Jembrana (Metrobali.com)
Kepulangan Mantan Bupati Jembrana dua periode 2000-2005 dan 2005-2010 Prof Dr. drg. I Gede Winasa disambut teriakan Kembang-Ipat dari warga. Bahkan teriakan Kembang-Ipat terus terdengar saat Winasa memberikan sambutan di hadapan ratusan warga yang memadati rumahnya.
Ayah kandung dari Wakil Bupati Jembrana I Gede Ngurah Patriana Krisna tiba di rumahnya rumahnya di Lingkungan Baler Bale Agung, Kelurahan Tegalcangkring, Kecamatan Mendoyo, Jumat (5/7/2024) sekitar pukul 20.30.
Sebelumnya, sesaat setelah keluar dari Rutan Kelas IIB Negara, Jembrana, Jumat (5/7/2024) sekitar pukul 18.50, Winasa langsung melakukan ritual pembersihan diri (Melukat) di Pantai (Segara) Yeh Kuning, Desa Yeh Kuning, Kecamatan Jembrana dan di Grya Batur Bujangga Wisnawa Tegalcangkring, Kelurahan Tegalcangkring.
Selain warga, kepulangan Winasa juga disambut sejumlah tokoh dan mantan anggota DPRD Jembrana termasuk I Made Kembang Hartawan, Ketua DPC PDIP Jembrana.
Made Kembang Hartawan menuturkan, Winasa merupakan kawan lama sekaligus teman berjuang cukup lama. Dirinya kenal Winasa sejak tahun 2000 ketika menjadi Ketua PAC PDIP. Dan di tahun 2005 saat Winasa menjadi Ketua DPC PDIP, dirinya menjadi Wakil Ketua.
“Jadi saya merasa bangga sekali dan terharu hari ini beliau sudah bisa menghirup udara bebas,” ujar Kembang ditemui, Jumat (5/7/2024) di rumah Winasa.
Disebutnya suka duka bersama Winasa sudah pernah dialami bersama. Winasa merupakan sosok yang luar biasa, punya ide pemikiran untuk kemajuan Jembrana.
Terkait adanya teriakan warga (Paket) Kembang-Ipat, disebutnya merupakan aspirasi dari warga. Dan aspirasi itu akan disampaikan ke induk partai. “Saya akan sampaikan ada aspirasi warga seperti itu. Nantinya tentu induk partai yang menentukan dan memutuskan seperti apa,” sebut Kembang.
Selaku kader, sambungnya, dirinya harus taat dan patuh terhadap perintah atau instruksi partai. “Partai memerintahkan jalan, saya jalan. Partai memerintahkan diam, saya diam. Saya harus taat dan patuh,” tandasnya.
Disinggung apakah sering berkomunikasi dengan Winasa, menurutnya sering namun dikala dirinya masih menjabat.
“Semasih menjabat sering. Tetapi saya tidak pernah membuat content. Meng-upload juga tidak pernah. Setelah tidak menjabat pun beberapa kali ketemu. Saya tidak bicara politik, tapi lebih kepada kemanusiaan,” ungkapnya.
Pertemuan dengan Winasa, sambungnya, hanya ingin mendengar pemikiran beliau yang belum bisa terealisasi untuk kemajuan Jembrana. “Kita diskusi. Tapi saya tidak pernah blowup ke media apalagi di media sosial atau lewat media mainstream lainnya untuk menunjukan diri dekat dengan beliau,” jelasnya.
Berkenaan isu bahwa yang memenjarakan Winasa adalah dirinya, Kembang menegaskan, atas nama pribadi dan keluarga tidak pernah punya niat sedikit pun terlintas di dalam pikirannya (memenjarakan Winasa). Bahkan dirinya berani bersumpah tujuh turunan.
“Biarlah nanti kebenaran mencari jalan sendiri. Saya percaya apa yang disampaikan pimpinan partai, Satyam Eva Jayate, hanya kebenaran yang menang (berjaya),” ucap Kembang.
Terkait campur tangan PDIP dalam pembebasan Winasa, disampaikan Kembang, dari cerita Ipat (Patriana Krisna, putra Winasa) bahwa merupakan upaya keluarga dan sahabat-sahabat Winasa.  “Sahabat Pak Winasa kan banyak. Sahabat lamanya PDI Perjuangan dan juga sahabat sewaktu beliau di kampus. Beliau banyak sahabat, dimana-mana. Itu upaya semua sahabat beliau sehingga bebas hari ini,” terangnya.
Dikonfirmasi terpisah, I Gede Ngurah Patriana Krisna menyampaikan bahwa teriakan Kembang-Ipat merupakan spontanitas masyarakat. “Hari ini sebenarnya saya tidak mau berbicara politik. Juga belum ada petunjuk dan arahan dari bapak (Winasa). Tidak tahu nanti kedepannya,” ujar Ipat, Jumat (5/7/2024).
Terkait kehadiran Made Kembang Hartawan, kata dia, karena Kembang merupakan teman lama. “Dulu Pak Kembang dengan Bapak satu partai. Pak Kembang anak buah bapak di DPC (PDIP). Ayah Pak Kembang juga pengelingsir di partai, sama, jadi karena hubungan itu,” ungkap Ipat.
Ditanya seandainya dijadikan wakil dari Kembang Hartawan pada Pilkada Jembrana 2024 ini, Ipat tidak mau berandai-andai karena masih berproses. “Kita ketahui bersama kemenangan Tamba-Ipat kalau boleh jujur suara saya itu suara Pak Winasa. Walaupun ada suara pribadi saya , tapi lebih banyak dipengaruhi oleh suara bapak,” sebutnya.
Ditanya apakah nanti akan berseberangan dengan I Nengah Tamba, menurutnya, masih berproses. “Belum tentu berbeda. Kan belum ini.  Saya tidak mau berandai-andai,” tegasnya.
Terkait koalisi, Ipat mengatakan bahwa koalisi ditentukan oleh partai. Dan dirinya sekarang ini masih berproses di Partai Golkar. “Dari tiga survey baru sekali, kan masih jauh. Ini masih kita ikuti. Survey kedua akan dilakukan,” imbuhnya.
Ipat menyampaikan bahwa kegiatan awal Winasa berkumpul dan bercerita bersama keluarga. “Mungkin nanti silahturahmi berkunjung ke kawan-kawan. Itu kata bapak tadi,” tutup Ipat. (Komang Tole)