Festival Kesanga, Dikaitkan dengan Upakara “Nyomya” Transformasi Bhuta Menjadi Dewa
Ilustrasi
Denpasar, (Metrobali.com)
Ogoh-ogoh sebut saja dari perspektif sosiologi agama simbol Bhuta, untuk sederhananya energi dengan kualifikasi di bawah manusia. Yang akan ditransformasi , melalui upacara “nyomya” – transformasi dari Bhuta menjadi Dewa pasca pengerupukan di masing-masing Desa Pakraman.
Puncaknya upacara Taur Kesanga di Bencingah Agung Besakih, bermakna NYOMYA, transformasi Bhuta menjadi Dewa, yang kemudian diikuti dengan piodan Betara Turun Kabeh ring Pura Besakih.
Secara teologi, Sraddha, keyakinan akan Tuhan yang ideal: Bhuta – Manusa – Dewa. Tantangan bagi setiap insan manusia untuk meningkatkan kualitas rohani dirinya, menuju ke Kesadaran Tuhan.
“Berangkat dari pengetahuan akan keterbatasan diri: Bhuta, Manusa. Sudah semestinya PHDI Bali lebih memberikan penjelasan terhadap simbol ini, transformasi “nyomya” dari Bhuta menuju Dewa,” kata Jro Gde Sudibya, salah seorang pendiri dan sekretaris yayasan Kuturan Dharma Budaya, Minggu 3 Maret 2024.
Menurutnya, penjelasan ini menjadi penting, keyakinan dan penganutan keyakinan, sering berangkat dari simbol, nyasa dan makna yang terkandung di dalamnya.
“Pergeseran simbol, dan bahkan “perampasan” simbol yang sengaja dan atau tidak sengaja, tidak paham dan tidak seluruhnya dipahami, bisa berdampak buruk dalam melaksanakan keyakinan,” katanya.
Kita memahami, lanjut Jro Gde Sudibya, masyarakat terus berubah, praktek agama sosial mengalami perubahan, di sini arti penting PHDI Bali memberikan tuntunan, “sesuduk kayun”, “titi pengancang” kepada umat terlebih-lebih bagi generasi muda. (Adi Putra)