Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H., M.Kn., (AMP) yang akrab disapa Gus Adhi menggelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan pada Sabtu 10 Agustus 2024 di Grand Mega Resort, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

Badung (Metrobali.com)-

Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra, M.H., M.Kn., (AMP) yang akrab disapa Gus Adhi yang penuh dedikasi, kembali menyuarakan pentingnya memahami dan menerapkan Empat Pilar Kebangsaan dalam acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan kepada berbagai elemen masyarakat di Bali pada Sabtu 10 Agustus 2024 di Grand Mega Resort, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

Empat Pilar ini adalah fondasi yang kokoh bagi keberlangsungan Indonesia yakni Pancasila sebagai ideologi negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan persatuan.

Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini melibatkan peserta dari berbagai elemen masyarakat seperti Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Denpasar, Penyuluh Bahasa Bali, Penyuluh Keluarga Berencana, FKPPI dan Guru PAUD di Himpaudi.

Turut hadir dalam Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan ini yakni Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI dari Fraksi PAN Ir. Alimin Abdullah, Penyuluh KB Ahli Pratama Ni Ketut Adriyani selaku narasumber.

Dalam sosialisasi ini, Gus Adhi tidak sekadar berbicara di depan hadirin. Ia hadir untuk menanamkan nilai-nilai luhur ini di hati masyarakat Bali, bersama para peserta yang berasal dari berbagai elemen. Setiap kata yang diucapkan, setiap pesan yang disampaikan, membawa harapan besar bahwa nilai-nilai kebangsaan ini bisa kembali berakar kuat di masyarakat.

Gus Adhi menyampaikan penting pemahaman dan juga penerapan nilai-nilai kebangsaan dalam Empat Pilar Kebangsaan kembali terus dikuatkan di berbagai elemen masyarakat termasuk juga sejak dini di generasi penerus bangsa. “Saya bersama lima elemen kelompok masyarakat dari WKRI, Penyuluh Bahasa Bali, Penyuluh Keluarga Berencana, FKPPI dan Himpaudi melaksanakan sosialisasi empat pilar dengan harapan Pancasila, UUD Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika ini agar benar-benar membumi,” terang Gus Adhi.

“Nilai-nilai Pancasila bukan hanya sekadar slogan. Namun harus menjadi ethos, menjadi jiwa yang hidup dalam setiap diri kita,” tegas Anggota Fraksi Golkar DPR RI ini.

Dengan nada yang penuh semangat, ia menggambarkan bagaimana jika Pancasila dihayati dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, Indonesia akan mampu melahirkan sumber daya manusia yang unggu, anak-anak bangsa yang siap membawa negeri ini menuju kejayaan.

“Yang terpenting adalah bagaimana kita menghantarkan Pancasila ini tidak hanya sebagai logos namun sebagai ethos atau sikap perilaku yang tertanam sejak usia ini. Dengan jiwa Pancasilais maka SDM unggul akan terlahir di negara ini,” sambung wakil rakyat yang juga salah satu inisiator lahirnya Undang-undang Nomor 15 Tahun 2023 tentang Provinsi Bali dan berhasil mengawal penuh hadirnya payung hukum untuk Provinsi Bali ini hingga diakuinya subak dan desa adat di Undang-Undang Provinsi Bali ini.

Gus Adhi lantas kembali menekankan pentingnya menanamkan nilai-nilai ini sejak usia dini. “Saya mendengar suara-suara yang ingin Pancasila kembali masuk ke dalam kurikulum pendidikan, dari PAUD hingga perguruan tinggi. Ini bukan hanya sebuah keinginan, tapi juga kebutuhan yang mendesak,” ujarnya.

