Pendampingan Kewirausahaan Sinergi Kementerian PPPA dan Pusat Studi Undiknas Berkelanjutan, Perempuan Bali Rasakan Dampak Nyata Mandiri Ekonomi!
Foto: Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersinergi berkolaborasi bersama dengan Pusat Studi Undiknas (PSU) Denpasar melanjutkan program pendampingan tahap kedua sebagai tindak lanjut dan rangkaian dari dari Program “Bimbingan Teknis (Bimtek) Kewirausahaan Yang Berperspektif Gender Bagi Perempuan Penyintas” di 5 titik lokasi di Bali.
Denpasar (Metrobali.com)-
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersinergi berkolaborasi bersama dengan Pusat Studi Undiknas (PSU) Denpasar melanjutkan program pendampingan tahap kedua sebagai tindak lanjut dan rangkaian dari dari Program “Bimbingan Teknis (Bimtek) Kewirausahaan Yang Berperspektif Gender Bagi Perempuan Penyintas” di 5 titik lokasi di Bali. Bimtek dan pendampingan ini terselenggara berkat dukungan program hibah dari Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA).
Pendampingan kedua menyasar lima lokasi yang menerima program yakni pertama Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung pada Jumat 27 Oktober 2023. Kedua Pantai Jerman Kuta, Kabupaten Badung pada Jumat 3 November 2023. Ketiga, di Desa Kenderan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar pada Sabtu 4 November 2023. Keempat, di Desa Poh Bergong, Kabupaten Buleleng pada Minggu 5 November 2023. Kelima atau terakhir di Banjar Segara, Kuta, Kabupaten Badung pada Senin 6 November 2023.
Kegiatan pendampingan ini juga dilaksanakan berladaskan spirit Sinergi Pang Pade Payu Bersinar bersinergi dengan Rotary Club of Bali Bersinar, Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali, DPD Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali dan Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu.
Pelaksanaan program bimtek dan pendampingan ini dikawal langsung Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda, bersama Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana, Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas Denpasar Dr. Nina Eka Lestari dan Kepala Pusat Kajian Teknik Undiknas Denpasar Ir. I Ketut Nuraga, MT.
Ada lima luaran dari program Bimtek dan Pendampingan Kewirausahaan Yang Berperspektif Gender Bagi Perempuan Penyintas” di 5 titik lokasi di Bali hasil sinergi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pusat Studi Undiknas Denpasar ini. Pertama, Studio Mini SIP3 Ramah Keluarga di Pantai Jerman, Kuta, Badung. Kedua, Unit Bisnis Bersinar SIP3 di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Badung.
Ketiga, Bale Banjar Pusat Edukasi dan Ekonomi Ramah Keluarga SIP3 di Banjar Segara, Kuta, Badung. Keempat, Desa Rempah SIP3 Bersinar Desa Kenderan, Gianyar. Kelima, Pusat Percontohan Unit Usaha SIP3 Poh Bergong Buleleng Tanaman Organik Bernilai Ekonomi di Desa Poh Bergong, Buleleng.
Unit Bisnis Bersinar SIP3 di Lapas Perempuan
Pendampingan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung pada Jumat 27 Oktober 2023 dengan materi “Pemberdayaan Ekonomi Mandiri Warga Binaan Jegeg Merdeka Melalui Pelatihan Kewirausahaan di Lapas Perempuan Kerobokan”. Hadir sebagai narasumber pedampingan yakni Eka Wahyuni dari HIPPI Bali yang memberikan pendampingan pelatihan membuat onde-onde ketawa, Endang Kadarsih dari HIPPI Bali memberikan pelatihan membuat tas dan bikini yang berpeluang diekspor. Lalu Hasimah dari komunitas UMKM melatih warga binaan membuat bakso. Sementara Iis dari Tim Wardah mengajarkan para warga binaan mengenai tata rias atau make up dasar seperti untuk acara-acara kundangan maupun acara formal. Serta Tiwi Tjandra dari Rotary Club of Bali Bersinar.
Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas Denpasar Dr. Nina Eka Lestari menyampaikan apresiasi kepada warga binaan begitu antusias dan bisa mengikuti bimtek dan pendamping dengan baik. “Harapannya mereka bisa mempraktikkannya saat sudah keluar dari lapas dan agar bisa menjadi peluang usaha untuk meningkatkan perekonomian,” katanya.
Para warga binaan menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pusat Studi Undiknas atas program Bimtek dan Pendampingan Kewirausahaan Yang Berperspektif Gender Bagi Perempuan Penyintas ini. Warga binaan mengaku mendapatkan ilmu tambahan dan siap dijadikan bekal berusaha ketika keluar dari lapas.
Studio Mini SIP3 Ramah Keluarga di Pantai Jerman
Selanjutnya pendampingan dilakukan di Pantai Jerman Kuta, Kabupaten Badung pada Jumat 3 November 2023 dengan materi “Perempuan Melek Digital Pada UMKM Pantai Jerman” yang menyasar para pelaku UMKM di Pantai Jerman dan diharapkan bisa meningkatkan omset melalui melek pemasaran digital atau digital marketing.
Pendampingan menghadirkan narasumber dari Rotary Club of Bali Bersinar yakni President Rotary Club of Bali Bersinar Rotarian Ni Wayan Suryathi bersama para Rotarian diantaranya Rotarian Nyoman Hartini, Rotarian Tiwi Tjandra dan Rotarian Ayu Srianthi, narasumber lainnya Putu Chika Meryani dari Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu.
Para pelaku UMKM di Pantai Jerman sangat antusias dengan pendampingan ini dan mereka aktif bertanya saat Rotarian Nyoman Hartini mengajarkan membuat katalog produk di WA Bisnis. Sementara itu Rotarian Tiwi Tjandra mendampingi pelaku UMKM belajar menata atau mendisplay produk agar mampu menarik calon pembeli. Dalam hal penataan produk fesyen secara umum dapat digolongkan menjadi beberapa kategori seperti busana anak, busana wanita, busana pria.
Desa Rempah SIP3 Bersinar Desa Kenderan
Pendampingan di lokasi ketiga dilakukan di Desa Kenderan, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar pada Sabtu 4 November 2023 dengan materi “Pengolahan Minyak Hangat Sindrong Desa Kenderan” menghadirkan narasumber Ketua Perpina Kabupaten Gianyar yang juga praktisi lingkungan dan herbal Puri Damai Ubud Ida Ayu Rusmarini, Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana yang juga dari BIPPLH, Anak Agung Rai Tirtawati dari DPD HIPPI Bali, Dr. Gung Tini Gorda selaku Ketua DPD HIPPI Bali dan Dr. Nina Eka Lestari mewakili Koperasi Perempuan Ramah Keluarga (KPRK) PangPadePayu.
Dr. Nyoman Sedana selaku Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar berharap minyak Sindrong ini mampu diproduksi dan sekaligus di pasarkan oleh para ibu-ibu PKK tersebut, disamping juga diharapkan mampu sebagai dukungan untuk wellness tourism di Desa Kenderan.
“Seluruh objek wisata yang ada di Desa Kenderan nantinya juga diwajibkan untuk menggunakan produk lokal itu sendiri, misalnya dijadikan sebagai oleh-oleh bagi para wisatawan yang berkunjung ke Desa Kenderan. Ini sejalan dengan tujuan dari bimtek yang diselenggarakan oleh tim sinergi karena berkaitan dengan kewirausahaan penyintas ekonomi,” ungkap Sedana.
Nantinya hasil dari penjualan Minyak Sindrong tersebut bisa menjadi dukungan finansial kaum ibu-ibu pada substansi rumah tangga atau keluarga masing-masing, sehingga aspek kesetaraan gender mampu memiliki peran yang positif, yang dimulai di lingkungan rumah tangga maupun keluarga.
Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda mengatakan Desa Kenderan dibranding sebagai Village of Holy Water, Wellness Destination, dimana yang ditonjolkan nantinya tidak hanya wisata kesehatannya saja, tetapi juga isi dari wellness tersebut, yakni sehat secara natural dengan memanfaatkan alam yang ada di Desa Kenderan. Sementara pendukung dari desa wisata tersebut terdapat 5 indikator, yang salah satunya adalah souvenir, tidak hanya handicraft, namun juga ada produk-produk yang bisa dihasilkan di Desa Kenderan seperti minyak Sindrong ini.
