Denpasar, (Metrobali.com)

Pemahaman akan pengembangan destinasi pariwisata penting untuk mewujudkan pariwisata yang berkualitas bagi wisatawan yang berkunjung ke Kota Denpasar, Bali.

Untuk meningkatkan kualitas pariwisata, Dinas Pariwisata Kota Denpasar menggelar Sosialisasi Destinasi di City of Aventus Hotel, Rabu (10/7).

Sasaran sosialisasi tersebut dilakukan dengan melibatkan para pemangku kepentingan pada tingkat Desa dan Kelurahan di Kota Denpasar.

Berdasarkan catatan panitia, Kota Denpasar terdiri dari 16 Kelurahan dan 27 Desa. Dinas Pariwisata telah menetapkan sejumlah 6 Desa Wisata melalui Surat Keputusan Walikota tentang Penetapan Desa Wisata di Kota Denpasar. Hal itu tidak dipungkiri untuk dapat muncul desa wisata baru di Kota Denpasar.

Asisten I Sekretaris Daerah Kota Denpasar, I Made Toya saat membacakan sambutan Wali Kota Denpasar I Gustri Ngurah Jaya Negara, mengatakan bahwa Kota Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata dengan daya Tarik wisata yan beragam baik alam, budaya dan buatan.

“Setiap daerah dituntut untuk mampu meningkatkan pemahaman para stakeholder di daerah akan pengembangan pariwisata, sehingga mampu memenuhi tuntutan terhadap standarisasi kualitas produk dan pelayanan pariwisata,” katanya.

Selanjutnya, Made Toya juga mengungkapkan bahwa penambahan wawasan kepariwisataan dapat mendorong pengembangan produk wisata serta potensi tentang wilayah/daya tarik wisata yang ada ada.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Ni Putu Riyastiti menyampaikan bahwa melalui sosialisasi ini diharapkan para tokoh Desa dan Kelurahan mampu mengetahui pentingnya pengembangan destinasi pariwisata, pariwisata desa yang berkelanjutan serta regulasi sertifikasi sumber daya manusia pariwisata.

I Made Mendra Astawa selaku narasumber yang saat ini menjabat sebagai Ketua Forum Komunikasi Desa Wisata (Forkomdewi) Provinsi Bali menuturkan bahwa para stakeholder pada tingkat desa dan kelurahan memiliki peran penting dalam mengembangkan pariwisata daerah masing-masing.

“Pastinya dengan menerapkan pariwisata alternative, pariwisata yang tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologi dan menghindari dampak negative dari Pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya,” katanya. (RED-MB)