Foto: Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih (GSL) yang akrab disapa Demer mensosialisasikan Empat Pilar Kebanggsaan kepada masyarakat khususnya generasi muda di Kabupaten Badung, Provinsi Bali pada Senin 17 Juli 2023.

Badung (Metrobali.com)-

Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih (GSL) yang akrab disapa Demer terus membumikan dan mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan di segenap elemen masyarakat serta melakukan penguatan kesadaran dan wawasan kebangsaan masyarakata seraya meminta masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan dan jangan sampai terpecah belah jika ingin melihat Indonesia menjadi negara maju dan negara besar di dunia.

Anggota MPR RI itu secara khusus juga mengajak generasi muda berada di barisan dan garda terdepan menjaga dan menguatkan Empat Pilar Kebangsaan ini.  Hal itu disampaikan Gde Sumarjaya Linggih saat mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan kepada masyarakat khususnya generasi muda di Kabupaten Badung, Provinsi Bali pada Senin 17 Juli 2023. Turut hadir pula tokoh muda Bali Agung Bagus Arsadhana Linggih yang kerap disapa Arsa Linggih.

Adapun Empat Pilar MPR RI yang disosialisasikan Demer yang merupakan Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali ini yaitu, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Empat pilar kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana. Empat Pilar Kebanggsaan merupakan kumpulan nilai-nilai luhur yang harus dipahami seluruh elemen masyarakat dan menjadi panduan dalam kehidupan ketatanegaraan untuk mewujudkan bangsa dan negara yang adil, makmur, sejahtera dan bermartabat.

Gde Sumarjaya Linggih menegaskan sosialisasi Empat Pilar ini harus terus menerus dilakukan, digaungkan, dibumikan agar benar-benar menjadi pegangan seluruh bangsa Indonesia. Sebab keberadaan Empat Pilar yang kokoh menjadi pondasi kuat dan modal besar Indonesia menjadi negara maju dan semakin disegani dunia.

“Kita harus bangga beragam dengan suku bangsa jadi satu negara yang akrab dan rukun, salunglung sabayantaka. Banyak negara yang hanya punya satu suku tapi bentrok. Kita bersyukur Indonesia ini heterogen tapi tetap damai,” ujar politisi Golkar yang sudah empat periode mengabdi di DPR RI ini.

Dia lantas menegaskan, keberagaman yang ada di Indonesia ini merupakan suatu kebanggaan yang membuat negeri ini menjadi indah.  “Indonesia merupakan negara yang sangat luar biasa karena secara geografis terletak di garis katulistiwa, dimana sepanjang tahun memiliki sinar matahari dan situasi ini tidak ada di negara lain. Jadi keberagaman dan kesuburan tersebut akan membuat Indonesia menjadi negara yang besar selama masyarakatnya tetap rukun dan membangun negeri bersama-sama,” papar wakil rakyat yang dikenal rajin turun ke masyarakat ini.

Anggota Fraksi Golkar DPR RI ini juga mengingatkan bahwa bangsa yang tidak menjaga ideologinya akan hancur. Beberapa negara yang tidak memegang teguh nilai kebangsaan seperti Irak, Libya, Yaman, dan Syiria.  Di sisi lain, ada pula negara maju yang bisa memegang kekuatan bangsanya, seperti Amerika Serikat dengan liberalisme, China dengan komunisme dan konfusiusme. Selain itu ada Jepang, Perancis, kemudian ada Arab Saudi dengan islamnya.

Karena itulah Gde Sumarjaya Linggih meminta masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan dan jangan sampai terpecah belah jika ingin melihat Indonesia menjadi neagara maju dan negara besar di dunia. Politisi Golkar asal Desa Tajun, Kabupaten Buleleng ini bahkan menyebutkan Indonesia diramalkan menjadi negera 7 besar dunia di tahun 2030.

Artinya dari 220-an negara di dunia Indonesia termasuk yang 7 besar. Oleh karena itu untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, Gde Sumarjaya Linggih menegaskan DPR RI dan MPR RI selalu mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan.

Di sisi lain Gde Sumarjaya Linggih juga mengingatkan masih ada upaya merongrong Pancasila dan ada kondisi-kondisi kebangsaan yang patut diwaspadai. Sebab beberapa penelitian menunjukkan kondisi yang mengkhawatirkan. Penelitian dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Syarief Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa 63 persen guru memiliki opini intoleran terhadap agama lain.

Tak hanya itu, Ryamizard Ryacudu saat menjabat sebagai Menteri Pertahanan menyebutkan bahwa sebanyak 3 persen anggota TNI juga terpapar ekstrimisme. Kemudian survei Alfara pada 2018 menunjukkan bahwa sebanyak 14,9 persen PNS tidak setuju Pancasila.

Berdasarkan Pusat Studi Islam dan Tranformasi Sosial (CISFrom) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 36,5 persen mahasiswa Islam setuju dengan khilafah. Terakhir,  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 2018 mengemukakan bahwa tujuh kampus di Indonesia juga terpapar ekstrimisme agama.

Berdasarkan adanya ancaman-ancaman tersebut, Gde Sumarjaya Linggih menegaskan nilai-nilai Empat Pilar Kebangsaan ini sebagai legacy yang sudah sepatutnya harus dijadikan warisan kebangsaan yang harus dijaga dan dirawat bersama-sama dan yang lebih penting lagi dihadirkan dalam setiap ruang publik dalam tata kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

“Keempat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara, semestinya harus kita jaga, pahami, hayati, dan laksanakan dalam pranata kehidupan sehari-hari, di mana Pancasila yang menjadi sumber nilai menjadi ideologi, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai aturan yang semestinya ditaati, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah harga mati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah perekat semua rakyat. Maka dalam bingkai empat pilar tersebut yakinlah tujuan yang dicita-citakan bangsa ini akan terwujud,” pungkas Gde Sumarjaya Linggih. (ana)