Gung Tini Gorda mengungkapkan, berdasarkan analisa yang dilakukan oleh Ketua Perpina Kabupaten Gianyar, yang juga merupakan praktisi lingkungan dan herbal Puri Damai Ubud, Ida Ayu Rusmarini, bahwa tanah di Desa Kenderan sangat cocok ditanami tanaman rempah. Oleh karena itu Desa Kenderan secara resmi dilaunching sebagai Desa Rempah.
“Dalam hal ini dari pihak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ingin memberdayakan kaum perempuan yang tentunya sesuai dengan tujuan dari tim sinergi untuk memberdayakan kaum ibu-ibu di Desa Kenderan sebagai Desa Rempah,” katanya.
Gung Tini Gorda menegaskan bahwa program SIP3 selalu total dalam melakukan pendampingan-pendampingan program pemerintah. Terlebih lagi ada tanggung jawab kepada lembaga yang tidak mempunyai dana, namun mempunyai program.
“Selain itu juga sesuai dengan arahan bahwa Desa Rempah harus ada semacam agrobisnis sehingga ada edukasi yang ditawarkan kepada para pengunjung,” ungkapnya.
Selain itu juga nantinya program ini akan disinkronkan dengan program yang sudah ada seperti Puspa Aman. Artinya program yang dijalankan di Desa Kenderan tidak berbenturan dengan program yang dilaksanakan oleh pemerintah.
Sementara itu Perbekel Desa Kenderan, Dewa Gede Jaya Kesuma memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada tim sinergi yang telah melakukan kegiatan pendampingan di Desa Kenderan. Diharapkan kegiatan tersebut benar-benar bermanfaat dan dari pihak desa sangat mendukung tujuan dari kegiatan tersebut. Jaya Kesuma mengungkapkan bahwa dari dulu pihak desa memang sangat ingin memiliki sesuatu yang bisa dibanggakan dari Desa Kenderan dan saat ini keinginan tersebut mulai terwujud dengan adanya produk minyak Sindrong asli Kenderan.
Ketua Perpina Gianyar dan sekaligus praktisi lingkungan dan herbal Puri Damai Ubud, Ida Ayu Rusmarini mengatakan alasan mengembangkan minyak Sindrong di Desa Kenderan adalah pertama karena lokasi Desa Kenderan semi pegunungan sehingga potensi yang bisa dikembangkan adalah minyak Sindrong. “Selain itu, kesuburan tanah dan air yang melimpah di Desa Kenderan sangat cocok untuk ditanami tanaman rempah,” katanya.
Ida Ayu Rusmarini juga mengatakan produk minyak Sindrong tersebut dianjurkan untuk digunakan oleh orang lokal terlebih dahulu untuk mengetahui sendiri manfaat dari minyak tersebut, sebelum di pasarkan ke publik, karena menurutnya jika orang lokal tidak mengetahui khasiat dari minyak tersebut maka mereka akan sulit menjelaskan manfaat minyak tersebut kepada publik.
Pihaknya berharap kepada ibu-ibu PKK di Desa Kenderan bisa mandiri secara ekonomi, sehingga mereka tidak hanya mengandalkan institusi ataupun kepada pemerintah, namun bisa berdiri sendiri untuk menjaga kesehatan secara holistik.
Selanjutnya Ketua Tim Penggerak PKK Desa Kenderan, I Dewa Ayu Rai Purnawati, memberikan apresiasinya kepada tim sinergi SIP3 karena sudah mendampingi ibu-ibu PKK selama bimtek dan pendampingan-pendampingan sehingga Desa Kenderan memiliki produk berupa minyak Sindrong. Diharapkan pendampingan tersebut bisa berkelanjutan karena sangat bermanfaat bagi masyarakat Kenderan dan para wisatawan yang berkunjung ke Desa Kenderan.
