Ari Dwipayana : Gambuh Buddha Kecapi, Drama Tari yang terinspirasi dari Lontar Rujukan Para Pengusadha
Pementasan “Gambuh Buddha Kecapi” di areal Puri Agung Klungkung, Bali.
Ubud, (Metrobali.com)-
Yayasan Puri Kauhan Ubud di Bali selenggarakan pementasan “Gambuh Buddha Kecapi” di areal Puri Agung Klungkung, Bali. Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana menilai, ajaran Buddha Kecapi menjadi basis pengetahuan tentang pengobatan di Bali yang dipelajari dan dipraktikan oleh para pengusadha atau Balian. Hal itu jika terus dikembangkan akan menguatkan dunia medis modern saat ini.
“Malam ini dilaksanakan pementasan Gambuh Buddha Kecapi. Ini adalah sebuah jalan sastra untuk menghaluskan rasa, mempertajam budhi serta menumbulkan kesadaran tentang hidup dan kehidupan. Buddha Kecapi merupakan judul salah satu lontar pengobatan yang dikenal luas oleh para pengusadha di Bali. Tokoh sentralnta bernama Buddha Kecapi. Buddha Kecapi adalah seorang ahli penyakit, pendiagnosa yang akurat, dan penyembuh dengan kemampuan yang utuh dalam ramuan serta berbagai teknik pengobatan,” ujar Ari Dwipayana dalam sambutannya di acara pentas “Gambuh Buddha Kecapi” yang diselenggarakan oleh Puri Kauhan Ubud di Bali, Jumat (27/10/2023).
Turut hadir dalam acara tersebut PJ. Gubernur Bali Sang Made Mahendrajaya, Staf Khusus Presiden RI Bidang Kebudayaan Sukardi Rinakit, Staf Khusus Presiden RI Arif Budimanta, Dirjen Bimas Hindu Kemenag I Nengah Duija, Dirut Pupuk Kaltim, Penglingsir Puri se Bali, Para Rektor, seniman dan Budayawan.
Menurut Ari, kekuatan yang dimiliki Buddha Kecapi itu tidak dapat dilepaskan dari usaha keras dan keteguhanya dalam menggelar tapa, brata, yoga, dan samadhi di kuburan. Puja yang dipanjatkan dengan penuh keheningan hati ternyata bisa membelah celah bumi hingga sampai di tujuh lapisan tanah (sapta patala) dan menembus tujuh lapisan atmosfer (sapta loka). Hal inilah yang menyebabkan Bhatara Shiwa tergetar lalu berkenan turun ke Cungkub Kahyangan Dalem. Dari tempat itu, beliau memerintahkan Bhatara Hyang Nini Dalem (Durga) menuju tempat pembakaran di kuburan (setra pangesengan) untuk memberikan anugerah kepada Buddha Kecapi.
Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana
“Ajaran Sang Buddha Kecapi tentang usadha hingga saat ini menjadi basis utama sistem pengetahuan tentang pengobatan di Bali yang dipelajari dan dipraktikkan oleh para pengusadha. Ajaran tersebut meliputi filosofi penyakit dan pengobatan (tunggal gring lawan tamba). Yang penting juga adalah landasan etik seorang pengusadha dalam mempraktikkan pengetahuannya termasuk imbalan yang berhak diterimanya (sesantun),” kata Ari.
“Buddha Kecapi juga membabar ajaran tentang diagnosa penyakit agar seorang pengusadha tidak salah memberikan obat (tatenger pati urip mwang pjah). Pengetahuan tentang pengobatan dan berbagai ramuan yang bisa diterapkan dalam mengobati penyakit seperti jampi, seba, dan yang lainnya menjadi pelengkap isi lontar ini,” lanjut Ari.
Ari menyampaikan, berbagai sistem pengetahuan tentang pengobatan yang penting dalam lontar Buddha Kecapi inilah mata air inspirasi sekaligus jiwa dari Gambuh Buddha Kecapi yang dipersembahkan oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud. Ia berharap, pergelaran Gambuh Buddha Kecapi bisa membumikan kembali ajaran para lelangit Bali dalam dunia medis sekaligus memperkuat pilar penyangga pengobatan modern.
Dalam sambutannya, Ari menyampaikan, Pagelaran Seni Gambuh Buddha Kecapi merupakan rangkaian acara Program Sastra Saraswati Sewana 2023 yang mengambil tema Wariga Usadha Siddhi, Jalan Sastra Membumikan untuk Membumikan Sistem Perhitungan Waktu dan Keunggulan Ilmu Pengobatan Bali. Dipilihnya tema ini menurutnya, itu karena Bali memiliki warisan sistem pengetahuan yang sangat luar biasa dari para leluhur/Ida Bethara Kawitan, berupa sistem perhitungan waktu (Wariga) dan ilmu pengobatan (usadha).
“Terdapat 3 rangkaian acara pada tahun 2023, dimulai pada 1 Maret dimulai dengan acara Dharma Panuntun, kemudian pada 6-12 Juli 2023 diselenggarakan festival Wariga Usadha Sidhi dengan tiga tujuan besar yaitu revitalisasi dalam hal menghidupkan kembali wariga dan usadha, tujuan kedua re-thinking (memikirkan kembali wariga dan usadha di tengah konteks perubahan dunia yang sangat cepat), ketiga adalah tujuan relevansi wariga dan usadha bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat Bali atau bahkan dunia. Kegiatan ketiga yang kami selenggarakan hari ini adalah kegiatan penutup rangkaian sastra Saraswati sewana 2023. Malam hari ini kami melaunching dua buah buku yang berjudul Wariga Siddhi dan satu lagi Usadha Siddhi,” ujar Ari. (RED-BN)
Editor : Nyoman Sutiawan