI, tak dapat menyembunyikan rasa bangganya. “Kegiatan positif seperti ini harus terus dilaksanakan. Generasi muda harus belajar dan menjaga warisan budaya leluhur,” ucapnya dengan penuh harap.
Ari Dwipayana juga menambahkan usulan penting untuk di kegiatan berikutanya yakni sebelum lomba dimulai, kiranya dapat diselenggarakan workshop atau pembinaan agar para peserta dapat lebih mendalami teknik dan pemahaman budaya, seperti dalam Utsawa Dharmagita, di mana teknik vokal sesuai jenis tembang perlu dipelajari dengan saksama.
Di sisi lain, Putu Eka Sura Adnyana, Sekretaris Acarya Media Nusantara, menuturkan asal mula dari Bhaskara Budaya ini. Ia bercerita tentang kekhawatiran yang meresap ke dalam jiwa ketika melihat generasi muda semakin jauh dari akar budayanya. Bhaskara Budaya hadir sebagai jembatan antara generasi muda dan warisan leluhur, sesuai dengan Pergub Bali Nomor 80 Tahun 2018 yang menekankan pentingnya perlindungan dan penggunaan bahasa, aksara, dan sastra Bali. “Kami siap bersinergi dengan pemerintah, organisasi kepemudaan, dan masyarakat untuk mendukung pelestarian budaya Bali,” ujarnya penuh semangat.
Kegiatan ini menjadi semakin istimewa ketika Ketua PK APHB Gianyar, I Wayan Degus Jaya, mengungkapkan bahwa sebanyak 60 peserta dari SMA/SMK se-Bali ambil bagian dalam Bhaskara Budaya II. Lomba Nyurat Lontar diikuti oleh 40 peserta, sedangkan Lomba Mekekawin diikuti oleh 10 pasang peserta putri dan 10 pasang peserta putra.
Ada pula lomba menulis opini menggunakan aksara Bali digital yang membuka kesempatan bagi masyarakat umum untuk turut serta. Dari seluruh peserta, SMA 3 Denpasar keluar sebagai juara umum, membawa pulang Piala Bergilir Bhaskara Budaya.
Bhaskara Budaya II adalah bukti nyata bahwa kolaborasi antara pemuda, pemerintah, dan berbagai pihak dapat melahirkan gerakan yang penuh makna. Di tengah derasnya gelombang modernisasi, mereka berhasil merajut kembali jalinan yang sempat renggang antara generasi muda dan warisan budaya leluhur.
Melalui aksi nyata seperti ini, budaya Bali tak hanya dipertahankan, tetapi dihidupkan kembali dengan semangat yang baru, mewarnai masa depan dengan keindahan masa lalu. (wid)