Apresiasi serupa juga disampaikan oleh salah seorang peserta Bimtek dan Pendampingan Kewirausahaan ini yakni Ni Made Budiani. Ia mengaku sangat senang mendapatkan pelatihan dan pendampingan terkait cara membuat dan pengemasan minyak Sindrong, serta rencana kerja tindak lanjut terkait pemasarannya, baik secara lokal maupun internasional. Bahkan para wisatawan mancanegara yang datang ke Desa Wisata Kenderan bisa ditawarkan minyak Sindrong tersebut sebagai souvernir.
Dia kemudian menyatakan komitmen para ibu-ibu PKK untuk serius mengembangkan minyak Sindrong, seperti misalnya menanam tanaman rempah sebagai bahan dasar dari minyak Sindrong tersebut, sehingga bisa menekan biaya produksi.
Seusai melaksanakan pendampingan yang kedua tersebut, tim sinergi meninjau lahan yang nantinya akan digunakan untuk menanam tanaman rempah dan bahan baku Minyak Sindrong. Pusat Studi Undiknas yang mendapatkan kesempatan swakelola dari program kewirausahaan tersebut ingin menjadikan program ini sustainable sehingga tim sinergi bekerjasama dengan masyarakat Kenderan yang dalam hal ini dari Puri Agung Kenderan yang juga pengurus Perpina Provinsi Bali untuk memanfaatkan lahan hijaunya sebagian untuk bisa ditanami tanaman rempah yang menjadi bahan baku dari minyak Sindrong tersebut.
“Kita harapkan semua elemen masyarakat dan lintas puri di Desa Kenderan bisa bersinergi untuk menjadikan Desa Kenderan sebagai Desa Wisata Wellness Eco Tourism,” pungkas Gung Tini Gorda.
Pusat Percontohan Unit Usaha SIP3 Poh Bergong Buleleng Tanaman Organik Bernilai Ekonomi
Pendampingan di lokasi keempat dilakukan di Desa Poh Bergong, Kabupaten Buleleng pada Minggu 5November 2023 dengan materi “Memanfaatkan Pekarangan Rumah Tanaman Bernilai Ekonomi dan Pertanian Organik”. Materi diberikan narasumber Ni Luh Putu Gunatri dari DPD HIPPI Bali, Ketut Suardika dari Unit Bisnis Center STIE Satya Dharma, Kepala Desa Poh Bergong Wayan Wagia, Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar Dr. Nyoman Sedana dan Anak Agung Rai Tirtawati dari HIPPI Bali.
Ni Luh Putu Gunatri dri HIPPI Bali mengatakan pendampingan kedua dilaksanakan di salah satu wilayah di Dusun Bergong, Desa Bergong, tepatnya di demplot pertanian organik. Dalam kesempatan kali ini tim sinergi melakukan pendampingan terhadap 50 ibu-ibu yang merupakan pendukung ekonomi keluarga dengan memanfaatkan lahan pertanian organik dan lahan pekarangan rumah. Bersama dengan Asisten Deputi (Asdep) Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak memberikan akan melakukan simbolisasi penanaman terung, tomat dan cabai sebagai salah satu wujud pertanian organik.
Gunatri mengatakan lebih lanjut dari awal dilaksanakan bimtek dimana ibu-ibu di Desa Poh Bergong tersebut yang merupakan keluarga pra sejahtera diajarkan bagaimana cara untuk meningkatkan penghasilan dengan memanfaatkan semaksimal mungkin tanaman pekarangan rumah yang ditanami tanaman yang bernilai ekonomi.
“Kita harapkan dari pendampingan ini, para ibu-ibu ini akan bisa memanfaatkan hasil kebun pekarangan tersebut untuk keperluan pribadi dan untuk dijual sehingga bisa meningkatkan ekonomi keluarga,” katanya. Selain itu juga diharapkan para ibu-ibu ini bisa membuat bibit dari biji-biji tomat atau cabai tersebut sehingga berkelanjutan.
Tim sinergi akan mendampingi dengan Koperasi Perempuan Ramah Keluarga KPRK sebagai penyalur dari bibit yang dibuat oleh para ibu-ibu tersebut, serta hasil panen mereka. Guntari juga berharap para ibu-ibu yang berasal dari keluarga pra sejahtera tersebut akan bisa menjadi keluarga sejahtera.
