Denpasar, (Metrobali.com)-

Manggala Utama Paiketan Krama Istri Bali (PAKIS) MDA Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster kembali mengingatkan masyarakat adat, terutamanya dalam memahami dan menguasai tentang pengetahuan apa saja yang harus dilakukan di tengah masyarakat, salah satunya menjaga kelestarian budaya Bali. Dalam hal ini salah satunya adalah budaya Bali di bidang tari-tarian khususnya dalam mengembalikan pakem Tari Wali.

Hal itu disampaikannya saat acara Tresna lan Punia yang dilaksanakan oleh PAKIS MDA Provinsi Bali bertempat di Wantilan Sewaka Prema, Desa Adat Renon pada Kamis (10/8).

Menurut, Bunda Putri sapaan akrabnya, keberadaan tari-tarian wali atau tari untuk upacara yadnya yang bersifat sakral, di antaranya tari Rejang dan Tari Wali lainnya. Untuk itu, diharapkan keberadaan tari Rejang bisa terus ajeg dan sesuai dengan pakem serta fungsi tari Rejang itu sendiri. “Akhir-akhir ini semakin banyak jenis tarian Rejang yang bermunculan, saya harap keberadaan tari-tarian tersebut sudah sesuai dengan pakem dan nilai-nilai kesakralan tarian Rejang,” ujar Bunda Putri.

Pendamping orang nomor satu di Bali itu pun mengatakan bahwa ruang kreativitas masyarakat Bali sangat tinggi, sehingga bisa menciptakan karya seni, baik tari wali, bebali maupun balih-balihan. Hal itu tentu sangat baik, namun ia mengingatkan agar dalam penciptaan tari terutama untuk tari Wali harus sesuai dengan pakem, nilai dan norma keagamaan yang dianut. Lebih lanjut, ia pun menyatakan apresiasi akan semangat masyarakat terutama para seniman dalam mengekspresikan rasa syukur dan cinta mereka kepada Hyang Widhi melalui penciptaan tari wali. “Saya harap melalui sosialisasi kali ini, masyarakat banyak yang ikut dan lebih memahami unteng penciptaan dan peruntukan tari Rejang tersebut,” imbuhnya.

Selain itu menurutnya, keberadaan tari Rejang yang memang sesuai dengan Desa Kala Patra, yang mana dimiliki oleh suatu desa Adat, maka dimana tari rejang tersebut berasal hanya bisa ditarikan di Desa tersebut, karena disanalah tari tersebut dilahirkan dan disakralkan. Maka jika suatu Desa tidak memiliki tari Rejang, maka pada suatu upacara Wali jangan menarikan tarian rejang. Atau Desa tersebut bisa membuat tari rejang sendiri, sesuai dengan Desa Kala Patra dan memang betul-betul dilakukan kajian terlebih dahulu, sehingga tarian tersebut memiliki filosofi yang kemudian disakralkan dengan upacara pasupati.

Untuk itu, Ny. Putri Koster berharap melalui kegiatan-kegiatan yang digelar oleh PAKIS Bali dan Pemerintah terkait surat edaran dalam ngrajegang tari rejang bisa menggerakkan motivasi masyarakat Bali untuk kembali ke jatidiri krama Bali yang sesungguhnya. Karena hal itu juga tertuang dalam visi misi Pemprov Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang dibesut oleh Gubernur Bali Wayan Koster.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Kepala Dinas Pemajuan Masyarakat Adat Provinsi Bali IGAK Kartika Jaya Seputra. mengajak seluruh peserta acara itu untuk mendukung program-program Pemprov Bali dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru, khususnya mendukung upaya pelestarian seni, adat, tradisi, dan budaya Bali yang memang getol dijalankan oleh Gubernur Wayan Koster dan Wagub Cok Ace melalui hal-hal konkrit seperti penerbitan regulasi berupa SE, Perda dan Pergub, membentuk Dinas PMA, mendirikan gedung MDA beserta fasilitas sarana prasarana perkantoran hingga kendaraan operasionalnya, APBD Semesta Berencana, hibah untuk MDA, serta BKK untuk desa adat.

Sementara Bendesa Madya MDA Kota Denpasar A.A Sudiana menyampaikan terima kasih kepada Manggala Utama PAKIS MDA Bali Ny. Putri Koster sudah menyempatkan untuk mengunjungi desanya dan berbagi dengan masyarakat. Ia pun mengungkapkan apresiasi terhadap PAKIS MDA Bali dan Gubernur Wayan Koster yang begitu peduli dengan adat dan kebudayaan Bali.

Tresna lan Punia diisi dengan pemberian bantuan berupa 20 Kg beras, 1 krat telur, 8 kotak susu balita dan 2 kotak susu untuk susu lansia, 2 kotak susu untuk ibu hamil, dan 2 kotak susu untuk difabel. Bantuan ini diserahkan kepada 150 penerima yang masuk kategori, yakni lansia, ibu hamil, difabel, krama istri dan yowana serta pecalang.

Selain bantuan berupa kebutuhan pokok, juga diserahkan bibit cabai sebanyak 300, bibit terong sebanyak 200, 50 bibit pohon mangga, 35 bibit pohon kelapa dan 25 bibit pohon alpukat. (Hms Bali)