PSI Bali Kecam Aksi Viral “Bule Brengsek” Nyuri Truk Ugalan-Ugalan dan Terobos Bandara, Bro Adi: Kita Tidak Mau Dijajah Terus
Foto: Ketua DPW PSI Bali Nengah Yasa Adi Susanto (Bro Adi) mengecam aksi nekat “bule brengsek” yang nekat mencuri sebuah truk dan mengendarainya dengan ugal-ugalan hingga menerobos Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Denpasar (Metrobali.com)-
Di tengah gemerlap pariwisata Bali, sebuah kejadian menghebohkan terjadi. Damon Anthony AH, seorang pria berkebangsaan Inggris berusia 50 tahun, nekat mencuri sebuah truk. Aksi nekad ini dilakukan dengan merampas truk tersebut dari sopirnya dan mengendarainya dengan ugal-ugalan hingga menerobos Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
Aksi berbahaya Damon tidak berhenti di situ. Ia melaju tanpa kendali, mengancam keselamatan banyak orang. Tak heran, kemarahan massa pun tak terelakkan. Sang sopir, yang kehilangan kendali atas kendaraannya, hampir menjadi korban amukan massa yang geram. Beruntung, pihak berwajib segera turun tangan dan menangkap Damon, menghindarkannya dari situasi yang lebih buruk.
Peristiwa ini memicu reaksi keras dari berbagai kalangan. Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Bali Nengah Yasa Adi Susanto yang akrab disapa Bro Adi, tidak bisa menyembunyikan kegeramannya dan mengecam aksi nekat “bule brengsek” tersebut. Ia menyesalkan tindakan tidak bertanggung jawab tersebut yang tidak hanya merusak citra Bali, tetapi juga memperkuat anggapan bahwa pulau ini seolah-olah telah dijajah oleh wisatawan asing. Menurutnya, kejadian ini merupakan ancaman serius bagi pariwisata Bali yang selama ini dikenal ramah dan damai.
“Ini sangat memprihatinkan. Tindakan seperti ini merusak nama baik Bali yang kita cintai. Kita harus bersatu untuk menjaga kehormatan dan keamanan pulau ini,” ungkap Bro Adi dengan nada tegas.
Kejadian ini menjadi pengingat bagi semua pihak untuk selalu waspada dan menjaga keamanan bersama perilaku wisatawan asing yang berulah dan membuat onar di Pulau Dewata. Bali adalah rumah bagi banyak orang, dan setiap tindakan yang mengancam ketenangan harus ditindak tegas demi kebaikan bersama.
Lebih lanjut Bro Adi mengatakan, sebagai negara berkembang, Indonesia tidak dapat membatasi atau menyaring masuknya orang ke wilayahnya, terutama Bali yang merupakan destinasi pariwisata terkenal di dunia. Ia menekankan pentingnya fungsi pengawasan yang efektif oleh pemerintah, dari tingkat bawah hingga atas, untuk mengatasi masalah ini.
Bro Adi yang juga disebut-sebut sebagai calon kuat maju Pilawali Denpasar sebagai Calon Wakil Walikota Denpasar ini menekankan, pengawasan harus dimulai dari lingkungan terdekat, seperti hotel dan restoran, yang berada di bawah tanggung jawab Desa Adat. Dalam hal ini, ia menyoroti peran penting Pecalang dalam melakukan pengawasan.
Pecalang perlu diberdayakan untuk mendeteksi sejak dini perilaku wisatawan yang mencurigakan. Selain itu, ia menekankan bahwa security di restoran dan hotel juga harus berperan aktif dengan melaporkan ciri-ciri dan perilaku mencurigakan dari wisatawan sejak awal.
“Ketika kita berbicara Desa Adat ada pecalang. Nah pecalang inilah diberdayakan dan bila perlu masing-masing desa adat yang khususnya di area pariwisata bisa mendeteksi dari awal kalau ada wisatawan-wisatawan yang aneh. Contoh di restoran dia punya sekuriti. Nah sekuriti juga harus terlibat aktif menginformasikan seperti ciri-ciri bulenya seperti apa. Kalau misalnya dia sudah gelagatnya sudah gak beres di awal,” katanya.
Bro Adi menambahkan bahwa pengawasan juga harus melibatkan berbagai lapisan kepolisian, mulai dari Babinkamtibmas, Babinsa, Polsek, hingga Polres dan Polda. Selain itu, pihak imigrasi dengan intelijennya juga memiliki peran penting. Ia menekankan pentingnya sinergi antara semua pihak ini untuk mendeteksi wisatawan yang bermasalah sejak dini. Dengan kerjasama yang baik, Bro Adi yakin tindakan meresahkan dari wisatawan asing bisa dicegah lebih awal.
“Nah dan di Imigrasi dia punya juga namanya Intel kan begitu. Nah sekarang intel-intel ini perannya seperti apa? Kalau ini bisa bersinergi, saya yakin bule-bule yang “brengsek-brengsek” ini bisa dideteksi lebih awal,” ujar politisi yang juga seorang advokat ini.
Lebih lanjut, Bro Adi mengatakan bahwa semua pihak perlu terlibat untuk mengatasi masalah ini secara efektif. Ia menekankan pentingnya peran imigrasi dalam mengawasi turis yang melebihi masa izin tinggal mereka (overstay).
Bro Adi berharap pihak imigrasi dapat lebih ketat dalam mendeteksi dan menangani kasus overstay, karena data mengenai tamu yang masih berada di Indonesia seharusnya sudah tersedia dan dapat dimonitor dengan baik. Menurutnya, tanpa keterlibatan dan pengawasan yang ketat, masalah ini akan terus berlanjut dan Bali terus akan dijajah oleh wisatawan asing yang nakal dan selalu berulah.
“Bagaimana kita tidak dijajah? Faktanya sudah seperti itu kan begitu. Bule-bule nakal banyak sekali berkeliaran, sementara kita terlalu permisif. Tentu kita tidak mau dijajah terus. Ya kita membutuhkan wisatawan, cuman wisatawan yang kita butuhkan adalah wisatawan yang punya uang dan berkualitas. Jangan sampai kita ingin mendatangkan turis, tapi justru mereka bekerja di sini,” pungkasnya. (wid)