Ni Ketut Ernasih memberikan apresiasinya kepada tim sinergi yang telah memberikan pelatihan dan pendampingan. Menurutnya kegiatan ini sangat berguna, terutama bagi para ibu-ibu rumah tangga di Desa Poh Bergong. Dengan adanya pelatihan dan pendampingan terkait cara bertani di lahan pertanian dan pekarangan rumah tersebut, pihaknya mengaku bisa menambah penghasilan dan sekaligus membantu perekonomian keluarga.
Kepala Pusat Kajian Kebijakan Publik dan Gender Undiknas Denpasar, Dr. Nyoman Sedana mengatakan pihaknya mengucapkan terimakasih kepada Kepala Desa Poh Bergong karena sangat antusias dan mendukung kolaborasi terkait dengan hibah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak terkait dengan kesetaraan gender pada substansi perempuan penyintas pada sektor ekonomi.
Ditambahkannya bahwa para peserta yang ikut dalam kegiatan bimtek dan pendampingan di Desa Poh Bergong tepat sasaran karena didominasi oleh kelompok perempuan yang memang tidak bekerja atau sebagai ibu-ibu rumah tangga sehingga pelatihan dan pendampingan tersebut benar-benar bermanfaat. “Pendampingan kedua di Desa Poh Bergong ini merupakan tindak lanjut dari pendampingan yang pertama terkait dengan bagaimana pemanfaatan lahan pekarangan agar memiliki nilai ekonomis bagi para ibu-ibu yang tidak bekerja,” kata Nyoman Sedana.
Diharapkan dari pihak kementerian bisa memberikan bantuan bibit. Setelah dipetakan, bibit yang cocok di tanam di Desa Poh Bergong adalah bibit terong, dan bibit cabai. Seperti diketahui bahwa cabai memiliki usia yang panjang pada substansi pertumbuhannya sehingga nilai ekonomi nya juga bagus. Sementara terong merupakan kebutuhan sehari-hari.
Nyoman Sedana kemudian menjelaskan alasan tim sinergi memilih Desa Poh Bergong sebagai program pendampingan SIP3 Kementrian PPPA adalah karena desa tersebut tepat untuk pemberdayaan perempuan pada substansi penyintas ekonomi pada kelompok perempuan di Poh Bergong.
Terkait dengan kegiatan pendampingan yang kedua Nyoman Sedana mengatakan bagaimana bibit yang sudah dikemas oleh para ibu-ibu tersebut akan ditanam di demplot yang sudah ditentukan oleh Kepala Desa setempat. Selain itu dari pihak desa juga akan mengakomodir bibit yang dibuat oleh para ibu-ibu tersebut ditanam di pekarangan rumah masing-masing atau di demplot. Disamping itu juga potensi alam di Desa Poh Bergong ini sangat luar biasa.
Diharapkan tim sinergi bisa memberikan kontribusi terkait dengan bagaimana mewujudkan Desa Poh Bergong sebagai desa yang memiliki daya tarik tersendiri, seperti spot untuk tracking dan sebagainya sehingga nilai produk pada substansi pertanian dan perkebunan bisa diakomodir oleh desa itu sendiri sehingga pemberdayaan masyarakat terjaga dengan baik.
Sementara itu Kepala Desa Poh Bergong, Wayan Wagia memberikan apresiasinya kepada tim sinergi yang telah mengadakan kegiatan di Desa Poh Bergong, khususnya dalam hal pemberian bibit cabai dan terong. Yang disasar dalam kegiatan tersebut adalah kelompok ibu-ibu rumah tangga dengan tujuan agar mereka bisa memanfaatkan lahan pekarangan rumah masing-masing untuk ditanami cabai dan terong. “Ini tentunya akan menambah nilai ekonomis daripada ibu-ibu rumah tangga,” katanya.
Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda mengatakan bahwa pada tahun anggaran perubahan, pihaknya diberikan kesempatan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk menjalankan program swakelola terkait dengan bimtek kewirausahaan bagi perempuan penyintas. “Harapan dari pihak Kementerian adalah bagaimana perempuan berdaya bisa mendukung Indonesia maju,” ujarnya.
