Bupati Sanjaya Ngupasaksi Rangkaian Karya Agung Ngenteg Linggih di Desa Adat Anggasari, Munduktemu, Pupuan
Tabanan, (Metrobali.com)
Komitmen Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya,S.E.,M.M dalam menjaga pelestarian tradisi, adat, agama dan budaya terus dikuatkan dalam berbagai kegiatan di masyarakat. Pada Selasa, (20/8) Sanjaya tunjukkan dukungannya sekaligus menghaturkan bhakti dalam upacara Ngupasaksi Karya Agung Tawur Balik Sumpah, Pedudusan Agung, Menawa Ratna, Mupuk Pedagingan, Melaspas, Ngenteg Linggih lan Ngusaba Desa Ngusaba Nini ring Pura Puseh Desa, Desa Adat Anggasari, Desa Munduktemu, Pupuan, Tabanan.
Bersama dengan beberapa Anggota DPRD Kabupaten Tabanan dapil Pupuan, Sekda dan jajaran pimpinan Perangkat Daerah terkait di lingkungan Pemkab Tabanan, Camat pupuan, kehadiran Sanjaya mendapat sambutan hangat dari Perbekel Desa Munduk Temu, Bendesa Adat Anggasari dan krama adat setempat. Melalui kesempatan tersebut, Sanjaya sampaikan apresiasinya akan pelaksanaan rangkaian Karya Agung yang pertama kali dilaksanakan Desa Adat Anggasari.
“Niki titang lihat semeton titiang sampun ngemargiang visi misi Provinsi Bali dan Pemerintah Kabupaten Tabanan, apa visi misi itu? Yaitu Nangun Sat Kertih Loka Bali, yakni Ngenteg Linggih untuk menetralisir alam ini, sehingga tercipta keseimbangan secara sekala dan niskala. Jadi kramanya nanti seimbang harmonis secara sekala niskala, baik alam lingkungan juga dan budayanya. Itu yang disebut dengan Nangun Sat Kertih Loka Bali. Disini semeton titiang sampun ngemargiang (menjalankan) itu, dari era dulu sampai sekarang sampun ngemargiang, amat luar biasa, amat mulianya semeton titiang,” ujar Sanjaya.
Politisi asal Dauh Pala tersebut juga berpesan pentingnya pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih yang Satwika dalam melestarikan apa yang digagas oleh para leluhur. “Tugas titiang ring Pemda ketika melihat semeton titiang sudah luar biasa ngewangiang karya, tugas titiang adalah Ngupasaksi yadnya niki karena di dalam sastra tiang baca ritatkala ngewangun yadnya niki kawangun sangkaning lascarya (tulus ikhlas) olih wikrama, kapuput olih sang sulinggih, kapupasaksi olih murdaning jagat, wenten tri upasaksi hadir di kalangan ini. Itu yang disebut dengan satwika yang artinya utamaning utama pisan, niki sampun terbukti. Jadi yadnya bukan hanya uang yang bermiliar-miliar, dengan ratusan ribu sulinggih, tidak juga, itu esensi yadnya yang sering tiang sampaikan, yakni ada tri upasaksi,” imbuhnya.
Di kesempatan yang sama, selaku Bendesa Adat Anggasari, I Nengah Seridana dalam laporannya menyebutkan, saat itu dilangsungkan rangkaian upacara Mepepada Karya, sedangkan puncak Karya nantinya jatuh pada Buda Kliwon Wuku Gumbreg, 21 Agustus di hari berikutnya dengan dipuput oleh Ida Pedanda Griya Bantas, Gali Ukir, Pupuan. Pembangunan di pura kahyangan Puseh Desa ini telah dimulai sejak tahun 2015 dan merupakan hasil gotong-royong krama adat Anggasari yang terdiri dari 350 KK. Mewakili krama, Ia sampaikan ucapan terima kasihnya kepada Bupati Tabanan atas dukungan dan bantuan yang diberikan serta kehadirannya selaku murdaning jagat, ngupasaksi yadnya untuk mewujudkan yadnya yang satwika. @prokopimtabanan,-