Jembrana (Metrobali.com)-

Pasca aksi pembabatan hutan di wilayah hutan Manistutu belum lama ini mendapat kecaman dari sejumlah komponen masyarakat Desa Manistutu, Kecamatan Melaya. Warga berharap tindakan oknum yang telah menebang ribuan pohon yang ditanam untuk menghijaukan hutan di wilayah hutan Manistutu bisa diungkap.

Kendati tanaman yang baru ditanam dibabat, warga akan terus dan tidak akan pernah kapok untuk menghijaukan hutan dengan menanam pohon dan tanaman produktif lainnya. Karena warga peduli hutan dengan konsep “Taru Prana Bhuwana” (Pohon Sebagai Napas Bumi) ini berprinsip “Jika 1000 pohon dibabat, akan ditanam kembali 10.000 pohon”.

“Kami sebenarnya sangat kecewa. Oknum pelaku ternyata lebih hebat dan pintar dari aparat, sampai tidak bisa ditindak. Tetapi, kami tidak patah semangat untuk mengembalikan hutan Manistutu ini lestari” ujar Ajik Suartawan, warga Desa Manistutu, Senin (21/6/2021).

Suartawan.yang pernah dipenjara setahun lebih karena kasus ilegal logging ini kini telah sadar. Untuk menebus kekeliruannya dimasa lalu, ia bertekad akan menjaga hutan Manistutu agar tetap lestari.

Bahkan dirinya bersama sejumlah warga dan tokoh termasuk muda-mudi merintis sejumlah program penghijauan secara swadaya. Salah satunya melalui pokdarwis Wirawana Pegubugan, dengan mengembangkan Manistutu Camping Ground (Mantu Cager) di atas Bendungan Benel, Manistutu.

I Ketut Master, tokoh merintis Pokdarwis mengatakan bahwa wisata alam yang dikembangkan bukan hanya menikmati keindahan hutan maupun suasana tepian sungai dan hutan di Manistutu, juga mengajak para pengunjung untuk melestarikan hutan dengan wajib menanam satu pohon.

“Disini setiap tamu yang datang wajib menanam satu pohon. Tujuannya tidak lain untuk menghijaukan hutan” terang Master.

Dalam penanaman pohon menurutnya pokdarwis sudah menyiapkan bibit tanaman yang akan ditanam seperti pohon Tangi, Tingkih, Jebugarum, Manggis, Durian, Apokat, Nangka, Aren dan tanaman kayu hasil hutan.

Tujuannya selain untuk penghijauan, hasil dari pohon yang ditanam nantinya memiliki nilai ekonomi yang bermanfaat untuk masyarakat sekitar hutan. Karena kawasan pinggir hutan yang dikelola ini saat ini tengah ditata tanpa mengesampingkan keasrian. Terlebih skitar empat kilo dari lokasi, terdapat Pura Pegubugan yang merupakan titik pertemuan sungai Berangbang dan Manistutu yang terbentuk secara alami.

“Kami tidak akan putus asa menghijaukan hutan. Apalagi kami mendapat dukungan dari Bupati Jembrana, Gubernur Bali, Kehutanan KRPH Bali. Kami tidak kapok dan tetap semangat. Kalau dipangkas sepuluh, kita tanam 1000 pohon,” tegas Master.

Ketua muda mudi Mekarsari Banjar Mekar Sari, Desa Manistutu I Putu Gede Edi Suarnaya (23) mengaku ikut secara sukarela bersama pemuda lainnya mengembangkan camping ground dan berupaya menghijaukan kembali hutan Manistutu.

“Hati saya terketuk untuk membangun desa dan menjaga hutan supaya tetap lestari. Karena hutan memberikan banyak manfaat. Menjaga alam supaya tetap lestari menjadi kewajiban kami” ujarnya.
.
Sementara itu, Perbekel Desa Manistutu Komang Budiana, mengatakan tindakan pembabatan pohon itu sempat dirapatkan dengan melibatkan pihak terkait Senin (21/6) kemarin. Dalam rapat iru juga melibatkan Subak abian, Subak basah, Desa Adat, Balai Wilayah Sungai Bali Penida dan KPH Bali Barat.

Pihaknya juga berencana akan melakukan kegiatan penanaman kembali di kawasan lokasi pembabatan tersebut. “Kami tidak kapok, sekarang kami tinggal melakukan rapat dengan warga pengawen yang memang warga kami. Tidak semua jahat, kita jelaskan nanti apa itu LPHD, KTH dan Pokdarwis” ungkpanya.

Pemerintah Pusat menurutnya sudah sangat luar biasa bagaimana agar hutan lestari dan masyarakat sejahtera. Begitu juga pemerintah provinsi dan Pemkab Jembrana dengan slogan Taru Prana Bhuwana yakni pohon sebagai nafas bumi. “Masyarakat sudah diberikan ruang dan kesempatan, tapi uga jangan mengikuti kemauan sendiri. Di hutan Manistutu ada lahan seluas 102 hektar yang disepakati untuk dikelola bersama” pungkasnya. (Komang Tole)