Rotary Club of Bali Bersinar Serahkan 20 Toilet di Desa Kenderan, Program SIP3 Bawa Desa Wisata Kenderan Masuk 75 Besar Desa Wisata Terbaik ADWI 2023
Foto: Penyerahan 20 unit Toilet Project dari Rotary Club of Bali Bersinar (atas), Koordinator Program SIP3 Dr. Gung Tini Gorda berfoto bersama Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf Indra Ni Tua dan tim juri Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2023 (bawah).
Gianyar (Metrobali.com)-
Rotary Club of Bali Bersinar berhasil merealisasikan program Toilet Project yang ditandai dengan penyerahan bantuan 20 toilet dalam program Toilet Bersinar di Desa Kenderan “Toilet Bersih-Lingkungan Bersih dan Bersinar” pada Minggu 14 Mei 2023 di sejumlah titik di Desa Kenderan, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Bantuan 20 toilet ini bisa diserahkan ke masyarakat yang membutuhkan berkat kerjasama antara Distrik 3420, Rotary Club of Bali Bersinar dan Pemerintah Desa Kenderan.
Bantuan secara simbolis diserahkan langsung President Rotary Club of Bali Bersinar Doktor Gung Tini Gorda bersama para rotarian yang datang door to door ke rumah-rumah warga. Rotary Club of Bali Bersinar terlibat ikut memberikan pendampingan dalam Program Sinergi untuk Energi “Pang Pade Payu” atau SIP3 Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga yang diinisiasi oleh DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali dengan melibatkan sinergi pentahelix yakni akademisi, dunia usaha, masyarakat, komunitas dan media massa sehingga mempercepat tujuan Desa Kenderan sebagai Desa Wisata Bersinar Ramah Keluarga.
Dalam kesempatan ini Nyoman Hartini sebagai PIC Toilet Project di Desa Kenderan juga langsung memberikan edukasi kepada warga penerima terkait cara merawat toilet serta menjaga sanitasi dan kebersihan lingkungan. Warga penerima juga menyampaikan terima kasih atas bantuan ini.
Usai penyerahan Toilet Project ini, Dr. Gung Tini Gorda selaku Koordinator Program SIP3 dari unsur Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali dan tim pada siang harinya turut mendampingi Tim Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) dan tim juri Anugerah Desa Wisata Indonesia yang melakukan kunjungan lapangan ke Desa Wisata Kenderan terkait penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) Tahun 2023.
Desa Kenderan telah masuk dalam daftar 75 besar desa wisata terbaik dalam ajang ini. Digelar juga acara penilaian verifikasi Desa Wisata Kenderan di Puri Manuaba yang dihadiri Indra Ni Tua selaku Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf dan tim juri.
Dr. Gung Tini Gorda selaku Koordinator SIP3, warga dan tokoh masyarakat setempat mengaku bangga Desa Wisata Kenderan, Kabupaten Gianyar telah masuk dalam daftar 75 besar desa wisata terbaik dari 4.300 desa wisata yang ikut dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia Tahun 2023. Hal ini membuktikan ada kemajuan dari pendampingan yang dilaksanakan dalam program SIP3 di Desa Kenderan selama dua tahun berjalan dan sisa pendampingan tiga tahun ke depan akan dimaksimalkan.
“Program SIP3 ini merupakan semacam triger untuk Pokdarwis dan pemerintah setempat dan masyarakat untuk lebih semangat dalam menggali potensi wisata desa. Tujuannya jelas untuk mensejahterakan masyarakat setempat,” kata Dr. Gung Tini Gorda yang juga Ketua DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali ini.
Ada lima kategori yang menjadi ukuran destinasi desa wisata terbaik dalam ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia Tahun 2023 ini. Pertama, daya tarik pengunjung, merupakan potensi utama desa wisata yang memiliki keunikan dan keautentikan daya tarik wisata berupa alam dan buatan juga seni dan budaya.
Kedua, homestay dan toilet. Yang ditekankan pada kategori ini adalah peningkatan standar kualitas pelayanan homestay serta melestarikan desain arsitektur budaya lokal dan toilet untuk pemenuhan sarana dan prasarana kenyamanan wisatawan.
Ketiga, digital dan kreatif yakni akselerasi percepatan transformasi digital serta menciptakan konten kreatif sebagai sarana promosi desa wisata melalui digital.
Keempat, suvenir, menggali potensi kreativitas dan hasil karya desa wisata berupa Kuliner, Fesyen dan Kriya berbasis kearifan lokal.
Kelima, kelembagaan desa wisata dan CHSE. Yang ditekankan adalah terbentuknya legalitas berbadan hukum dan pengelolaan desa wisata yang berkelanjutan serta memiliki manajemen risiko dan penerapan CHSE berstandar nasional.
