Foto: Kelenteng Caow Eng Bio menggelar ritual upacara Visudhi Tisarana sekaligus upacara pernikahan pasangan pengantin Vandi dan Ni Nyoman Maliny Primayanti pada Rabu 11 Oktober 2023.

Badung (Metrobali.com)-

Kelenteng Caow Eng Bio yang berlokasi di Tanjung Benoa, Kabupaten Badung yang merupakan kelenteng tertua di Bali melayani umat yang menjalani ritual upacara Visudhi Tisarana atau upacara pindah agama dari agama lain ke agama Budha sekaligus upacara pernikahan pasangan pengantin Vandi dan Ni Nyoman Maliny Primayanti pada Rabu 11 Oktober 2023.

Upacara ini turut disaksikan Dewan Pertimbangan Kelenteng Caow Eng Bio Nyoman Suarsana Hardika bersama Ketua Pengurus Kelenteng Chaow Eng Bio I Made Juanda Aditya dan para pemangku atau Bio Kong Klenteng atau Kongco ini. Pihak keluarga kedua mempelai dan para tamu udangan juga turut hadir menyaksikan momen berbahagia ini.

Dewan Pertimbangan Kelenteng Caow Eng Bio Nyoman Suarsana Hardika mengungkapkan upacara pernikahan di Klenteng Caow Eng Bio ini mempersatukan pasangan yang berbeda keyakinan, dimana pengantin prianya beragama Budha dan pengantin wanitanya beragama Hindu.

“Oleh karena perbedaan kepercayaan tersebut maka dilangsungkan upacara Visuddhi Tisarana, dimana pihak mempelai perempuan yang dari Hindu diupacari sehingga menjadi memeluk agama Buddha. Kemudian setelah upacara tersebut berakhir dilanjutkan dengan akad nikah secara Buddha, yang mana kedua mempelai telah memiliki kepercayaan yang sama,” terang Nyoman Suarsana Hardika.

Yang istimewa dan menjadi momen bersejarah juga, upacara Visuddhi Tisarana tersebut merupakan yang pertama dilaksanakan di Klenteng Caow Eng Bio.

Lebih lanjut Nyoman Suarsana Hardika menjelaskan bahwa Klenteng Caow Eng Bio merupakan milik umat.  “Artinya siapa saja dipersilahkan untuk menggelar upacara pernikahan di Caow Eng Bio walaupun tidak berdomisili di Bali,” terangnya.

Seperti halnya pasangan Vandi dan Ni Nyoman Maliny Primayanti yang berdomisili di luar Bali. Pada intinya pengurus Klenteng Caow Eng Bio sudah seharusnya melayani umat, terutama bagi mereka yang kurang mampu.

Terkait dengan pengurusan administrasi pernikahan, Nyoman Suarsana Hardika menjelaskan bahwa akte pernikahannya dibuatkan di klenteng terlebih dahulu untuk kemudian ditindaklanjuti di Kantor Catatan Sipil.

Nyoman Suarsana Hardika kemudian menghimbau kepada umat yang ingin melaksanakan pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio untuk mengambil prosesi pernikahan yang paling simpel, seperti sesuai dengan kepercayaan Buddha dengan sembahyang menggunakan Teh, Manisan serta kertas emas dan lilin.

Sementara untuk pernikahan Vandi dan Ni Nyoman Maliny Primayanti, mereka menyuguhkan buah-buahan, kue kering serta kembang-kembangan. Jadi tidak ada ketentuan yang harus diwajibkan saat melaksanakan upacara pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio.

Umat yang ingin melaksanakan pernikahan bisa langsung datang ke Klenteng Caow Eng Bio untuk memberikan informasi kepada pihak pengurus, sehingga ada persiapan yang dilakukan oleh pengurus. Pengurus nantinya akan menyerahkan kepada umat yang akan menyelenggarakan acara terkait dengan tingkatan upacaranya.

Sementara itu Ketua Pengurus Kelenteng Caow Eng Bio I Made Juanda Aditya menambahkan bahwa upacara Visuddhi Tisarana merupakan yang pertama kali digelar di Klenteng Caow Eng Bio. Dijelaskannya bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan sebelum acara akad nikah dilakukan secara agama Buddha. Bagi pemeluk lain yang akan menikah secara Agama Budha, wajib hukumnya untuk mengikuti prosesi Visuddhi Tisarana terlebih dahulu sebelum dilaksanakan akad nikah.

“Kami dari pihak Kelenteng Caow Eng Bio sendiri tidak pernah memberatkan dari pihak mempelai untuk melakukan akad nikah di Kelenteng Caow Eng Bio dan juga tidak pernah mengenakan tarif kepada pihak mempelai,” terang Made Juanda Aditya.

Jadi artinya sekecil-kecilnya pun yang dipersembahkan secara sukarela dan tulus tetap akan dilayani dan pihak pengurus tetap membantu sepenuh hati dan tulus mengingat Kelenteng tersebut adalah milik umat dan kembali ke umat.

Apapun kegiatan yang dilakukan, pihak pengurus kelenteng akan selalu mendukung jika memang diberikan kepercayaan kepada masyarakat untuk melakukan kegiatan maupun upacara ritual di Kelenteng Caow Eng Bio.

