Ilustrasi 

 

Surabaya, (Metrobali.com)

 

Saat ini proses rekapitulasi suara Pemilu 2024 sedang dilakukan di tingkat kabupaten/kota. Ada beberapa calon legislatif (Caleg) yang gagal dan mengalami depresi di beberapa daerah.
Ketika Caleg lolos dan bisa memperoleh kursi anggota dewan perwakilan rakyat, akan dibebani tanggung jawab, terlebih aspirasi rakyat. Sedangkan caleg yang kalah dan tidak legawa dapat menimbulkan stres.

Menurut Pakar Psikologi Universitas Airlangga (Unair), Atika Dian Ariana MSc MPsi, beberapa video di sosial media tersebar, di mana ada seorang caleg yang stres karena tidak mendapatkan suara.

“Stres secara umum adalah persepsi ketika seseorang menghadapi situasi yang tidak dianggapnya tidak dapat diatasi dengan sumber daya yang dimilikinya. Tekanan dan rasa malu itu muncul karena tidak terpenuhinya ekspektasi yang dimiliki sebelumnya,” kata Atika, Jumat (1/3/2024).

Atika menjelaskan, terdapat rasa ketakutan ketika tidak mendapat suara banyak dan gagal menjadi wakil rakyat. Sebab, pada pencalonan serta kampanya menggunakan nilai material hingga banyak transaksi.

“Perasaan gagal dan penurunan harga diri sering kali dapat diatribusikan kepada persepsi individu tentang karakter pribadinya sendiri,” ujarnya.

Ia menyebut, caleg yang gagal cenderung menarik kesimpulan negatif terhadap diri sendiri, seperti merasa tidak memiliki cukup kapabilitas atau kompetensi untuk berhasil dalam politik.

Belum lagi validasi lingkungan, kolom komentar netizen yang dikhawatirkan memberikan komentar negatif atau bullying.

Ada pun gejala seseorang sedang mengalami stres, yakni perubahan pola makan, gangguan pola tidur, menarik diri dari lingkungan, perubahan perasaan sedih cemas yang signifikan dan respons fisik seperti gangguan pencernaan. Selain itu, gejala kognitif cenderung pelupa banyak yang dipikirkan dalam satu waktu, sulit berkonsentrasi dan kurangnya fokus.

Atika menekankan, pentingnya dukungan sosial bagi kesehatan mental dalam keadaan buruk. Seperti memberi perhatian, memberikan rasa nyaman, melakukan diskusi kecil dapat membantu perspektif berbeda, sehingga menemukan solusi alternatif. Jika tekanan stresor berlangsung lama tanpa penanganan, bisa menyebabkan penurunan kesejahteraan mental, seperti depresi.

Strategi menjaga kesehatan mental dan fisik kurang lebih sama. Pola makan sehat, tidur yang cukup, latihan fisik olahraga, mengenal diri sendiri dengan lebih baik dapat membantu memahami kebutuhan, sadari batasan dalam diri dan dukungan sosial yang tepat. Bila caleg adalah anak muda, diimbau untuk proaktif dalam mencari teman dan lingkungan yang sehat, serta meluangkan waktu untuk refleksi dan evaluasi diri secara berkala.

“Merawat diri dan menjaga kesehatan mental adalah hal yang sangat penting untuk kesejahteraan kita. Jika belum bisa memulihkan diri, sangat disarankan meminta bantuan profesional, seperti psikolog atau psikiater. Tidak tinggal diam dalam keterpurukan, karena itu bentuk wujud mencintai diri sendiri,” pungkasnya.