Dalam diskusi yang hangat itu, para peserta menyampaikan aspirasi mereka, salah satunya adalah harapan agar pendidikan Pancasila kembali menjadi bagian penting dalam sistem pendidikan. Gus Adhi menyambut baik gagasan ini dan berjanji akan terus memperjuangkan agar Pancasila tidak hanya dikenal, tetapi dihidupi dan menjadi bagian tak terpisahkan dari karakter bangsa. Gus Adhi pun mengaku harapan tersebut juga menjadi salah satu perjuangan yang terus konsisten disuarakan dan didorong agar menjadi kebijakan pemerintah.

Melalui pembangunan karakter Pancasila di masyarakat dan juga di para pemimpin bangsa ini, maka diyakini akan akan bisa mengantarkan negara ini menjadi lebih baik dan maju sehingga cita-cita Idonesia Emas Tahun 2045 bisa terwujud nyata, bukan sekedar mimpi di siang bolong dan angan-angan belaka.

“Mudah mudahan apa yang kami berikan hari ini di lima elemen masyarakat tersebut mampu tergerak jiwanya untuk membangun dan melangkah bersama dan agaimana pentingnya kita hadir Pancasila di semua langkah kehidupan kita sehari-hari sehingga Pancasila yang barus sebatas Logos bisa terwujud sebagai Ethos kita sebagai masyarakat Nusantara,” pungkas politisi Golkar asal Kerobokan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali itu.

Pimpinan Badan Sosialisasi MPR RI dari Fraksi PAN, Ir. Alimin Abdullah, yang juga hadir dalam acara ini, memberikan apresiasi atas semangat para peserta, terutama para ibu-ibu yang hadir. Dia mengajak para ibu-ibu ini menjadi agen Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan dan memberikan pemahaman nilai-nilai kebanggasaan kepada generasi penerus bangsa sejak dini, berawal juga dari lingkungan keluarga.

“Ibu-ibu adalah tiang keluarga, dan mereka bisa menjadi agen perubahan dengan menanamkan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan kepada anak-anak mereka,” kata Alimin.

Namun, di balik semangat yang terpancar, Alimin juga menyampaikan kritik yang tajam tentang kondisi bangsa saat ini. Ia mengingatkan bahwa Indonesia, meskipun kaya akan sumber daya alam, masih jauh dari tujuan kemerdekaannya.

“Kita hidup di negara yang kaya raya, negara yang besar, rakyat yang banyak penduduknya, kekayaan alamnya, tambang dan segalanya. Tapi nyatanya kita masih jauh mencapai tujuan kita merdeka,” kritiknya berkaitan dengan momentum jelang peringatan HU Kemerdekaan ke-79 Republik Indonesia.

Salah satu yang disoroti adalah sektor pertanian yang masih terus terbelakang padahal banyak dilahirkan sarjana hingga profesor di bidang pertanian. Dikatakan hari ini Indonesia punya ratusan ribu sarjana, doktoer dan profesor pertanian, tapi negara ini masih bergantung pada impor pangan.

“Hari ini kita punya ratusan ribu insinyur pertanian tapi kita masih banyak impor pangan, impor beras. Pada saat belum banyak insinyur pertanian, kita malah bisa mengekspor hasil pertanian kita seperti teh, kopi, karet, pala. Iya kan? Ini harus jadi introspeksi kita bersama,” ujarnya.

Sosialisasi ini bukan hanya sekadar acara seremonial. Ini adalah panggilan untuk introspeksi, untuk kembali merajut dan memperkuat nilai-nilai yang menjadi landasan berdirinya bangsa ini. Gus Adhi dan para tokoh lainnya berharap bahwa setiap peserta yang hadir dapat membawa semangat ini ke dalam kehidupan mereka, menjadikan Pancasila bukan hanya sebagai lambang, tetapi sebagai jiwa yang hidup dalam setiap langkah.

Dengan tekad yang kuat, mereka yakin bahwa jika Pancasila dihayati dengan sungguh-sungguh, cita-cita Indonesia Emas 2045 bukan lagi mimpi, tetapi sebuah kenyataan yang dapat diraih. (wid)