Foto: Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali Dr. Nyoman Sugawa Korry yang juga Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Bali bersama Calon DPD RI Wayan Geredeg, Wayan Sukasta (Caleg DPRD Provinsi Bali) dan Thiarningsih (Caleg Kabupaten Klungkung) di sela-sela kunjungan ke Pulau Nusa Penida, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.

Nusa Penida (Metrobali.com)-

Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali Dr. Nyoman Sugawa Korry melakukan kunjungan ke Pulau Nusa Penida, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung selama dua hari pada tanggal 25 Januari dan 26 Januari 2024 untuk melihat kondisi langsung terkait keluhan masyarakat mengenai krisis air bersih di Nusa Penida.

Dari hasil kunjungan selama dua hari ini, Sugawa Korry menemukan fakta bahwa kondisi obyektif Kecamatan Nusa Penida masih cukup memprihatinkan.

“Dari pembangunan berbagai bidang yang dilaksanakan 10 tahun terakhir, dari 16 desa di Kecamatan Nusa Penida, ditemukan masih ada 5 desa yang belum terlayani air bersih yang memadai,” ungkap Sugawa Korry yang juga Ketua DPD Partai Golkar Bali ini dalam keterangan tertulis yang dikirimkan kepada redaksi Metro Bali pada Jumat 26 Januari 2024.

Lima desa yang mengalami kesulitan air tersebut yakni Desa Suana, Desa Pejukutan, Desa Tanglad, Desa Kutampi, Desa Lembongan, dan Desa Jungutbatu.

Dampak dari tidak tersedianya air bersih di 5 desa tersebut, masyarakat harus membeli air bersih dengan harga Rp 170 ribu per meter kubik, sedangkan warga yang sudah terlayani DPAM mereka cukup membayar Rp 3.200/ meter kubik.

Hal ini berdampak kesenjangan yang sangat luar biasa dan menjadi beban masyarakat miskin. Di sisi lain pengembangan pariwisata yang cukup masif membutuhkan ketersediaan air bersih yang memadai.

“Disamping itu, kalau kita mau kembangkan sektor pertanian dan peternakan juga tidak lepas kaitannya dengan ketersediaan air,” kata Sugawa Korry.

Sugawa Korry mengaku sangat prihatin dengan kondisi belum adanya layanan air bersih yang memadai di lima desa tersebut. Padahal di Nusa Penida ada potensi sumber mata air yang besar yang belum dimanfaatkan secara maksimal.

Misalnya di sumber mata air Guyangan, ada potensi 180 liter/ detik, dimana kalau ini dimanfaatkan dengan teknologi yang efisien, maka cukup untuk memenuhi kebutuhan 180 ribu penduduk.

“Belum lagi sumber mata air Segening dengan debit 170liter/ detik. Ini kalau dimanfaatkan dengan baik, akan mampu memenuhi kebutuhan pertanian dan peternakan masyarakat di Nusa Penida,” ungkap Sugawa Korry.

“Jadi kami berpendapat belum ada fokus yang diprioritaskan membangun masyarakat Nusa Penida,” tegas Sugawa Korry yang pada Pileg 14 Februari 2024 ini maju nyaleg ke DPR RI Dapil Bli dari Partai Golkar dengan nomor urut 1.

Sugawa Korry menegaskan ke depan Nusa Penida harus dibangun dengan fokus, pertama yakni  mengatasi masalah ketersedian air dengan memanfaatkan peran Pemerintah Kabupaten  Provinsi dan Pusat.

Kedua diprioritaskan ketersediaan infrastruktur terutama jalan dan sarana pelabuhan laut. Ketiga, dukungan kepada sektor pertanian, peternakan yang sinergis dengan pengembangan sektor pertanian.

“Masih banyak jalan-jalan desa yang rusak tidak tersentuh perbaikan. Lalu belum berfungsinya pelabuhan di Pulau Ceningan karena berbagai kebijakan yang berdampak terhadap belum berfungsinya pelabuhan yang dibangun dengan investasi cukup besar tersebut,” beber Sugawa Korry.

Di sisi lain para petani juga mengeluh terbatasnya pupuk bersubsidi sehingga saat musim pemupukan tiba, petani tidak didukung ketersediaan pupuk bersubsidi yang memadai.

“Sebagai pimpinan DPRD Bali dan Ketua Golkar Bali, saya komitmen untuk membantu mengatasi hal-hal prinsip tersebut. Kami juga tempatkan kader yang berkualitas untuk mewakili Golkar dari Nusa Penida di tingkat DPRD Provinsi Bali,” pungkas Sugawa Korry. (wid)