Ubud (Metrobali.com)-

Dalam kunjungan kerja di Bali, Menkopolhukam RI, Prof. Dr. Mahfud MD berkunjung “simakrama” ke Puri Kauhan Ubud, yang dilanjutkan dengan dialog dengan tokoh-tokoh adat, budaya dan akademisi Bali, pada Selasa (10/10/2023). Puri Kauhan Ubud adalah salah satu Puri di Bali yang aktif bergerak dalam pelestarian dan pemajuan budaya (culture), serta perlindungan alam (nature) dengan menggunakan pendekatan kekinian untuk menjawab tantangan masa depan (future).

Kedatangan Mahfud MD di Puri Kauhan Ubud disambut oleh AA Bagus Ari Brahmanta dan AA Gde Ariawan yang didampingi AAGN Ari Dwipayana yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden RI. AA Gde Ariawan menjelaskan kepada Mahfud MD mengenai keberadaan Puri di Bali yang tetap menjaga dan melestarikan warisan budaya dari para leluhur (nenek moyang) secara turun-temurun. Warisan budaya itu berupa karya seni arsitektur, keris sampai dengan nilai-nilai kearifan lokal yang termuat dalam puluhan manuskrip lontar.

Pada kesempatan itu Mahfud MD dihadiahi lontar yang memuat Asta Brata, ajaran kepemimpian dalam Kakawin Ramayana. Asta Brata berisi tuntunan 8 Sikap Utama bagi seorang pemimpin. Lontar beraksara Bali dengan bahasa Jawa Kuno itu disimpan dalam sebuah kotak kayu yang disebut keropak, diserahkan langsung oleh AAGN Ari Dwipayana. Pada saat lontar diserahkan, Cok Sawitri, seorang penggerak budaya, melantunkan teks asli kakawin Ramayana dan menjelaskan artinya sehingga mudah dipahami oleh Menkopolhukam RI.

Ari Dwipayana juga mengajak Mahfud MD untuk melihat pameran mini yang menunjukkan manuskrip lontar koleksi Puri Kauhan Ubud. Saat di pameran, Mahfud MD mendapatkan penjelasan dari Gunayasa dan Darmaputra, mengenai upaya Yayasan Puri Kauhan Ubud untuk melestarikan warisan lontar dan juga mengembangkan nilai-nilai filosofi dalam lontar itu menjadi inspirasi untuk menyelenggarakan serangkaian program aksi yang konkret pada masyarakat. Mahfud MD kagum melihat eksibisi dimana seorang anak muda Bali yang terampil dalam menuliskan aksara Bali dalam lontar. Ini menunjukkan masih ada anak muda Bali juga peduli pada pelestarian aksara, bahasa dan budaya Bali.

Setelah mengunjungi pameran mini, Mahfud MD menyaksikan penampilan Ayu Laksmi yang menyanyikan lagu Tri Hita Karana yang diiringi alat musik penting. Nyanyian ini berisi ajakan untuk menjaga keseimbangan hidup dengan Tuhan, sesama dan alam. Nyanyian Ayu Laksmi menjadi mengantar dari dialog antara Menkopolhukam dengan tokoh adat, penglingsir Puri, rector, seniman dan budayawan.

“Senang sekali hari ini bisa berkunjung ke Puri Kauhan Ubud, Bali, sekaligus berdialog dengan para tokoh adat, penglingsir puri, seniman-seniwati, budayawan, dan beberapa rektor perguruang tinggi di Bali. Puri Kauhan Ubud sudah ada sejak abad ke-19 dan menyimpan banyak warisan budaya Bali,” ujar Mahfud.

“Pada kesempatan ini, Bli Ari juga memberikan kepada saya petikan Kakawin Ramayana bait Asta Brata dalam keropak yang memberikan tuntunan 8 sikap utama bagi seorang pemimpin, diiringi nyanyian indah oleh Cok Sawitri,” Mahfud.

Mahfud mengatakan, berdasarkan cerita dari Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud AAGN Ari Dwipayana, puri yang dahulu merupakan pusat kekuasaan saat ini fungsinya semakin meluas. Fungsi tersebut di antaranya terkait peran-peran kebudayaan hingga layanan sosial untuk masyarakat.

“Yang juga sangat menggembirakan adalah generasi muda mempunyai komitmen dan berpartisipasi aktif mengembangkan budaya luhur termasuk menulis sastra di daun lontar. Karena itu, kita harapkan puri tetap lestari dan bisa memberikan solusi bagi kehidupan masyarakat, khususnya di Bali,” tutur Mahfud.

Turut hadir dalam acara tersebut Penglingsir Puri Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati, Bendesa Ubud Tjokorda Raka Kerthyasa, Ketua Yayasan Pembangunan Sanur IB Gde Sidartha, AA Gde Rai Founder of Arma Museum, Kardi Suteja Neka Pengurus Museum Neka, Kartunis Jango Paramartha, Rektor ISI, Rektor Undiksha, Rektor Unmas, Rektor Dwijendra, Ketua STAH MPU Kuturan, Ketua Kagama Bali, Mantan Hakim MK I Dewa Gede Palguna, dan aktivis budayawan Seniman Bali.