Bali Masih Derita Scarring Effect Covid-19, Rai Wirajaya bersama BI Bali Kawal Penguatan Sektor Pertanian Imbangi Pariwisata
Foto: Anggota Komisi XI DPR RI Dapil Bali, I Gusti Agung Rai Wirajaya (ARW) dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dalam acara penyerahan secara simbolis 2000 paket sembako PSBI di Balai Serba Guna Banjar Dharma Semadi, Kuta, Kabupaten Badung pada Minggu, 14 Mei 2023.
Badung (Metrobali.com)-
Pandemi Covid-19 yang menghantam perekonomian Bali dan membuat sektor pariwisata di Pulau Dewata hampir tumbang telah meninggalkan efek luka memar(scarring effect) yang dalam pada perekonomian Bali. Diperlukan strategi yang tepat dalam mempercepat pemulihan perekonomian Bali dan juga diperlukan upaya melepaskan Bali dari ketergantungan terhadap sektor pariwisata dengan menguatkan sektor ekonomi lain seperti pertanian.
Pandangan itu disampaikan Anggota Komisi XI DPR RI Dapil Bali, I Gusti Agung Rai Wirajaya (ARW) dan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dalam acara bersama Vidya Muda Indonesia menggelontorkan 2.000 bantuan paket sembako Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) kepada sejumlah lembaga/kelompok masyarakat (pokmas) yang tersebar di wilayah Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Tabanan, Gianyar, dan Kabupaten Karangasem. Penyerahan secara simbolis 2000 paket sembako PSBI ini dilaksanakan bertempat di Balai Serba Guna Banjar Dharma Semadi, Kuta, Kabupaten Badung pada Minggu, 14 Mei 2023.
Trisno Nugroho mengungkapkan ibarat luka akibat dampak pandemi Covid-19, perekonomian Bali belum sembuh total. “Bali belum sembuh betul. Wisman sampai akhir April baru 1,6 juta orang. Bisa 4,8 juta mungkin sampai Desember. Itu pun masih jauh dari angka sebelum pandemi yang rata-rata kunjungan wisman ke Bali di atas 6 juta. Jadi belum normal,” papar Trisno Nugroho.
Pertumbuhan ekonomi Bali di kuartal satu mencapai 6,04 persen dan berada di nomor 6 di Indonesia. Namun PDRB Bali juga masih minus 8 persen. Tingkat kemiskinan memang rendah tapi angka naik dibandingkan sebelum pandemi. Prosentasi tingkat pengangguran di Bali yang dulunya paling kecil kini di peringkat menengah.
“Jadi indikator ekonomi secara angka belum kembali seperti sebelum pandemi. Mungkin 2024 baru bisa pulih normal betul. Jadi perlu kerja keras kita semua agar perekonomian Bali bisa lebih cepat ke titik normal seperti sebelum pandemi,” kata Trisno Nugroho.
Kondisi itu diakui karena memang Bali perekonomiannya sangat tergantung pada sektor pariwisata. “Saat pandemi yang paling cepat tumbang adalah daerah pariwisata seperti Bali dan mirisnya yang terakhir sembuh juga Bali. Istilahnya ada scarring effect Covid-19 atau luka memar Covid-19. Tapi kalau di Bali tidak hanya luka memar tapi luka dalam,” ungkap Trisno Nugroho.
Untuk mempercepat penyembuhan scarring effect Covid-19 di Bali, selain pembenahan di sektor pariwisata, BI Bali mendorong sektor pertanian Bali kembali terus dikuatkan. Saat masa pandemi sektor pertanian sempat ibarat menjadi sektor pilihan masyarakat Bali ketika pariwisata Bali hampir mati suri.
“Minat masyarakat menggeluti pertanian mungkin tidak melemah ya. Tapi kita perlu dorong motivasi lagi. Pasar di Bali terutama di tiga Kabupaten Kota yakni Badung, Denpasar dan Gianyar adalah pasar yang luar biasa. Petani kita dorong produknya pasti produknya dipakai di tiga pasar ini. Pasar 16 juta itu ada di tiga kabupaten kota. Jadia lima kabupaten lain tolong agar pertanian dan peternakannya didorong agar bisa supplai untuk tiga kabupaten ini,” beber Trisno Nugroho.
Rai Wirajaya bersama BI Bali juga terus mendorong mapping kluster produk pertanian dan UMKM, seperti Perumda di Tabanan menjadi offtaker atau pendistribusi cabai, kopi, sayur mayur dan lainnya. Ada juga kakao Jembrana yang tidak hanya mensupplai kebutuhan di Bali tap juga sudah tembus pasar ekspor.
“Kita dorong perjuangan panjang untuk memajukan pertanian ini jangan pernah lelah agar tentunya juga masyarakat di pertanian peternakan perikanan dan lainnya bisa sejahtera,” pungkas Trisno Nugroho.
Sebelumnya Rai Wirajaya mengungkapkan pihaknya bersama Bank Indonesia sudah mencermati data-data ekonomi Bali dan pemerintah juga terus melakukan berbagai upaya pemulihan ekonomi Bali. “Tinggal sekarang bagaimana masyarakat Bali bisa memotivasi diri tanpa henti. Karena tanpa adanya semangat masyatakat dibuat data pun tidak akan semangat. Kami memotivasi memberikan data bagaimana pemulihan ekonomi dan bersama-sama mendorong kegiatan ekonomi jika tanpa ada dorongan semangat bangkit dari masyarakata juga tidak akan maksimal,” tutur Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI ini.
