Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer.

Denpasar (Metrobali.com)-

Di akhir masa kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster, Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali Gde Sumarjaya Linggih yang akrab disapa Demer kembali mengingatkan menekankan pentingnya pemerataan pembangunan di seluruh Bali, yang selama ini masih berpusat di Bali Selatan.

Tujuannya jelas agar masyarakat tidak sampai meninggalkan komunitasnya karena tidak mampu mengikuti pertumbuhan di daerahnya sendiri. Akibatnya adat dan istiadat nya juga ikut terbengkalai. Demer mengingatkan jangan sampai Bali menjadi Betawi kedua, artinya jangan sampai manusia Bali, adat dan budaya Bali punah dan tinggal kenangan.

“Ini yang saya sering hampir di setiap kesempatan berbicara itu, bukan karena saya orang Buleleng, yang ingin Buleleng maju, ya tentu Buleleng saya ingin maju. Tapi Denpasar juga perlu diperhatikan rakyat kecilnya, jangan sampai rakyat kecilnya hilang dari Denpasar akibat daripada pertumbuhan yang sangat tinggi. Harga-harga di pasar mahal, tidak bisa belanja ke pasar, sementara tanahnya mahal dia jual, akhirnya pindah ke Tabanan,” papar Demer.

“Ini yang saya sangat sayangkan nanti menjadi Jakarta yang kedua, orang Betawi nya tidak ada, karena kena pajak banyak, terus kemudian harga-harga mahal, tidak kuat hidup di Denpasar yang akhirnya berpindah tempat, meninggalkan keluarga, meninggalkan komunitas, meninggalkan banjar, yang mana adat dan istiadat juga terbengkalai. Ini concern kita kedepan,” sambung Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali itu belum lama ini.

Wakil rakyat yang sudah empat periode memperjuangkan kepentingan rakyat di DPR RI ini juga berharap Gubernur Bali yang akan datang mampu melakukan makro ekonomi yang baik. Artinya kalau bicara makro ekonomi, pertumbuhan yang tinggi tidak ada artinya ketika tidak ada pemerataan dan timbul pelaku baru. Jadi pertumbuhan itu harus merata antara Bali Selatan dan Bali Utara, Bali Timur.

“Kemudian timbul pelaku baru, hidupkan itu sentra-sentra UKM. Batasi francais, utamanya francais-francais internasional, apakah hanya boleh di tingkat kecamatan, atau hanya boleh di tingkat kota mulainya sehingga benar-benar nanti tumbuh pelaku baru-pelaku baru kita,” kata politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng ini.

Demer kemudian menilai anak-anak muda sekarang ini dengan adanya internet mereka sudah sangat mampu untuk menjadi profesional, karena mereka bisa belajar setiap saat, 24 jam, dari guru seluruh dunia dengan memanfaatkan platform-platform digital, seperti google.

“Oleh karena itu saya berharap mulai kita membangun Bali dengan berusaha adanya tumbuh pelaku baru,” pungkas wakil rakyat berlatar belakang pengusaha sukses dan mantan Ketua Umum Kadin Bali itu. (wid)