Lebih lanjut Gung Tini Gorda mengatakan program untuk mendukung perempuan maju tersebut adalah dari kewirausahaan karena wirausaha sangat fleksibel bagi perempuan, khususnya perempuan Bali.
Gung Tini Gorda mengatakan lebih lanjut bahwa pihaknya mencoba bersama beberapa stakeholder seperti dari akademisi, Pusat Studi Undiknas, STIE Satya Dharma Singaraja, Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali dan Kabupaten Buleleng yang mempunyai konsep menjadikan Bali sebagai pusat ekonomi hijau dan hal tersebut dibuktikan dengan kegiatan yang dilaksanakan di Desa Poh Bergong. “Sehingga di tahun 2045 akan lahir generasi emas yang berkarakter melalui bagaimana kita mengelola kebutuhan-kebutuhan pangan melalui konsep organik,” terangnya.
Narasumber dari STIE Satya Dharma Singaraja Ketut Suardika mengatakan pihaknya ikut berpartisipasi dalam melakukan pembinaan kepada kelompok ibu-ibu pra sejahtera di Desa Poh Bergong untuk bisa kreatif dalam ekonomi seperti menanam cabai dan durian. Ia juga berharap agar kelompok ibu-ibu ini lebih kreatif dalam memanfaatkan lahan, sehingga bisa meningkatkan nilai ekonomi kedepannya, disamping juga bisa menekan inflasi. Diharapkan program pendampingan tersebut bisa terus berlanjut sehingga banyak kelompok ibu-ibu yang bisa menjadi wirausaha sehingga bisa mandiri secara ekonomi.
Alfrieds Agustinus selaku Ketua DPC HIPPI Buleleng menilai kegiatan pendampingan di Desa Poh Bergong sangat bermanfaat dimana tanah yang awalnya tidak subur menjadi subur berkat pupuk organik. “Selain itu pendampingan ini juga sangat membantu kelompok ibu-ibu yang tidak memiliki tanah yang luas, bisa memanfaatkan pekarangan di rumahnya untuk menanam cabai, yang merupakan sumber utama inflasi,” katanya.
Pihaknya berharap tidak hanya pemerintah yang aktif, tetapi semua komponen bangsa, termasuk masyarakat di kota atau di desa bisa membantu laju inflasi dengan ramai-ramai menanam cabai di pekarangan rumah masing-masing. Diharapkan juga program tersebut bisa diteruskan dan berkelanjutan dan menjadi motivasi bagi masyarakat desa untuk bertani organik, terutama kaum ibu-ibu sehingga mereka bisa membantu perekonomian keluarga.
Bale Banjar Pusat Edukasi dan Ekonomi Ramah Keluarga SIP3 di Banjar Segara
Pendampingan di lokasi terakhir di Banjar Segara, Kuta, Kabupaten Badung pada Senin 6 November 2023 dengan materi “Wirausaha Mudah” dan “Dasar-Dasar Kewirausahaan/Basic Entreprenership” dimana para peserta juga diajak praktik langsung membuat produk seperti kuliner Chinese food. Hadir sebagai narasumber dari dari Rotary Club of Bali Bersinar yakni President Rotary Club of Bali Bersinar Rotarian Ni Wayan Suryathi bersama para Rotarian diantaranya Rotarian Nyoman Hartini dan Rotarian Tiwi Tjandra. Narasumber lainnya Ayu Srianthi dari Perpina Bali dan Kepala Pusat Kajian Ekonomi dan Pariwisata Undiknas Denpasar Dr. Nina Eka Lestari.
Narasumber Rotarian Nyoman Hartini selaku Community Service Rotary Club of Bali Bersinar mengatakan Pantai Jerman punya keunikan tersendiri yang juga bisa menjadi berkah tersendiri bagi warga di Banjar Segara. Dan dalam kesempatan ini dirinya juga memberikan tips trik memasak chinese food dengan segala kelebihannya.