“Kami memberikan sebuah pancingan dalam bentuk Program Sosial Bank Indonesia. Sembako ini bentuk dorongan kami bersama Bank Indonesia tanpa henti membantu masyarakat. Jadi semangat kami tidak pernah pudar dalam membangkitkan perekonomian masyarakat Bali,” sambung Rai Wirajaya yang sudah empat periode mengabdi sebagai wakil rakyat Bali di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali.
Rai Wirajaya juga menekankan pentingnya upaya menguatkan sektor ekonomi lain selain pariwisata seperti pertanian untuk mempercepat pemulihan ekonomi Bali dan mengantisipasi dinamika ke depan ketika sektor pariwisata terdampak suatu hal yang tidak terduga.
“Contonya saat pariwisata kena Covid, Badung PADnya langsung anjlok. Jadi kita harapan ke depan seimbangkan antara pariwisata dan pertanian,” harap politisi PDI Perjuangan asal Peguyangan Denpasar ini.
Di sisi lain Rai Wirajaya juga mendorong optimalisasi pemanfaatan clod storage di Badung dalam rangka juga upaya mengendalikan dan menekan inflasi. “Kalau bisa cold storage yang ada di Badung dimaksimalkan semaksimal mungkin untuk penyimpanan daging, sayur-sayuran, cabai dan lainnya. Ketika harga produk pangan itu naik bisa menjadi untuk menahan inflasi,” harap Rai Wirajaya.
Sementara itu Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Badung I Gusti Anom Gumanti mengungkapkan di APBD Badung sudah jelas sandang, pangan, dan papan menjadi prioritas utama dalam program visi misi Bupati Badung. “Kita boleh punya mimpi jangan sampai masyarakat Badung ada yang kelaparan, tidak punya rumah, dari segi kesehatan jangan tidak sehat,” ujarnya.
Dia menegaskan keberpihakan Pemkab Badung terhadap sektor pertanian sebenarnya sudah sangat luar biasa. “Cuma barangkali memang hasilnya belum tampak optimal karena beberapa hal masih harus diperbaiki. Tentu kita perbaiki melalui kata kunci regulasi,” kata Anom Gumanti.
Sejumlah regulasi yang dimaksud misalnya Badung wajib mempertahankan minimal 30 persen luasan lahannya sebagai jalur hijau dan salah satunnya lahan pertanian. “Lahan pertanian kita kunci tidak boleh dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata terutama,” kata tokoh masyarakata Kuta ini.
Yang kedua, Badung itu pondasi ekonominya adalah pariwisata. Mudah-mudahan ke depan bisa menjadi penggerak ekonomi pertanian karena kebutuhan terhadap produk pertanian sangat besar.
“Nah itu yang kita dorong untuk bisa ditangkap. Cuma masalah dan kendalanya petani kita tidak bisa continue menghasilkan produk pertanian yang berkualitas, tidak bisa menghasilkan tiap hari karena berbagai keterbatasan. Pertanian di Badung belum mampu mengcoverage kebutuhan pariwisata yang ada di Badung aja deh karena wilayah pertanian kita juga sedikit. Nanti kita kerjasamakan dengan daerah lain seperti Tabanan, Bangli dan lainnya,” urainya.
Sementara itu penyerahan PSBI Kepedulian Sosial dalam rangka Kenaikan Isa Almasih Tahun 2023, selain memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, juga merupakan salah satu upaya dalam menjaga daya beli masyarakat karena inflasi di Bali yang cenderung masih tinggi.
Adapun kelompok masyarakat penerima bantuan sembako PSBI ini yakni Perkumpulan Vidya Muda Indonesia (120 paket), Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Getsemani Kuta (100 paket), Gereja Pantekosta Serikat di Indonesia (GPSDI) Elim Kuta (100 paket). Lalu Gereja Gerakan Pantekosta (GGP) Isa Almasih Kuta 100 paket), Gereja Pantekosta Tabernakel (GPT) Elshadai Kerobokan (50 paket), Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Elim Kerobokan (50 paket), Gereja Protestan di Indonesia Bagian Barat (GPIB) Eklesia Tuban (50 paket).
Selanjutnya Gereja Shalom Kompi Rider Tuban (50 paket), Sekeha Gong Wanita Srikandi Metu Swara (100 paket), Serikat Sosial Vinsensius Indonesia Konferensi Santa Maria Denpasar (100 paket), Keuskupan Denpasar Indonesia Bali – NTB (30 paket), Paroki Roh Kudus Katedral Denpasar (50 paket), Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi Keuskupan Denpasar (50 paket) dan Paguyuban Suka Duka Maumere Bali – Korwil Lako Lalang (50 paket).
Sisanya sebanyak 1000 paket diserahkan pada kesempatan lain secara tersebar di lokasi penerima bantuan dan ada juga yang kami laksanakan secara door to door di Kota Denpasar, Kabupaten Badung serta beberapa kabupaten di Bali. (wid)