Gung Tini Gorda mengaku optimis bersama Pokdarwis, masyarakat Kenderan dan pemerintah desa, bahwa dari lima kategori tersebut Desa Kenderan bisa menjadi yang terbaik paling tidak pada kategori pertama yakni daya tarik pengunjung. Sementara yang menjadi keunggulan dari Desa Kenderan saat ini adalah karena keunikan destinasi alamnya, yang diantaranya adalah terdapat 11 beji, yang kemudian didukung oleh budaya masyarakat nya yang lebih menonjolkan wellness tourismnya dengan branding The Holy Water Village, Wellness Destination.
“Untuk kategori destinasi di Desa Kenderan sudah lengkap, dan sekarang tinggal bagaimana tim bisa menarasikan dan menginformasikan kepada masyarakat internasional agar memahami potensi yang dimiliki oleh desa tersebut,” ujar Gung Tini Gorda yang juga Kepala Pusat Studi Undiknas ini.
Dari lima kategori tersebut program SIP3 akan lebih menggenjot lagi untuk kategori kelembagaan di Desa Kenderan karena kategori ini masih dinilai belum maksimal. Selain itu Gung Tini Gorda juga menekankan pentingnya menginformasikan kepada dunia luar bahwa Desa Kenderan dengan tagline nya The Holy Water Village, Wellness Tourism Destination itu bisa terdengar di seluruh Indonesia, bahkan hingga ke mancanegara.
Dijelaskannya bahwa SIP3 hanya bisa membantu dari sisi SDM nya, selebihnya adalah bagaimana masyarakat bersama kelompok masyarakat dalam hal ini Pokdarwis, dan pemerintah desa setempat menggali dan mengembangkan potensi yang ada di desa Kenderan.
Indra Ni Tua selaku Direktur Tata Kelola Destinasi Kemenparekraf mengungkapkan Desa Wisata Kenderan memiliki potensi pariwisata yang lengkap 100 persen mulai dari wisata alam, budaya hingga wisata buatan. Lebih lanjut Indra mengatakan potensi-potensi tersebut diperkuat oleh keberadaan sumber daya manusianya yang kuat.
“Selain itu produk-produk lokal yang bisa dijadikan sarana untuk memperkuat Wellness Tourism dan ini bisa disatukan dengan berbagai aktivitas yang ada di Desa Wisata Kenderan sehingga menjadi paket wisata menarik dan lengkap yang bisa ditawarkan ke depannya,” ujar Indra.
Selain itu Desa Wisata Kenderan memiliki banyak spot-spot bagus yang bisa diangkat. Apalagi tema wisata di Desa Wisata Kenderan adalah air yang merupakan sumber kehidupan. Peran masyarakat juga dinilai sangat penting dalam memberikan gagasan atau ide untuk mengembangkan tema tersebut sehingga ada banyak paket wisata yang ditawarkan.
Selain itu peran media juga dinilai penting untuk ikut terlibat dalam mempromosikan potensi-potensi yang ada di Desa Wisata Kenderan. Indra topi untuk Desa Kenderan dengan konsep pentahelix nya yang melibatkan akademisi, birokrasi, bisnis, komunitas dan media sehingga Desa Kenderan menjadi contoh yang luar biasa.
Terkait dengan program desa wisata pemerintah, Indra mengatakan Bali memiliki banyak potensi wisata. Hebatnya lagi tidak semua potensi yang dimiliki Bali itu sama. Dalam artian masing-masing potensi memiliki keunikan yang berbeda-beda. Dijelaskannya bahwa Bali memang sejak dulu dinyatakan sebagai daerah wisata dan hingga saat ini status tersebut masih terjaga dengan baik sehingga memberikan kontribusi kesejahteraan kepada masyarakat.
Kemenparekraf juga mengapresiasi dalam pembangunan desa wisata ini dimana Desa Wisata Kenderan telah bekerjasama dengan Undiknas Denpasar yang sebelumnya telah membuat kajian-kajian, tidak hanya untuk Desa Kenderan, tetapi juga untuk Pantai Jerman, Kuta, Badung. “Dan hal tersebut sangat penting untuk mengupdate apa yang terjadi dalam bidang pengembangan wisata-wisata maupun teknologi-teknologi wisata,” ungkap Indra.
Dikatakan banyak program yang bisa dikerjasamakan dengan pihak akademisi. Karena bagaimanapun juga hasil-hasil kajian dari pihak akademisi akan sangat berguna dalam hal pengembangan konsep dari sisi akademisi. Ini telah dibuktikan di Bali bahwa dari riset perguruan tinggi bisa dipakai sebagai salah satu cara membangun destinasi wisata. (wid)