Buntut Gubernur Koster Nolak Israel, Brand Bali “The last of paradise” telah berubah Jadi Rasis
Ilustrasi
Denpasar, (Metrobali.com)-
Brand Bali “The last of paradise” telah mendunia, brand yang direlasikan dengan toleransi, keramahtamahan dan bahkan ketenangan. Pasca surat pasca pelarangan Tim Sepakbola U20 Usrael dan pembatalah Drawing Piala Dunia U20 di Bali oleh FIFA bisa lahir kesan di dunia internasional, Bali telah menjadi rasis, yang bisa berdampak destruktif buat Bali sebagai DTW dunia.
Hal tersebut dikatakan pengamat kebijakan publik yang juga tokoh Bali Jro Gde Sudibya, Senin 27 Maret 2023 menanggapi pembatalan Drawing Piala Dunia U20 oleh FIFA.
Bukan Bali saja yang disorot, lanjut dia Indonesia berdampak dan dianggap tidak nyaman untuk perhelatan acara besar bersekala Internasional. Israel punya pengaruh besar untuk dunia. Dunia akan menganggap Indonesia dan Bali tidak aman dalam penyelenggaraan event event internasional.
Dikatakan, Bali saat ini, bukan ada pada jaman Soekarno yang saat itu memerintahkan tim Sepak Bola Indonesia bertanding dengan tim Israel karena alasan politik. Akan tetapi kondisi
sekarang berubah, istilahnya Desa, Kala, Patra berubah. Keputusan di masa lalu belum tentu cocok dengan dunia yang saling tergantung, dan image yang menyebar cepat bisa merubah keputusan orang berinvestasi, berwisata dan membangun relasi kultural lainnya.
Dikatakan, membangun brand tidak mudah, perlu waktu lama dan biaya besar, didukung oleh stake holders yang ada.
Dalam catatan sejarah Bali, kata Jro Gde Sudibya upaya membangun citra positif tentang Bali telah dimulai tahun-tahun pertama dasa warsa 1940’an melalui misi kesenian Bali ke beberapa negara Eropa, memperoleh sambutan positif.
“Misi kesenian yang dikirim oleh pemerintah Hindia Belanda di Batavia, juga untuk melakukan konter terhadap pemerintahan di Den Haag, untuk program katolikisasi terhadap Bali, program konversi agama, lahir dari pemerintahan Katolik yang memenangkan pemilu di Belanda,” katanya.
Menurut dia, patut diberikan catatan, pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, tidak seluruhnya setuju terhadap program pemerintahan di Den Haag tentang konversi agama untuk Bali.
Sebelumnya, Gubernur Bali Wayan Koster menolak kehadiran Tim Nasional Israel dalam perhelatan Piala Dunia FIFA U20. Bagi PSSI, ini dapat menjadi alasan bagi FIFA untuk membatalkan Drawing Piala Dunia FIFA U20. Karena, bagi FIFA, penolakan Gubernur tersebut sama dengan membatalkan garansi penyelenggaraan yang telah dikeluarkan pemerintah Provinsi Bali.
Padahal sebelumnya, Gubernur Bali sudah menandatangani Government Guarante untuk menjadi salah satu tempat penyelenggaraan Piala Dunia U-20 termasuk didalamnya Drawing Piala Dunia U-20.
Anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga mengungkapkan, PSSI akan mengantisipasi kemungkinan terburuk dari keputusan FIFA tersebut. “Kami dari PSSI sedang memikirkan penyelamatan sepakbola Indonesia. Karena sanksi FIFA bisa mengucilkan sepakbola Indonesia dari dunia,” ujarnya.
PSSI, kata Arya, memahami sulitnya memisahkan politik dan olahraga. Oleh karena itu, Ketua Umum PSSI Erick Thohir akan berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri sebagai penanggung jawab diplomasi dan politik luar negeri Indonesia dan dengan Kemenpora sebagai Inafoc atau penanggung jawab pelaksana Indonesia.
“Ketua umum juga akan melaporkan kepada Bapak Presiden pada kesempatan pertama untuk mencari solusi untuk semua ini baik secara diplomasi maupun politik luar negeri untuk bagaimana menyelamatkan sepakbola Indonesia yang kita cintai,” kata Arya.
Dia meminta semua pecinta sepakbola di Indonesia dan semua masyarakat Indonesia yang ingin persepakbolaan tanah air lebih maju, untuk bersikap tenang. “Kami akan mencoba mencari solusi yang terbaik. Sepakbola Indonesia harus kita selamatkan bersama sama,” ujar Arya.
Dalam beberapa hari terakhir ini muncul kekhawatiran netizen penggemar bola di sosial media terkait nasib penyelenggaraan Piala Dunia U20 di Indonesia. Muncul Trending topic yang berisikan kondisi kelam persepakbolaan tanah air jika Indonesia gagal menjadi penyelenggara Piala Dunia U20 di Indonesia.
Jika Indonesia batal menyelenggarakan Piala Dunia FIFA U20 tahun 2023 maka netizen mengkhawatirkan sejumlah hal. Pertama, Indonesia akan dibekukan oleh FIFA. Kedua, Indonesia bisa dikecam oleh negara – negara lain karena tidak melaksanakan amanat FIFA.
Ketiga, Indonesia tidak bisa mengikuti kegiatan yang berhubungan dengan kalender FIFA. Keempat, Indonesia tidak akan memiliki kesempatan kembali untuk dipilih FIFA menjadi tuan rumah ajang olahraga.
Kelima, Indonesia akan dicoret sebagai kandidat tuan rumah Piala Dunia 2034. Keenam, federasi olahraga dunia akan mempertimbangkan untuk tidak memilih Indonesia sebagai tuan rumah pesta olahraga termasuk olimpiade.
Ketujuh, Indonesia akan dikecam karena bertindak diskriminatif mencampuradukan olahraga dengan politik. Kedelapan, Pemain, pelatih, wasit, klub dan masyarakat kehilangan mata pencaharian dan 500.000 orang lebih terdampak langsung kalau sepakbola Indonesia terhenti.
Kesembilan, Timnas U16, U19, U20 tidak boleh ikut serta dalam ajang sepakbola internasional jika FIFA membekukan PSSI dan berdampak hilangnya potensi ekonomi hampir Rp 10 triliun. Dan Kesepuluh, Liga 1, Liga 2, dan Liga 3 tidak akan ada lagi di Indonesia. (Adi Putra)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.