Made Juanda Aditya mengatakan lebih lanjut bahwa pihak Kelenteng Caow Eng Bio akan selalu welcome terhadap semua umat yang ingin di Visuddhi di Klenteng Caow Eng Bio. “Terkhusus untuk masalah persembahyangan, kami tegaskan bahwa tidak ada ritual yang diperjualbelikan,” tegasnya.

Jadi apapun kegiatannya dengan tujuan untuk keagamaan pihak pengurus akan selalu mendukung dan tidak pernah mematok harga. Dalam artian umat yang tidak mampu pun akan dibantu oleh pengurus Kelenteng Caow Eng Bio.

Karena ini sejalan dengan tujuan pengurus Kelenteng Caow Eng Bio yakni untuk membantu umat, bukan untuk mencari keuntungan kepada umat. Diharapkan kedepannya agar pemikiran umat tidak selalu tentang komersil.

Sementara itu Nyoman Sanjaya selaku Mangku atau Bio Kong di Kelenteng Caow Eng Bio menjelaskan lebih lanjut mengenai prosesi upacara Visudhi Tisarana atau upacara pindah agama dari agama lain ke agama Budha sekaligus upacara pernikahan pasangan pengantin ini di Kelenteng Caow Eng Bio.

 

Diterangkan bahwa di awal upacara para keluarga pengantin disambut terlebih dahulu, kemudian diberikan pertanyaan apakah acara pernikahan tersebut memang atas keinginan kedua mempelai dan apakah sudah mendapat restu dari kedua keluarga mempelai.

Kemudian setelah itu dilaksanakan persembahyangan untuk meminta restu dan ijin kepada tuhan. Persembahyangan kemudian dilanjutkan di pintu masuk Kelenteng, dengan harapan bisa dibukakan pintu untuk kedua mempelai untuk melangkah di kehidupan baru mereka.

Setelah itu upacara dilanjutkan di ruang inti, di Altar dalam, untuk memohon kepada dewa-dewi untuk hadir dan memberkati kedua mempelai. Kemudian pengantin dan para orang tua masing-masing melanjutkan persembahyangannya di depan Budha.

Setelah itu barulah dilangsungkan upacara Visuddhi Tisarana terhadap pengantin wanita, mengingat pengantin wanitanya menganut kepercayaan berbeda yakni Hindu. Upacara ini memang wajib dilaksanakan jika salah satu mempelai memeluk agama berbeda. Namun jika kedua mempelai memeluk agama Budha, maka upacara Visuddhi Tisarana tersebut tidak diperlukan.

Kemudian setelah upacara Visuddhi Tisarana tersebut selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan upacara akad nikah, yang dilanjutkan dengan penandatanganan dokumen-dokumen yang diperlukan.

Bio Kong Nyoman Sanjaya kemudian menjelaskan makna dari upacara Visuddhi Tisarana. Upacara ini khusus diperuntukkan bagi pengantin di luar agama Budha. “Makna upacara tersebut adalah pindah agama dengan tujuan agar kedua mempelai memiliki satu kepercayaan dalam hal perkawinan sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik,” ujarnya.

Bio Kong Nyoman Sanjaya berharap kedua mempelai tersebut melaksanakan pernikahan sekali seumur hidup, karena apa yang dijanjikan oleh kedua mempelai akan dibakar di Kelenteng Caow Eng Bio dalam bentuk kertas. “Dalam kepercayaan Budha, ucapan yang disampaikan tersebut dibakar dalam bentuk kertas, untuk kemudian dikirim ke alam. Tujuannya adalah untuk mengikat kedua mempelai agar langgeng seumur hidup mereka,” terangnya lebih lanjut.

Sementara itu kebahagian tampak menyelimuti pasangan pengantin Vandi dan Ni Nyoman Maliny Primayanti yang mengaku sangat senang dan sangat berkesan bisa melangsungkan upacara pernikahan dan momen bahagia di Kelenteng Caow Eng Bio. Pasangan ini pun menyatakan ikrar perwakinan mereka di klenteng ini.

Mempelai pria Vandi juga mengaku sangat terkesan dengan sambutan dan pelayanan dari para pengurus Kelenteng yang sangat ramah. Dalam artian para pengurus sangat welcome sehingga upacara pernikahan berjalan dengan lancar. Selain itu akses menuju ke Kelenteng Caow Eng Bio sangat mudah.

Sementara mempelai perempuan, Ni Nyoman Maliny Primayanti juga mengaku sangat berkesan bisa melangsungkan pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio, selain karena pengurusnya ramah, tempatnya juga bersih dan banyak historisnya.

Untuk diketahui, Kelenteng Caow Eng Bio merupakan kelenteng tertua di Bali yang dibangun tahun 1548 dan menjadi klenteng nomor 5 tertua di Indonesia. Tuan rumah di Caow Eng Bio adalah Dewi Lautan Shui Wei Shen Niang, yang berasal dari pulau Hainan, tepatnya di Desa Dong Chiao, Kabupaten Wenchang.

Kelenteng Caow Eng Bio menjadi satu-satunya di Indonesia yang memiliki Dewi Laut Shui Wei Shen Niang. Di mana Dewi Laut Shui Wei Shen Niang hanya ada di empat negara di dunia, yaitu Thailand, China, Malaysia, dan Singapura. (wid)