Ilustrasi : Potret Pura Besakih Tempo Dulu.

Hari ini, Selasa, 9 Januari 2024, raina Ciwaratri. Ciwaratri puja menurut karya Ciwaratri Kalpa karya Mpu Tanakung, penanggal pangelong ping 14 nuju Tilem Kepitu, merupakan tilem tergelap dalam satu tahun, sebagai waktu paling tepat memuja Tuhan Ciwa.

Dalam relasi Bhuwana Agung – Bhuwana Alit, pada kondisi alam tergelap, insan manusia (bhuwana alit) mampu memuja dan merealisasikan Tuhan Ciwa, sudah tentu sangat bermakna dalam satu tahun kehidupan di dunia yang bercirikan kesementaraan (maya) ini.
Dalam karut marut kehidupan berbangsa dewasa ini, di menjelang Pilpres 14 Februari 2024, yang ditandai prilaku elite penguasa yang etika dan moralnya nyaris rubuh, dan Indonesia dalam bayang-bayang risiko negara gagal , failed state, bisa akibat: otoritaritarianisme, fundamentalisme agama, dan pragmatisme akut yang merupakab penyakit sosial masyarakat.
Dalam konteks ini, revitalisasi nilai – nilai kebangsaan (nasionalisme), kecintaan pada negeri (patriotisme) yang diteladankan Bapak Ibu Pendiri Republik, menyebut beberapa: HA Salim, Soekarno, Hatta, Sjahrir, KH Wahid Hasjim, menjadi amat sangat penting. Nilai-nilai kehidupan dan kebangsaan yang memuat: keadilan, kejujuran, pengabdian, toleransi, visi masa depan berlandaskan Pancasila.
Nilai-nilai kehidupan yang mesti dikembangkan bersama, pemimpin sebagai pemberi suri teladan, sehingga meminjam istilah Soekarno, “nation and character building” berkelanjutan, kemulyaan berpolitik bertumbuh, sehingga lahir kebijakan publik yang mengoreksi: ketimpangan pendapatan, ketidakadilan sosial dan rusaknya lingkungan.
Dalam demam pilpres yang sedang berlangsung, adagium yang menyatakan, “orang baik akan memilih pemimpin baik”, semestinya terus digemakan, untuk menghindarkan bangsa menuju ke keterpurukan dan kemudian menjadi negara gagal, yang dipicu oleh: otoritarianisme, fundamentalisme agama dan pragmatisme sosial akut,yang menjadi penyakit sosial masyarakat.

I Gde Sudibya, Ketua FPD (Forum Penyadaran Dharma).