Foto: Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang akrab disapa Gus Adhi (kiri) menerima lukisan “Doa Alam” karya pelukis Ketut Susena.

Jembrana (Metrobali.com)-

Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang akrab disapa Gus Adhi memang dikenal publik sebagai salah satu tokoh pecinta lingkungan dan getol memperjuangkan upaya pelestarian lingkungan Bali serta kerap bersuara lantang mengkritisi kebijakan dan pembangunan yang tidak pro lingkungan.

Bertepatan dengan peringatan Hari Lingkungan Hidup Seduni  pada 5 Juni 2021 hari ini yang bertema Restorasi Ekosistem dan fokus pada pengaturan ulang hubungan manusia dengan alam, Gus Adhi mendapat kado istimewa dari Ketut Susena, salah seorang pemerhati lingkungan yang berprofesi sebagai seorang pelukis yang kerap pameran keliling nusantara dan mancanegara tersebut.

Kado spesial itu berupa sebuah lukisan berukuran jumbo bertema alam yang diberi judul “Doa Alam” karya pelukis cukup ternama yang akrab disapa Tut Sena tersebut. Seniman kelahiran Munduk Anggrek Kelod, Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Jembrana itu memberikan karyanya kepada Gus Adhi yang sebelumnya bertugas di Komisi IV DPR RI membidangi lingkungan hidup, pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan ini dan kini bertugas di Komisi II DPR RI.

“Tiyang (saya) berikan karya lukisan tiyang secara khusus kepada Gus Adhi selaku wakil rakyat yang selama ini sangat peduli sama alam. Makanya tiyang berikan lukisan secara simbolik pas dihari lingkungan hidup. Harapannya beliau tidak lelah terus berjuang menjaga alam lingkungan Bali,” kata Ketut Susena, Sabtu (5/6/2021).

Pelukis yang lama malangmelintang di kampung seni Ubud Gianyar ini menuturkan lukisan “Doa Alam” yang dibuatnya tahun 2019 ini bertemakan Tumpek Pengatag atau Tumpek Uduh yang dirayakan setiap 6 bulan sekali dihari Sabtu Kliwon. Upacara Tumpek Uduh merupakan upacara persembahan kepada manifestasi Tuhan sebagai penguasa tumbuh-tumbuhan atau alam khususnya pepohonan yang ditorehkan diatas kanvas.

Lebih jauh pelukis berusia 52 tahun ini mengungkapkan karya lukisan berukuran 1, 45 meter x 2 meter ini juga terinspirasi dan sekaligus bentuk penghormatan terhadap alam atau tumbuhan khususnya pohon yang diibaratkan sebagai seorang ibu yang melahirkan kesuburan.

“Tiyang berharap Pak Gus Adhi selaku wakil rakyat yang selama ini sangat mencintai lingkungan agar selalu dan makin memperhatikan alam khususnya alam Jembrana yang banyak terjadi perusakan akibat di awen warga,” ungkapnya seraya berharap bisa menyadarkan masyarakat adat yang sudah sadar agar semakin sadar menjaga kelestarian alam agar tetap lestari.

Atas hadiah lukisan di Hari Lingkungan Hidup ini, Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali Anak Agung Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang juga Ketua Depidar SOKSI (Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia) Provinsi Bali mengucapkan terima kasih. Politisi yang akrab disapa Gus Adhi ini juga mengapresiasi Ketut Susena yang ikut peduli kepada lingkungan hidup yang ditorehkan dalam lukisan yang banyak bertema alam sebagai wujud kecintaan kepada lingkungan.

“Suksma (terima kasih) niki atas lukisan yang bertemakan alam yang diberikan kepada tiyang (saya) ini. Nanti kalau tiyang sudah balik dari acara Safari Gemar Makan Ikan di Jembrana tiyang akan bawa ke tukang bingkai khusus biar bisa sering dilihat agar selalu memperhatikan alam,” ucap Gus Adhi dengan slogannya Amanah, Merakyat, dan Peduli ini.

Kembali Mencinta Alam

Tak lupa Gus Adhi mengajak kita semua memaknai peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2021 agar fokus pada pengaturan ulang hubungan manusia dengan alam, sebagai panggilan untuk kembali mencinta alam, kembali menguatkan harmonisasi hubungan manusia dengan alam, dengan sesama manusia dan sang pencipta sesuai filosofi Tri Hita Karana.

“Saatnya kita kembali memperhatikan lingkungan kita, pertanian kita, hutan, laut dengan baik dan semua sumber-sumber atau pundi-pundi kehidupan kita. Lingkungan hidup adalah sumber kehidupan. Jika kita salah mengelola lingkungan hidup maka kehidupan juga akan akan musnah,” harap Anggota DPR RI dua periode ini.

Saat disinggung mengenai berbagai kerusakan lingkungan hidup yang terjadi di Bali, Gus Adhi kembali menegaskan dan mengingatkan agar kita kembali ke alam. Apalagi restorasi alam artinya kembali mencintai dan menjaga alam.

“Saatnya kita kembali ke alam, memperhatikan alam, melakukan pembenahan kepada alam, merawat alam dengan baik sehingga alam ini serapan airnya bagus sehingga pertanian akan bagus,” ajak politisi Golkar asal Kerobokan Badung ini.

Ini Sejarah Hari Lingkungan Hidup Sedunia

Seperti diketahui, setiap tanggal 5 Juni diperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day. Peringatan ini menyoroti isu perlindungan dan kesehatan lingkungan sebagai masalah utama yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia.

Lingkungan hidup menjadi isu penting yang sudah jadi perhatian sejak lama. Banyaknya penebangan pohon memicu sejumlah potensi kerusakan alam yang berpotensi merusak ekosistem.

Dalam sejarahnya, peringatan ini pertama kali dicetuskan pada tahun 1972 dalam konferensi besar pertama tentang isu-isu lingkungan hidup, yang dikenal sebagai Konferensi Lingkungan Manusia atau Konferensi Stockholm. Konferensi digelar di Stockholm, Swedia pada 5-16 Juni 1972.

Kemudian pada 15 Desember 1972, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi (A/RES/2994 (XXVII) dan menetapkan 5 Juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Resolusi itu juga meminta negara-negara dan organisasi yang berada di bawah PBB untuk memperingati hari ini setiap tahun dan menegaskan kembali kepedulian mereka terhadap pelestarian dan peningkatan lingkungan, dengan maksud untuk meningkatkan kesadaran lingkungan.(dan).