Rotarian Hartini mengatakan chinese food tersebut dimasak jika memang ada pesanan dari pelanggan. “Artinya bahan-bahan untuk membuat Chinese Food tersebut masih bisa disimpan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk menambah peluang bisnis lainnya,” ujarnya juga mengingatkan pentingnya penguasaan digital marketing untuk mempromosikan chinese food yang akan kita jual.
Sementara itu Secretary Rotary Club of Bali Bersinar Rotarian Tiwi Tjandra memberikan pre test tentang usaha kuliner kepada peserta pendampingan di Banjar Segara. Lalu Rotarian Hartini dan Ayu Srianthi mengajarkan praktik membuat chinese food mulai dari teknik pemilihan bahan baku, bumbu-bumbu, memasak hingga menghidangkan atau plating. Untuk plating atau penyajian disarankan menggunakan piring berwarna putih agar terlihat lebih estetis dan menarik.
Sementara itu Kelian Banjar Adat Segara I Ketut Werka menceritakan secara singkat sejarah keberadaan Pantai Jerman. Ia mengatakan, di tahun 1960 an, pembangunan bandara I Gusti Ngurah Rai dimotori oleh kontraktor atau tim ahli dari Jerman dan juga dari Indonesia. Dalam perjalanannya, semua tim ahli asal Jerman tersebut dibuatkan mes ataupun tempat khusus untuk semua keluarganya di Pantai Jerman. Saat itu warga setempat lebih cenderung menyebut mes tersebut sebagai perumahan Jerman.
Rektor Universitas Putera Indonesia Cianjur Jawa Barat Dr. Astri Dwi Andriani yang turut hadir dalam pendampingan ini mengaku siap menjadi marketing terkait Pantai Jerman sebagai kawasan Wisata Ramah Keluarga Berbasis Masyarkat dan dirinya mengaku terkesan dengan keberadaan Pantai Jerman ini. Di sisi lain dia sepakat bahwa pemasaran yang efektif adalah pemasaran dari mulut ke mulut atau word of mouth. “Jadi wisawatan yang puas berkunjung ke Pantai Jerman akan bercerita dan akhirnya akan menarik lebih banyak kunjungan wisatawan,” katanya.
Terkait pendampingan di Banjar Segara, Kuta, Kepala Pusat Studi Undiknas Dr. Gung Tini Gorda mengatakan bahwa narasumber-narasumber yang didatangkan dalam bimtek dan pendampingan kali ini, terutama yang berasal dari luar daerah Bali, secara tidak langsung nantinya akan menjadi marketing untuk mempromosikan keberadaan Banjar Segara dan Pantai Jerman ketika mereka kembali daerah asal masing-masing.
“Sehingga diharapkan kedepan daerah Kuta tidak hanya terkenal dengan Pantai Kutanya saja, namun juga Pantai Jerman dengan konsep ramah keluarga dan anak yang berbasis masyarakat,” kata Gung Tini Gorda lantas menambahkan, sebagai pendukung dari destinasi ramah keluarga, selain mendevelop UMKMnya, tim sinergi turut memberdayakan masyarakatnya seperti di Banjar Segara.
Diharapkan program stimulan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menjadi semacam trigger bagi ibu-ibu di Banjar Segara untuk benar-benar berkomitmen bahwa wirausaha atau pemberdayaan bagi perempuan itu sendiri adalah harga mati. Lebih lanjut Gung Tini Gorda menjelaskan bahwa Banjar Segara nantinya akan dilaunching sebagai banjar edukasi.
Sementara itu harapan untuk output di masing-masing bimtek dan pendampingan di 5 lokasi tersebut telah sesuai dengan harapan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak untuk memberikan suatu pemberdayaan bagi perempuan penyintas, termasuk penyintas kekerasan, perempuan ekonomi lemah dan sebagainya. Selain itu juga diharapkan bisa menjadi suatu penguatan bagi kaum perempuan untuk bisa lebih percaya diri bahwa mereka juga bisa membantu ekonomi keluarga.
Program tersebut akan dikawal terus keberlanjutannya bersama tim sinergi. “Program dari bimtek dan pendampingan ini akan kami kawal terus keberlanjutannya,” pungkas Gung Tini Gorda. (wid)